(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Makanan Untuk Anak Jangan Asal Praktis

Admin disdikpora | 06 Februari 2018 | 636 kali

Seiring perkembangan jaman, makanan yang disajikan untuk anggota keluarga saat ini lebih banyak mementingkan kepraktisan. Padahal, menurut ahli nutrisi, Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum, hal praktis dan banyak campur tangan dari industri sangat tidak menjamin adanya kandungan gizi.

Prinsip 4 sehat 5 sempurna pun sudah lama ditinggalkan oleh dokter yang memiliki gelar tertinggi akademik sebagai doktor nutrisi ini. Prinsip tersebut sudah diganti dengan pedoman umum gizi seimbang yakni pola makan yang tidak hanya sehat tapi juga seimbang.

”Prinsipnya, kebutuhan gizi anak sampai usia 2 tahun lebih banyak dari ASI, setelah itu dialihkan kepada yang dia punya. Yang jadi masalah, anak diatas dua tahun ibunya sering kebingungan anaknya mau dikasih makan apa. Maunya serba praktis saja, padahal gizinya tidak ada,” kata doter yang akrab disapa dr Yen.

Makanan sehat yang dimaksud dr Yen yakni, makanan yang secara penampakannya semakin dekat dengan bentuk aslinya.

”Kalau itu sayur, harus kelihatan sayurnya, berwarna hijau, ada daunnya dan berserat. Kalau dikunyah, terasa bahwa itu sayur, bukan tablet sayur. Buah juga dalam bentuk aslinya, bukan dalam bentuk cairan berwarna yang dimasukan ke dalam kardus,” tegas dokter Yen.

”Kalau mau dibilang ayam, tegas dibilang ayam, bukan kaldu ayam. Ayam ada dagingnya, itu yang dimakan, bukan kulit ayam, kaki ayam atau jeroan,” tambahnya.

Bukan hanya sehat, tapi gizinya juga harus seimbang. Yang dimaksud seimbang yakni menu yang disajikan terdiri dari karbohidrat sebanyak 50 persen, protein sebanyak 35 persen dan lemak sebanyak 15 persen.

  1. Karbohidrat

Karbohidrat seperti apa yang disebut karbohidrat yang baik? Menurut dr Yen, karbohidrat yang bebas rafinasi. Untuk anak yang sedang tumbuh kembang, nasi sangat dibutuhkan.

Hanya saja, catatannya, bukan nasi yang putih, mengkilap atau berkristal. ”Coba ajarkan anak-anak makan beras yang pecah kulit (beras tumbuk) karena masih ada kulit arinya,” tegas dr Yen.

Sumber karbohidrat yang lain terdapat pada umbi-umbian. ”Prinsipnya anak yang masih tumbuh kembang, asuplah karbohidrat dari berbagai sumber, prinsip rotasi, kombinasi dan variasi. Jadi bukan berarti kita pemakan beras lalu setiap hari makan beras tapi bisa dikombinasikan dengan beras coklat, ubi, kentang, singkong, talas dan masih banyak lagi,” bebernya.

Lebih lanjut dr Yen menegaskan jika sayur dan buah merupakan sumber karbohidrat yang  terbaik. Alasannya karena sayur dan buah merupakan makanan dengan indeks glikemik rendah yakni tidak terlalu cepat dicerna jadi gula.

Syarat karbohidrat yang kedua adalah kaya antioksidan. ”Di beras nggak ada, tapi sayur dan buah itu top skornya anti oksidan,” katanya.

Dr Yen menyebutnya sebagai superfood, yakni semua makanan berwarna yang rendah dicerna menjadi gula, berwarna karena antioksidan-nya banyak, kaya akan enzim, bersifat alkalis dan kaya akan serat. ”Serat menjadi penting, karena keberadaan serat, maka dia lambat dicerna menjadi gula,” tegasnya.  

  1. Protein

Protein yang dimaksud harus bebas polusi. Misalnya, ayam harus bebas antibiotik, bebas cemaran vaksin, seafood pun harus bebas dari pencemaran minyak tumpah.

Protein yang terbaik yakni yang rendah lemak, karena yang dibutuhkan oleh tubuh adalah asam lemak yang tidak jenuh. Sedangkan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh adalah asam lemak jenuh yang biasanya ditemukan pada hewan kaki empat dan berada di kulit ayam.

  1. Lemak

Kebutuhan lemak sebanyak 15 persen. Tapi tentu saja lemak tidak jenuh, yang terdapat di dalam semua minyak tumbuhan, mulai dari kacang-kacangan, alpukat, minyak ziatun, atau minyak kemiri. ”Pada dasarnya tubuh tidak membutuhkan lemak terlalu banyak,” jelasnya.  

 

Orang tua merupakan pengayom gizi anak. Karena itulah, orang tua harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik untuk anggota keluarganya. ”Jangan sampai ada orang menawarkan makanan kaya protein atau antioksidan tapi dalam bentuk kemasan semua, habis semua anak kita. Yang berwarna itu bungkusnya, yang didalam hanya tepung, ada perasa dan pewarna,” pungkas dokter yang sehari-hari praktek di kawasan BSD, Tangerang ini.  *Bunga Kusuma Dewi