(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Literasi Medsos bagi Remaja

Admin disdikpora | 16 Mei 2019 | 651 kali

Di era digital seperti saat ini, remaja sulit dipisahkan dari media sosial (medsos). Mereka bahkan sebagian telah mengalami kecanduan yang menjadikannya sebagai aktivitas personal yang tidak dapat dikontrol orang lain, termasuk orangtua.

Dalam perkembangannya, bermedsos dapat mengubah perilaku remaja. Alih-alih memajukan dan menjadi sarana bertukar informasi yang sehat, medsos malah jadi pemicu penganiayaan dan perkelahian remaja.

Hasil penelitian sejumlah pakar di Amerika Serikat tentang komputer dalam perilaku manusia, yang diterbitkan di jurnal Elsevier pada 2014, menyebutkan medsos menjadi kendaraan bagi anak muda dalam melakukan tindak kekerasan terhadap teman sebaya. Seperti perundungan, pelecehan, kejahatan, dan kekerasan dalam berpacaran.

Hal itu terjadi karena adanya online disinhibition effect pada lingkungan digital, yakni ketidakmampuan menahan diri. Sehingga di medsos seseorang bisa berkomentar semaunya, memaki, menghina, dan tidak punya adab. Akibat buruknya dapat berujung pada perkelahian di dunia nyata.

Maka dari itu, dibutuhkan upaya literasi medsos bagi remaja. Literasi medsos dimaksudkan untuk mendidik anak/remaja bertindak bijak sebagai pengguna dan pengakses informasi melalui medsos. Sehingga dalam bermedsos mereka mampu memberikan nilai positif bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Literasi medsos harus dimulai dari keluarga. Orangtua harus menjadi ujung terdepan memberikan literasi medsos pada anak. Misalnya, anak diajari ketika mengunggah status. Menyaring yang akan di-sharing-kan adalah tindakan bijak agar informasi yang dibagikan benar-benar terkonfirmasi. Atau berani menghapus tayangan-tayangan atau konten yang tidak ramah anak.

Orangtua juga bisa mengajak anak berdiskusi soal informasi yang ada di medsos. Dalam hal ini sesuai dengan konteks dan persoalan keseharian anak. Diskusi ini dimaksudkan untuk melatih anak mengutarakan pendapat dengan santun.

Kesantunan inilah yang dirasa mulai hilang di medsos. Maka pembelajaran etika menyampaikan pendapat juga menjadi penting. Anak dibiasakan mengutarakan pendapat dengan mengedepankan tutur kata serta pemilihan bahasa yang baik, sehingga ia menjadi santun dan tidak menggunakan ujaran kebencian ataupun bernada provokasi kepada lawan diskusinya.

Pembiasaan bersikap santun ini diharapkan bisa diterapkan anak ketika bermedsos. Dan perlu ditekankan pula pada anak, meski kebebasan berpendapat dijamin dalam UUD 1945, namun kita tak boleh mengartikannya sebagai bebas berbicara dengan gaya dan cara apa saja. Tetap kita harus mengedepankan budaya bangsa Indonesia yang punya unggah-ungguh (saling menghormati) dan andhap asor (rendah hati) pada orang lain terlebih saat bermedsos.

Di samping itu, orangtua hendaknya rajin memeriksa gawai yang dimiliki anak. Jika ditemukan tanda-tanda yang kurang baik, orangtua harus memberi nasihat. Pun meningkatkan pengawasan ketika anak bermedsos. Pada intinya kontrol keluarga menjadi sangat penting agar anak menggunakan medsos dengan bijak. (Kurniawan Adi Santoso Guru SDN Sidorejo, Sidoarjo, Jatim. Foto: Fuji Rachman)