(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kiat Mengurangi Sifat Egoistis Anak

Admin disdikpora | 15 Mei 2018 | 681 kali

Egoisme adalah kecenderungan manusia untuk mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Sifat egoistis sebetulnya sifat dasar manusia, namun pesan moral dari hampir semua sumber kearifan menganjurkan agar manusia berbuat baik kepada sesama manusia.

Anak dalam perkembangan psikologisnya pasti memiliki kecenderungan bersifat egoistis sampai masa remaja. Sifat egoistis ini secara bertahap akan berkurang seiring perkembangan psikologisnya yang semakin dewasa. Sifat egoistis juga bisa dikurangi melalui asupan nilai-nilai moral yang mulia. Berikut kiat mengurangi sifat egoistis anak:  

Pertama, biasakan anak berbagi. Orang tua perlu mengajarkan tentang berbagai permainan anak yang mengandung nilai keutamaan untuk berbagi, misal mobil-mobilan. Sesekali doronglah anak untuk meminjamkan mobil-mobilannya ke temannya.

Kedua, tingkatkan kepedulian anak. Mengenalkan dan meningkatkan kepedulian anak sangat penting, agar kelak rasa kepedulian itu tumbuh lebih baik dan lebih hebat dalam diri anak. Sejak dini ajaklah anak  membagikan makanan bagi orang miskin, dan belajar menyayangi lingkungan sosial mereka.

Ketiga, pakailah kegiatan bermain peran untuk menanamkan nilai kepedulian. Sesekali ajaklah anak bermain dokter-dokteran. Ajak salah satu teman untuk bermain, dan jadikan boneka sebagai pasien. Minta si anak berperan sebagai ibu si pasien, dan temannya sebagai dokter. Mintalah keduanya memeragakan adegan mengantarkan si boneka berobat, hingga si boneka diperiksa, dan kemudian dikembalikan ke ibunya. 

Keempat, rencanakan jadwal anak bermain bersama teman-teman di taman atau di rumah, dan sediakan fasilitas bermain seperti untuk prosotan dan ayunan. Biasakan anak-anak bermain bersama, saling menjaga dan merawat bersama.

Kelima, berikan pujian kepada anak. Ketika si anak mau berbagi dengan orang lain, orang tua harus memberi pujian. Hal itu dapat membuat anak semakin percaya bahwa perbuatan itu baik. *

Nur Hafidz, mahasiswa program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini di IAIN Purwokerto.