(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Mainan Anak Tak Harus Mahal

Admin disdikpora | 24 Januari 2019 | 868 kali

Beli mainan mobil-mobilan itu!,” kata anak saya berteriak. Setelah saya cek, ternyata harganya sangat mahal untuk ukuran saya. Tidak hanya mahal, karena saya mempunyai empat anak. Jika yang satu dibelikan mainan ini, maka ketiga anak saya juga pasti akan meminta hal yang sama. Duh, saya tidak sanggup.

“Mafi, mainannya sangat mahal. Ayah belum bisa beli. Uang tidak cukup. Ayah juga belum bekerja.”

Mafi hanya diam kecewa. Mulutnya manyun. Tapi, dia menerima penjelasan saya. Saya yakin dia kecewa. Tapi, saya meyakini bahwa langkah saya baik: tidak memenuhi semua keinginan anak.

“Kalau hanya mobil-mobilan seperti itu, Ayah dan Ibu bisa membelikan yang lebih murah, tapi lebih menarik. Bisa dimainkan dengan adik-adik dengan seru.”

Mata Mafi berbinar dan berkata senang, “Benarkah?”

“Iya, benar. Ayah waktu kecil suka bermain dengan mainan ini. Mobil-mobilan yang terbuat dari kulit buah yang enak rasanya.”

“Ayo, Yah pulang! Mafi ingin segera tahu!”

Saya tersenyum senang.

*** 

Ya, saya menyadari bahwa mainan yang mahal bukanlah mainan yang terbaik bagi anak-anak. Jika pun mainan mahal ini saya belikan dengan mengeluarkan banyak uang, maka saya sudah tahu apa yang akan terjadi. Mainan mahal itu hanya akan dimainkan 1-5 hari. Selanjutnya anak bosan, kemudian mainan itu akan dilempar ke gudang.

Di sini saya tahu, yang dibutuhkan anak terhadap mainan bukan harganya yang mahal. Tapi seberapa menarik mainan itu. Jika kita bisa membuat konsep bermain mainan yang menarik, maka anak-anak tidak membutuhkan mainan yang mahal. Maka, untuk menangani kejadian anak merengek meminta mainan mahal,  kita harus bisa mendesain mainan yang menarik bagi anak dengan langkah sebagai berikut.

Pertama, ceritakan mainan itu dengan tambahan imajinasi. Maksudnya, jika kita akan mengajak anak bermain dengan mainan yang sudah dibuat atau dibeli dengan harga yang murah, maka ceritakan dengan tambahan imajinasi tentang mainan itu. “Ini namanya mobil-mobilan kulit jeruk. Ayah dulu waktu kecil bermain dengan mainan ini. Ini ciptaan Mbah Buyut kita. Mainan yang bisa membuat buah jeruk bali rasanya enak. Jika kita sudah bermain dengan mobil kulit jeruk bali ini, terus kita makan buah jeruknya, maka buah jeruknya akan teras manis sekali.”  Mata anak-anak akan berbinar. Permainan yang murah dan sederhana ini akan menjadi ajaib, karena sudah bercampur imajinasi yang mengesankan.

Kedua, kita membuat alur permainan yang menarik. Jika kita sudah meyakinkan anak dengan tambahan imajinasi, maka tugas kita selanjutnya membuat sistem permainan yang seru dan mengesankan. Kenalkan berbagai permainan yang bisa dimainkan anak dengan mainan itu. Misal, mobil-mobilan dari kulit jeruk itu bisa digunakan untuk bermain balapan, bermain untuk mengangkut batu dan pasir, bisa untuk bermain gandengan, bisa untuk bermain tabrak-tabrakan, dan lain sebagainya. Anak kemudian akan memainkan beragam permainan dari mainan yang murah itu.

Ketigakita harus terlibat dalam kegiatan bermain anak. Paling tidak, saat kita mempunyai waktu luang, coblah bergabung dengan anak-anak untuk ikut bermain. Kita harus rela menjadi supir, menjadi kuda tunggangan, sampai rela diperintahkan anak saat bermain, maka anak pasti akan senang sekali. Anak akan merasakan sensasi bahagia bermain dengan ayah dan ibunya. .

Saat melihat mainan mahal, anak meminta, kita cukup menjelaskan “Mainan itu mahal dan tidak asyik. Ayah dan ibu bisa membuat mainan yang lebih asyik dari itu.” Anak-anak kita akan percaya. Ini yang saya rasakan. Sekalipun saya memiliki empat anak kecil, tetapi di rumah tidak ada mainan yang mahal. (Heru Kurniawan, pengajar pendidikan anak usia dini di Institut Agama Islam Negeri Purwokerto)