(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Lindungi Anak dengan Literasi Media

Admin disdikpora | 04 Februari 2019 | 496 kali

Mengapa saat ini semakin banyak remaja, bahkan anak-anak yang melakukan  kekerasan, tawuran, pergaulan  bebas, dan perilaku negatif lainnya? Tidak hanya para ahli pendidikan atau psikolog, bahkan orang awam pun paham, salah satu penyebabnya adalah pengaruh dari tayangan di televisi, media sosial,dan media online lainnya. Anak-anak dan remaja merupakan kelompok yang relatif gampang terpengaruh oleh tayangan-tayangan di berbagai media itu, baik pengaruh positif maupun negatif.

Bisakah tayangan di televisi, media sosial atau media online itu dihindarkan? Rasanya sulit dan butuh waktu lama, serta butuh komitmen semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk mengurangi tayangan-tayangan tersebut.

Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua agar anak-anaknya tidak terpengaruh dampak negatif dari media? Bekal apa sajakah yang harus diberikan orang tua pada  oleh anak agar selamat dari “serangan” media?

Jawabannya adalah literasi media, yakni kemampuan untuk memahami apa, dan bagaimana media itu bekerja. Tujuannya, agar anak-anak menjadi sadar atau melek tentang cara tayangan media dibuat dan diakses. Literasi media juga disebut dengan melek media.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan orang tua dalam literasi  media tersebut antara lain:

Pertama, melakukan pendampingan dalam menonton acara televisi. Berikan pemahaman, bahwa adegan di film, atau di sinetron bukan adegan yang sesungguhnya dan hanya hiburan sehingga tidak layak ditiru. Jelaskan juga, bahwa adegan di film dibuat agar seru dan menegangkan agar penonton tidak bosan;

Kedua, batasi waktu nonton anak, yakni dalam sehari hanya sekitar 2-3 jam. Anak-anak juga jangan dibiarkan menonton acara-acara yang tidak sesuai dengan usianya;

Ketiga, meletakkan televisi di ruang keluarga (jangan di kamar anak);

Keempat, tanamkan pengetahuan tentang bagaimana sebuah tayangan  di media dibuat dan ditampilkan di televisi,  dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak;

Kelima, tanamkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari;

Keenam, lakukan dialog, berbicara dua arah dengan anak.  Yanuar Jatnika