Banyak orang tua mengeluhkan anak-anaknya yang tak mau membantu pekerjaan orang tua di rumah, tak mengerti pekerjaan, dan tak mampu melakukan pekerjaan rumah.
Namun sebenarnya semua itu karena kesalahan orang tua sendiri. Orang tualah yang tidak pernah mengajari mereka membiasakan diri mengerjakan pekerjaan rumah bersama orang tua. Kepada anak-anak, mereka hanyalah menyuruh untuk bekerja.
Lalu bagaimana orang tua dapat membiasakan anak-anaknya membantu pekerjaan orang tua? Beberapa hal berikut ini dapat diterapkan kepada anak-anak kita agar mereka mau membantu pekerjaan orang tua.
Pertama, berilah teladan kepada anak-anak sejak dini. Ajaklah anak-anak melihat kita melakukan suatu pekerjaan ringan. Ajaklah mereka memperhatikan kita saat menyapu, mengepel lantai, mencuci motor, mencuci piring, mengecat jendela, memasak, membersihkan kompor, atau pekerjaan lainnya. Dengan begitu mereka akan tertarik untuk ikut melakukan pekerjaan kita. Mereka biasanya akan mencoba-coba melakukan apa yang kita lakukan.
Kedua, ceritakaanlah saat kita bekerja. Ceritakan apa jenis pekerjaan itu, apa tujuannya, bagaimana langkah-langkahnya, apa saja peralatan yang dibutuhkan, apa alasan kita melakukan hal itu, dan lain-lain. Sampaikanlah cerita itu saat kita tengah melakukan pekerjaan secara santai.
Ketiga, biarkanlah anak jika ingin ikut melakukan pekerjaan kita. Jangan sekali-kali kita melarang atau mencegah keinginan mereka untuk mencoba. Apalagi jika kita sampai menganggap mereka hanya akan mengganggu saja.
Dengan mencoba-coba, maka anak akan mengerti cara melakukan kegiatan tersebut dan tahu kesulitannya. Meski hasil yang dilakukannya kadang hanya membuat berantakan saja, namun sekali lagi, jangan anggap hal itu mengganggu. Berilah kesempatan mereka melakukannya hingga mereka tahu kesulitannya. Di sinilah kita dapat menunjukkan solusinya.
Keempat, ajaklah anak-anak mencoba melakukan apa yang kita lakukan. “Ayo, Nak, kita tanam bunga di pot itu!”, “Ayo, Nak, kita bersama mencuci motor ini!”, “Nak, mari kita menyapu halaman rumah biar bersih!”
Ajaklah mereka bekerja dengan senang hati. Jangan paksakan jika mereka ogah bekerja, sebab mungkin saja mereka sedang tertarik bermain dengan teman, atau ada hal yang lebih mengasyikkan. Tapi jangan pernah berhenti mengajak mereka dengan lemah lembut. Jangan pula paksakan mereka terus membantu kita, jika mereka terburu-buru menyudahi pekerjaan. Bekerja sebentar tak masalah, yang penting usahakan frekuensinya tinggi.
Kelima, hindari untuk menyalahkan mereka jika melakukan kesalahan. Ketika anak-anak mencoba melakukan kegiatan, seringkali mereka melakukan kesalahan. Jika itu terjadi, maka kita jangan sampai memutus-asakannya. Jangan sampai kita marah atau menyalahkannya.
Ini sangat penting diperhatikan untuk mencegah rasa bersalah dan takut melakukan kesalahan berikutnya. Sebagai contoh, anak yang mencoba membantu mencuci piring, kemungkinan memecahkan perabot itu. Anak yang membantu mengepel lantai, bisa saja ia akan menumpahkan air. Anak yang ikut mengecat pagar bisa saja menumpahkan cat dari kaleng.
Jika itu terjadi, hindarkan menyalahkan bahkan memarahi mereka. Berikan mereka kata-kata yang lembut; “Biarlah, Nak. Tidak apa-apa, Ibu bantu buang pecahan gelasnya. Biarlah, Nak. Tidak apa-apa, biar Ibu ambil air lagi!” Itulah hal yang harus dilakukan orang tua.
Keenam, berikan apresiasi ketika mereka melakukan pekerjaan. Anak-anak yang telah mencoba melakukan kegiatan, wajib kita berikan apresiasi. Apresiasi di sini bukan berati memberikan hadiah maupun upah. Jika memungkinkan, hindari mengapresiasi amak dengan bentuk upah, baik itu berupa uang, benda atau pun makanan. Karena hal itu bisa membuat mereka bermotivasi mendapatkan upah.
Berikan apresiasi kepada mereka berupa kata-kata, ‘Bagus, hebat, luar biasa, wah, pintar,’ dan kata-kata lainnya yang dapat membuat dia merasa bangga dan dihargai. Setelah itu sampaikan pula ucapan terima kasih agar kelak mereka akan kembali melakukannya.
Jika hal-hal di atas dapat kita lakukan, maka anak-anak kita akan mau dan terbiasa bekerja. Biasakan hal-hal kecil itu dilakukan setiap waktu hingga mereka akan terbiasa melakukannya. Dengan begitu kebiasaan itu akan dapat melatih mereka mengerti pekerjaan, melakukannya dengan sadar dan tanpa pamrih.
Hanya yang harus tetap kita perhatikan adalah pengawasan saat mereka melakukan pekerjaan. Jangan sampai mereka melakukan kegiatan yang terlalu berat yang dapat membahayakan dirinya. Pekerjaan-pekerjaan berbahaya yang menggunakan peralatan listrik misalnya, orang tua harus mengawasi dan menjaganya agar terhindar dari hal yang tak diinginkan. (Riyadi - Pendidik di SDN 1 Kediri Karanglewas, Banyumas, pegiat literasi di KOMPAK)
Sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4133