(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kiat Meningkatkan Kualitas Ingatan Anak

Admin disdikpora | 18 April 2018 | 538 kali

Iqbal, sejak kecil terbiasa menghafal nama-nama benda yang ada di sekelilingnya. Sejak umur dua tahun, Iqbal sering mengucapkan nama-nama benda yang ia temui di sepanjang jalan: dari bebek, ayam, truk, bus, hingga lampu yang ada di pinggir jalan.

Orang tua Iqbal, mengenalkan nama-nama itu agar mudah diingat olehnya. Tidak ada niatan untuk memaksa Iqbal untuk menghapal, namun hanya menjadi semacam permainan kata-kata yang diungkapkan ketika berjalan-jalan bersama orang-tuanya.

Bagaimana agar anak-anak kita mudah menghafal? Bagaimana agar memori mereka mudah merawat hafalan? Inilah pertanyaan yang sering menjadi bahan perbincangan antar orang tua.

Ingatan, meski dapat juga dipengaruhi oleh DNA (Deoxyribonucleic Acid) maupun kecerdasan orang-tuanya, juga dipengaruhi oleh pola pengasuhan dan perawatan sejak kecil. Di sisi yang lain, doa orang tua yang menjadi gelombang positif bagi anak juga mempengaruhi kecerdasan. 

Dalam kacamata psikologi, anak-anak lebih mudah untuk menghapal dengan strategi: melakukannya dengan riang gembira. Artinya, menghapal bukan program wajib yang membutuhkan target maupun tuntutan waktu.

Bagi anak, dengan menjadikan hapalan sebagai permainan, maka hal itu akan lebih mudah diterima oleh otak, direkam dalam memori dan kemudian tertancap kuat sebagai ingatan.

Menghapal dengan bermain inilah yang dapat menjadi salah satu kiat untuk mendidik anak, agar mudah mengingat. Bagi anak usia dini, proses menghapal dapat dilakukan dengan cara bermain, dengan melibatkan seluruh indra agar memberikan respon dan sinyal kepada otak.

Menghapal dengan melibatkan indra penglihatan, penciuman, peraba dan pendengar, akan membantu meningkatkan daya ingat anak.

Hal ini, sama seperti bermain game, yang membantu anak mudah dalam berinteraksi dan bertahan lama dalam menyelesaikan tantangan. Teori modalitas membantu menganalisa hal ini.

Dalam analisa sederhana, modalitas merupakan jalan informasi masuk ke otak. Dr. Venon Magnesen dari Texas University menjelaskan dengan analisa yang jernih untuk membahas modalitas.

Menurut dia, jalannya informasi yang masuk ke otak mempunyai kualitas yang berbeda-beda dalam hal penyerapan informasinya.

Dalam catatan Magnesen, informasi yang didapat dengan membaca, mempunyai kualitas ingatan hanya 20%. Sementara, jika dengan mendengar, maka kualitasnya 30 %. Jika dengan melihat, maka kualitas ingatannya 40 %.

Lalu, jika dengan melakukan, maka kualitas ingatannya menjadi 60 %. Menurut Magnesen, jika ingin mendapat kualitas ingatan sampai 90%, maka lakukanlah dengan melihat, mengucapkan, mendengar dan melakukan.

Pakar psikologi pendidikan, Bobbi de Porter melalui buku Quantum Teaching, menjelaskan modalitas dengan istilah VAK (Visual, Audio and Kinestesis).

Hasilnya senada, modalitas tertinggi adalah dengan kinestetis atau dengan melakukan. Jadi, cara untuk merangsang otak agar dapat menyerap memori lebih besar dan mengingatnya dalam kurun waktu yang lama, adalah dengan melakukannya.

Tidak sekadar mendengar, melihat atau mengucapkan, akan tetapi dengan melakukan. Melakukan, berarti menggunakan semua indra untuk merangsang otak agar menerima masukan data. Melakukan, juga berarti menggunakan sekaligus indra untuk mendengar, melihat, sekaligus mengucapkan. *Munawir Aziz, pengajar dan peneliti