Selain fisik, manusia dilengkapi pula dengan emosi atau jiwa. Sebagaimana fisik yang memerlukan asupan makanan, hal yang sama juga berlaku bagi jiwa. Emosi atau jiwa kita membutuhkan obat yang bisa menjadi penawar kejenuhan, kekeringan, menghapus kegundahan sekaligus mendatangkan kegembiraan.
Salah satu obat bagi kesehatan jiwa adalah bercanda atau bersenda gurau, terutama di tengah anggota keluarga. Bercanda merupakan aktivitas yang menyenangkan. Salah satu manfaatnya adalah menyebarkan rasa cinta antara suami istri, dan di antara anak-anak, memperkuat ikatan-ikatan kasih sayang, dan mendatangkan kebahagiaan.
Dalam canda, terjadi komunikasi yang intensif dan saling melengkapi. Terjalinnya komunikasi menjadi salah satu ukuran atau pertanda
hadirnya kebahagiaan dalam sebuah keluarga. Jika tanda tersebut hilang, segera usahakan agar pertanda tersebut hadir kembali. Tanpa komunikasi yang intens di antara seluruh anggota keluarga, suasana rumah akan beku dan kosong.
Bercanda atau guyon sangat penting. Selain membuat suasana cair, juga bisa menyehatkan. Saling menggembirakan antar anggota keluarga dengan saling bercanda akan menciptakan suasana di rumah hangat, dekat dan akrab.
Akibatnya, seluruh isi penghuni rumah betah, ingin menghabiskan waktu di dalam rumah. Ketika hati kita merasa gembira, meskipun menghadapi persoalan yang sulit, insyaAllah kita akan mudah menemukan jalan keluarnya.
Berikan kegembiraan kepada anak-anak dengan mencandai mereka. Misal, Anda bisa melemparkan tebak-tebakan. Jika anak-anak dan mama mereka berhasil menebak sebuah teka-teki, maka si pemenang akan memperoleh hadiah berupa ”S” dan ”C”. Mereka akan antusias menjawabnya. Ketika jawabannya benar, Anda menCium dan mengeSun mereka. Karena ”S” dan ”C” itu singkatan dari Sun dan Cium. Sun dalam bahasa jawa berarti cium. Jadi dua hadiah itu berupa ciuman. Hadiah itu akan membuat anak-anak protes, tapi sekaligus tertawa.
Selain tebak-tebakan, Anda bisa juga melakukan slapstick, yaitu gerakan fisik sedemikian rupa sehingga ketika anak-anak melihatnya, mereka akan tertawa. Misal berjalan seperti monyet, Anda meloncat-loncat, mengeluarkan suara layaknya monyet sambil mengejar-ngejar anak dan istri Anda.
Atau Anda memberi pertanyaan mudah pada anak yang paling kecil. Saat menunggu jawaban, Anda minta kepada kakak-kakaknya untuk memberi semangat. Ada kemungkinan yang nanti keluar, pertama, jawaban yang asal keluar yang akan disambut tawa oleh semua kakak-kakaknya. Kemungkinan kedua, jawaban yang keluar benar, yang akan disambut tepuk tangan meriah sekaligus tawa gembira. Jadi pendek kata, banyak sekali yang dapat kita jadikan materi bercanda di rumah.
Saat duduk melingkar di meja makan juga bisa dijadikan sarana untuk saling melemparkan gurauan. Oleh karena itu, usahakan untuk makan bersama. Jangan makan sendiri-sendiri. Misal Anda makan sendirian di meja makan, istri bersama si kecil makan di teras belakang, kakaknya makan sambil menonton televisi. Makan sendiri-sendiri adalah kebiasaan orang-orang yang bertengkar dan berselisih.
Meskipun begitu, bercanda tetap memunyai semacam aturan main tersendiri. Misal, gurauan tetaplah harus yang benar, tidak mengandung dusta, tidak berlebihan. Sebab lelucon yang berlebihan akan mematikan hati, serta dapat mengurangi harga diri (martabat) seseorang. Saat bercanda jangan sampai menyakiti, membuat sedih orang lain, menakutkan, meremehkan, mengolok-olok, mengejek, atau membicarakan kejelekan orang lain. Orang tua harus harus memilih gurauan dan humor yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak. (Agus M. Irkham, pegiat literasi)