Menyaksikan anak-anak tumbuh dengan sehat, cerdas, dan gembira sangat menyenangkan. Sebagai orangtua, mengapresiasi capaian anak adalah hal yang patut dibiasakan.
Selain dalam bentuk pujian, bentuk apresiasi itu bisa diwujudkan dengan memberikan hadiah. Hadiah bisa mendorong anak untuk lebih bersemangat menjalani proses tumbuh kembangnya. Selain itu, hadiah juga bisa menjadi sarana untuk mendekatkan dan merekatkan hubungan anak dan orang tua.
Di zaman now, kesibukan orangtua tidak jarang menyebabkan intensitas kebersamaan dengan anak berkurang. Untuk menggantikan ketidakhadiran mereka di depan anak, kadang orangtua secara sembrono membelikan apa saja yang bisa membuat mereka senang.
Agar tak terjadi ke-sembrono-an tersebut, ada beberapa pertimbangan dalam memberikan hadiah kepada anak.
Pertama, disesuaikan tahap perkembangan
Tahap perkembangan ini biasanya mengikuti usia anak. Anak-anak balita, misalnya, lebih diprioritaskan pada hadiah yang mendorong kemampuan motorik kasar dan halus. Bola, sepeda, atau lego bisa menjadi pilihan. Pengenalan dan stimulasi kecerdasan koknitik melalui media gambar dan bacaan seperti buku tebal (board book) pun bisa menjadi pilihan.
Kedua, jenis kelamin
Mendekatkan anak pada peran fitrahnya sebagai lelaki maupun sebagai perempuan dapat dilakukan sejak dini. Penanaman peran fitrah ini dimulai dengan memilih dan memilah hadiah, terutama mainan. Memang ada banyak jenis mainan yang bersifat general (umum) yang bisa diberikan kepada anak laki-laki maupun perempuan. Namun, penting juga mempertimbangkan penanaman skill tertentu sesuai fitrah anak. Bukan berarti mainan anak perempuan tidak boleh dikenalkan pada anak laki-laki atau sebaliknya. Melainkan, porsi interaksi dengan mainan tersebut yang perlu diberi batasan.
Ketiga, motivasi belajar dan menekuni minat
Hadiah atas prestasi menunjukkan kebanggaan. Akan terasa lebih berkesan saat hadiah itu sesuai minat anak. Ini akan mendorong anak untuk melatih diri lebih giat karena merasa mendapat dukungan dari orangtuanya. Diperlukan ketelitian dalam mengamati kebutuhan dan keinginan anaknya. Sehingga hadiah yang diberikan akan tepat guna.
Keempat, menyesuakan anggaran keluarga
Terkadang kita jumpai orangtua yang memaksakan diri membeli sesuatu yang mahal dan menguras kantong. Bahkan menjerat karena terpaksa berutang. Semuanya dengan dalih demi kebahagiaan anak. Bisa jadi anaknya memang bahagia, tapi orangtuanya gantian menderita karena terlalu memaksakan keadaan. Jadi repot, bukan?
Ayah-Bunda, mari kita lebih bijak menjadi orangtua. Terutama dalam memberikan hadiah untuk putra-putri kita. Hadiah terindah itu bukan yang termahal, tercanggih, atau termewah. Hadiah paling berharga itu adalah kebersamaan. Selain aneka rupa hadiah yang sudah mereka dapatkan, sejatinya kehadiran Ayah-Bunda yang lebih mereka nantikan. (Wahtini-Ibu rumah tangga/penulis lepas, Sleman)