(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Lima Menit Waktu Istimewa Demi Keakraban dengan Anak

Admin disdikpora | 04 Juli 2017 | 976 kali

 ”Ayah...!Ayah..!  Hore ayah pulang!,” kata Ayu, si kecil, begitu melihat ayahnya pulang.

”Ayah bawa apa? Mana oleh-olehnya?” Ayu cepat berlari, menghambur dan memeluk ayahnya dengan begitu riangnya.

Ia pun terus bergelayut di tangan ayahnya yang  masih menenteng tas dan beberapa barang bawaan lainnya. Ia tinggalkan seluruh  kesibukannnya begitu melihat ayahnya pulang dari kerja.

“Apa kabar, Ayu?,” kata ayahnya seraya memeluk dan mencium pipinya. “Ayah bawa sesuatu untuk kamu, sayang!,” katanya lembut.

Karuan saja si kecil wajahnya tampak begitu berseri-seri. Tak sabar  tampaknya si kecil untuk segera tahu apa yang dibawa ayahnya.

Setelah beberapa saat ngobrol ke sana-sini dengan ayahnya, ia pun sudah menenteng boneka cantik. Betapa riangnya Ayu saat menunjukkan bonekanya kepada ibunya. Namun tak lebih dari lima menit, ia pun memberikannya lagi boneka itu kepada ibunya dan kemudian ia kembali beraktifitas seperti sedia kala saat ayahnya belum pulang.

Peristiwa bercengkerama dengan sang ayah yang begitu mesra dan gembira hanya berlangsung barang lima menitan saja.

Peristiwa serupa dialami juga Pak Agus. Saat dia pulang dari luar kota, si kecil Dina menyambut seperti Ayu pada kasus pertama. Karena terlalu lelah, Pak Agus menanggapi sambutan putri kecilnya dengan sikap yang berbeda. “Nanti dulu, sabar ya! Kamu tahu kan ayah masih berkeringat? Kamu tahu kan ayahmu masih sangat lelah?”

Dina tak peduli. Ia tetap merengek menanyakan berbagai hal termasuk pula menanyakan oleh-oleh untuknya. Karena sangat lelah, Pak Agus pun cepat memberikan sebuah boneka dengan agak kurang suka. Harapannya si kecil segera menghindar dulu begitu mendapatkan boneka. Boneka diterima si kecil dengan sangat  gembira.

Setelah beberapa menit kemudian ia pun sama seperti Ayu. Diletakkannya kembali boneka itu dan ia pun sudah tak lagi ingin bersama ayahnya. Ia tinggalkan untuk kembali bermain dengan teman lain. Ayah yang tadi sangat dirindukan kedatangannya pun segera terlupakan.

Dua kasus di atas menunjukkan betapa pendeknya sesungguhnya puncak kegembiraan  seorang anak saat bertemu orang-tuanya. Hanya butuh waktu sekitar lima menit saja untuk menghapus kerinduannya. Mereka akan segera bosan terhadap perjumpaan dengan orang tua.

Maksudnya bukan bosan dalam arti negatif, namun ada saat paling puncak di mana anak begitu merindukan orang tua yakni lima menit pertama saja. Tidak lebih dari itu. Selebihnya adalah kebersamaan biasa yang datar.

Mengingat  betapa singkatnya puncak kerinduan seorang anak kepada orang tua saat baru pulang dari  kerjanya, maka kita harus pandai memanfaatkan semaksimal dan seefektif mungkin.

Jangan sia-siakan waktu lima menit itu  lenyap begitu saja tanpa bekas apapun. Jangan sia-siakan waktu lima menit itu lenyap tanpa kesan yang menunjukkan kasih sayang orang tua kepada mereka. Gunakan waktu yang singkat itu untuk menunjukkan kasih sayang kita kepada anak-anak serta memanfaatkannya seefektif mungkin untuk menanamkan hal-hal yang kita inginkan.

Lalu bagaimana cara memanfaatkan waktu lima menit itu? Banyak hal yang dapat kita lakukan.

Pertama, tunjukkan kasih sayang kita untuk anak. Berikan senyum, canda, ciuman, pelukan, bahkan oleh-oleh kesayangan atau pesanannya.

Ini penting karena dengan begitu anak akan merasakan betapa kita menyayanginya. Tumpahkanlah segenap perasaan kita meski kita dalam keadaan berkeringat atau terlalu lelah sekalipun. Anak-anak tak akan mempermasalahkan itu semua. Anak-anak tak mau tahu tentang kondisi kita. Entah itu lelah atau berkeringat, yang jelas dia tengah dalam puncak kebahagiaan dan kerinduan.

Kedua,  kita dapat menunjukkan secara maksimal tentang perhatian kita kepada anak. Dengan bertanya apa kabar, ada cerita apa di sekolah, bagaimana kesan tadi pagi di sekolah,  dan pertanyaan lain, akan dapat menunjukkan betapa seorang ayah memperhatikannya.

Tentu si kecil tak akan berkata demikian, namun dalam jiwanya tertancap kesan sang ayah benar-benar memperhatikannya. Itu kelak akan  terceritakan saat dia sudah dewasa.

Ketiga, kita dapat memanfaatkan momen baik itu untuk berkomunikasi. Meski tak begitu lama, namun anak akan siap untuk berkomunikasi dengan kita. Berilah dia beberapa pertanyaan seperti di atas. Misal, ada cerita apa selama ayah tidak dirumah? Pengalaman hebat apa yang kamu dapat selama dua hari di sekolah? Atau adakah cerita tentang bu guru atau temanmu di sekolah?

Pertanyaan–pertanyaan itu sangat bagus untuk mengungkap kemampuannya dalam berkomunikasi dan berbahasa. Tanpa sadar biasanya anak sangat mau untuk berbagi pengalaman, karena dia tengah dalam puncak bahagia. Ini sangat berbeda ketika anak dalam kondisi biasa. Ia jarang mau bercerita tentang pengalamannya saat di sekolah, ketika kita suruh dia bercerita di saat-saat biasa.

Keempat, kita dapat memanfaatkan untuk menyampaikan hal-hal yang baik kepada anak. Saat mereka bahagia adalah saat mudah kita ajak si anak melakukan hal yang baik. Contoh, “Setelah ayah kasih oleh-oleh, kamu harus rajin mengaji ya!,” atau  “Setelah ini kamu simpankan sepatu ayah, ya!”

Dalam suasana sebahagia itu  biasanya anak akan mudah kita ajak atau kita arahkan. Anak sulit untuk menolak ketika dia tengah bahagia, karena dia mendapatkan sesuatu.  

Oleh karena itu saat yang begitu singkat itu hendaknya kita gunakan sebaik-baiknya untuk memasukkan pesan atau nasehat yang baik. Mengingat betapa pentingnya waktu lima menit perjumpaan pertama anak dengan orang tua, maka hal itu penting untuk kita ingat. Buatlah lima menit itu menjadi waktu yang begitu mengesankan anak.

Hindari keluh-kesah  di hadapannya, karena hal itu hanya akan merusak hubungan kita dengan anak. Manfaatkan lima menit waktu yang penting itu dengan  lebih efektif dari pada waktu sehari yang kurang berkualitas. Jika  kita dapat memanfaatkan waktu lima menit yang istimewa itu dengan baik, maka kita akan dapat merasakan manfaatnya lebih besar dari pada waktu lama yang biasa-biasa. (Riyadi, pendidik di SDN 1 Kediri Kecamatan Karanglewas Kab. Banyumas, pemerhati pendidikan anak, pegiat literasi di KOMPAK)

 

Sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4181