(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Melatih Berpikir dan Berlogika Anak Melalui Bacaan Cerita.

Admin disdikpora | 12 Maret 2019 | 853 kali

Saya menyerahkan selembar kertas yang berisi cerita sederhana pada anak-anak yang akan belajar dengan saya hari itu. Isi ceritanya sangat sederhana dan mudah dipahami.

Minggu pagi hari, Andi, Anti, dan ayah-ibu pergi tamasya ke pantai dengan mengendari mobil. Sampai di pantai mereka langsung membeli sarapan, dan makan bersama penuh suka cita.

Selepas sarapan, Andi langsung mengeluarkan pancingnya. Andi mengajak ayah memancing di laut dengan naik perahu. Ayah sangat senang menemani Andi memancing. Sampai kemudian pancing Andi ditarik ikan dan berhasil mendapatkan seekor ikan yang sangat besar.

Andi dan Ayah memamerkan hasil tangkapan pancingnya pada Anti dan ibu dari jauh. Keduanya pun sudah punya rencana nanti malam selepas pulang dari pantai. Akan memasak ikan bakar yang lezat untuk acara makan keluarga malam hari. Pasti sangat menyenangkan.

Setelah anak-anak membaca cerita itu, salah seorang anak menyeletuk, ”Kok, ceritanya singkat dan hanya begini? Ini mau diapakan Pak Guru? Saya sudah paham isi ceritanya!”

Saya hanya menanggapi dengan tersenyum. Kemudian saya berteriak pada anak-anak, ”Apakah kalian sudah selesai membaca?”

”Sudah!” teriak anak-anak kompak.

”Jika sudah, sekarang jawab pertanyaan saya:  Pergi kemanakah keluarga Andi?”

”Ke pantai, Pak Guru!” jawab Zakka.

”Ya, betul.”

”Apa yang dilakukan keluarga Andi setelah sampai di pantai?”

”Sarapan!” jawab Vita.

”Ya, betul.”

”Apa yang dilakukan Andi dan Ayah setelah sarapan?”

”Memancing di laut!” jawab Ova.

”Ya, betul.”

Saya diam beberapa saat menatap wajah anak-anak yang penuh antusias belajar, kemudian bertanya dengan pelan pada anak-anak, ”Apa warna mobil yang dikendarai keluarga Andi?”

Semua anak mendadak diam. Beberapa anak membaca cerita itu lagi, tetapi tidak menemukan jawabannya. Anak-anak saling pandang. Saling memberi isyarat bahwa pertanyaan ini jawabannya tidak ada di cerita.

“Jawabannya tidak ada di cerita, Pak Guru!” protes Nera.

”Iya, betul. Tapi, coba kita pikirkan. Pasti kalian akan menemukan jawabannya!” rayu saya pada anak-anak.

”Ya, aku tahu. Mungkin warnanya putih, Pak Guru!” jawab Mafi.

”Kenapa?” tanya saya.

”Karena yang saya tahu, mobil itu warnanya ada yang putih, hitam, dan silver. Jadi karena saya suka putih, mobil keluarga Andi juga berwarna putih.”

”Ya, benar.”

Mafi tersenyum senang.

”Terus, sarapan yang dimakan keluarga Andi apa ya? Ikan yang ditangkap Andi melalui pancingnya apa?”

Dua pertanyaan ini membuat anak-anak heboh. Mereka memberikan jawaban dan argumennya. Saya senang menyaksikannya. Setiap anak berpendapat atas jawabannya masing-masing.

Tentu saja saya tidak menyalahkannya karena setiap jawaban ada argumentasi yang dibangun anak-anak, dan semuanya bisa diterima dengan logika dalam konteksnya.

Misalnya, Dwi menjawab, ”Sarapannya ikan bakar karena di pantai pagi hari banyak penjual ikan bakar. Dan ikan yang didapat adalah ikan kakap yang besar. Ikan yang sering didapat melalui memancing di laut.”

Jawaban Dwi sudah menunjukkan kemampuannya dalam melakukan berpikir dan berlogika. Berpikir karena berdasarkan pengetahuan yang dimiliki: Dwi bisa menjawab pertanyaan, tetapi tidak sekadar menjawab, dia juga berlogika karena menghubungkan jawabannya dengan kenyataan kontekstual yang banyak dialami dan diketahuinya.

Inilah yang saya sebut dengan berpikir dan berlogika sebagai suatu kemampuan anak mengembangkan pengetahuan dan nalar logisnya, yang salah satunya dapat dilakukan melalui bacaan cerita.

Di sini menyiratkan bahwa setiap kali anak-anak kita dikondisikan untuk membaca atau dibacakan cerita, maka tugas guru atau orangtua selanjutnya adalah mengondisikan anak-anak untuk mengembangan pikiran dan pengetahuannya melalui menjawab pertanyaan dari guru dan orangtua.

Dalam memberikan pertanyaan, guru dan orangtua tidak serta merta memberikan pertanyaan yang jawabannya ada di bacaan cerita (tersurat). Juga harus diberikan pertanyaan yang tersirat, yang dalam teks bacaan itu tidak ada jawabannya langsung. Akan tetapi, sesungguhnya jawaban itu ada dalam konteks yang tersirat.

Misanya, keluarga Andi naik mobil yang warnanya tidak disebutkan dalam cerita. Tetapi setiap mobil kan pasti ada warnanya. Di sini anak-anak akan melogikakan jawabannya.

Dari sinilah, melalui kegiatan ini, kita sedang mengembangkan dua kemampuan penting bagi anak-anak, yaitu berpikir dan berlogika. Berpikir ini terkait dengan kemampuan koginitf anak dalam menggunakan pengetahuan atau pemahaman atas bacaan untuk menjawab pertanyaan secara tepat.

Namun, pertanyaan tersirat ini tidak cukup hanya dengan kemampuan berpikir. Akan tetapi harus dilanjutkan dengan kemampuan berlogika, yaitu menguhubungkan jawaban atas pertanyaan dengan alasan dan argumentasi rasionalisasinya. Dengan rasionalisasi yang baik ini, maka anak-anak akan semakin menjadi bermakna pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya.

Melalui dua kemampuan berpikir dan berlogika ini, maka anak-anak akan dikondisikan untuk memahamai bacaan secara baik, kemudian mampu mengontekstualisasikan bacaan dengan pengalaman dan kenyataan yang sebenarnya, yang tanpa disadari menjadi hal yang diacu dalam bacaan.

Dari sinilah, melalui bacaan sederhana, kita bisa meningkatkan kemampuan berpikir anak-anak secara baik. (Heru Kuniawan - Pengajar di Institut Agama Islam Negeri  Purwokerto, Founder Rumah Kreatif Wadas Kelir Purwokerto,  Penulis Buku Parenting dan Bacaan Anak-anak)