Beragam profesi biasa dikenalkan kepada anak. Namun dari waktu ke waktu profesi yang umum dipahami adalah menjadi guru, tentara, polisi, petani hingga presiden. Sangat jarang anak yang bercita-cita menjadi entrepreneur.
Ada beragam penyebab profesi entrepreneur atau pengusaha tak menjadi cita-cita anak kebanyakan. Salah satu pemicunya adalah mereka jarang mengenal sosok entrepreneur.
Untuk itu penting mengenalkan sederet entrepreneur sukses yang dapat mengispirasi mereka. Misalnya Chairul Tanjung, Bob Sadino, Sandiaga Uno dan entrepreneur lainnya.
Tak kalah penting sebagai langkah lanjutan, memberikan pendidikan entrepreneur. Tentu disesuaikan dengan tingkat usia anak.
Berikut beberapa kiat melatih anak menjadi entrepreneur:
Pertama, kenalkan cita-cita menjadi wirausaha. Ya kenalkan anak dengan profesi ini. Sering kali anak tidak mengenal profesi wirausaha.
Kenalkan sosok pengusaha sukses, baik dari dalam atau luar negeri. Bisa juga sosok sukses di lingkungan Anda sehingga anak melihat dengan nyata contoh tersebut.
Ceritakan bagaimana keuntungan menjadi seorang wirausaha. Misalnya bisa membantu sesama dengan membuka lowongan pekerjaan, mengatasi kemiskinan, bisa memberikan bantuan kepada orang lain berupa materi atau contoh yang lainnya agar anak tertarik menjadi seorang wirausaha.
Kenalkan kelebihan yang lain. Misalnya wirausaha bekerja sendiri tanpa ada yang menyuruh atau mengaturnya karena tidak bekerja pada orang lain dan sukses tidaknya wirausaha juga ada pada dirinya.
Kedua, ajak anak berdagang. Anda bisa ajak anak berdagang kue atau mainan di alun-alun sembari bermain. Atau bawakan anak kue atau es lilin utuk dijual di sekolah.
Dengan demikian mental wirausaha akan sedikit-demi sedikit melekat padanya. Dia menjadi memiliki pengalaman dagangannya tidak laku, mendapat respons yang kurang menyenangkan dari teman-teman atau menghadapi pembeli yang beragam, baik yang ramah atau sebaliknya.
Selain itu jika anak terjun langsung di lapangan dengan sendirinya dapat melihat peluang apa yang akan dia jual atau diproduksi. Misalnya bisa melihat peluang berjualan alat tulis atau aneka jajan atau mainan dan sebagainya. Anak akan cenderung peka dengan peluang bisnis di sekitarnya.
Ketiga, sertakan anak membuat kreativitas yang menyenangkan mereka. Selain berdagang ajaklah sesekali anak untuk ikut serta membuat handycraft untuk dijual.
Bingkai kegiatan dengan bermain. Contohnya memanfaatkan kain flanel atau kain perca sehingga bisa bernilai ekonomis. Bisa juga dengan mengajak anak membuat kue bersama. Dengan demikian anak akan ikut berkreasi sesuai keinginannya dan melakukannya tanpa beban.
Keempat, berikan reward. Berikanlah penghargaan untuk anak karena capaiannya yang tidak biasa. Walaupun barang dagangannya tidak laku anak tetaplah harus diberikan penghargaan atas jerih payahnya.
Berikanlah sesuatu yang menyenangkan untuk mereka. Seperti ajak makan di luar, membelikan mainan, tambahan uang saku atau sesuatu yang diinginkannya. Bukan untuk mengajarkan perilaku boros tetapi sebagai bentuk menghargai jerih payah mereka. Dengan demikian anak akan merasa senang dan akan belajar menghargai sebuah capaian baik pada dirinya atau orang lain.
Kelima, ajarkan berbagi. Selain menanamkan nilai mental wirausaha jangan lupa ajarkan anak untuk perduli pada sesama. Ajarkan anak menyisihkan rezekinya untuk sesama. Misalnya berbagi dengan teman atau memberikan sedekah.
Tanamkan pada anak bahwa di rezeki yang diperoleh ada hak orang lain yang harus diserahkan. Diharapkan dengan penanaman sikap dermawan kelak anak akan menjadi seorang wirausaha yang dermawan.
Semoga dengan kiat di atas anak akan bermental entrepreneur yang akan membangun negeri ini menuju kemandirian ekonomi. (Laelatul Istiqomah – Mahasiswa FEBI IAIN Purwokerto dan Relawan di Rumah Kreatif Wadas Kelir)