(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Menanamkan Jiwa Kewirausahaan pada Anak

Admin disdikpora | 14 Februari 2017 | 937 kali

suatu hari, saya dan istri pulang dari suatu tempat. Kondisi hujan deras. Saya dan istri berteduh di depan sebuah toko di daerah Batujajar. Sambil berteduh, pandangan kami tertuju kepada seorang anak, sebutlah namanya Andi yang dengan tangkas melayani pembeli di toko mainan yang berada di samping kami. Saya dengan seksama memperhatikan sikap dan cara berbicaranya kepada pembeli. Kami yang pada awalnya tidak berniat membeli mainan, mendadak tertarik ingin masuk ke toko tersebut.

Kebetulan istri saya ingin membelikan mainan untuk anak kami. Kondisi masih hujan. Ketika kami akan masuk ke toko, Andi mengingatkan kami dengan sopan, agar kami melepaskan alas kaki agar lantai toko tidak kotor. Kami pun menuruti permohonannya.

Di sela-sela tawar menawar harga antara Andi dengan istri saya, pandangan mata saya terus tertuju padanya. Lalu saya ikut nimbrung bertanya padanya. Andi yang masih kelas V SD dengan sigap, tanpa malu-malu menjawab setiap pertanyaan kami. Andi sejak kelas I membantu orang-tuanya berjualan di toko. Kalau sekolah masuk pagi, maka dia membantu setelah pulang sekolah sampai sore, dan jika masuk sekolah siang, dia membantu dari pagi sampai waktu zuhur.

Dia sudah tahu daftar harga yang dijual di tokonya. Tawar menawar harga pun dilakukan sendiri dengan pembeli, tidak lagi bertanya kepada orang- tuanya. Dia terlihat  sangat berbakat menjadi seorang pedagang yang ulung. Dia begitu lancar dan percaya diri berkomunikasi dengan pembeli. Dia mampu merayu dan meyakinkan pembeli untuk membeli dagangannya. Ketika istri saya membayar, dia sendiri yang menghitung dan memberikan uang kembalian.

Kisah Andi mengingatkan saya kepada program yang dijalankan oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Kang Dedi menyelenggarakan program pendidikan vokasional, di mana siswa dalam satu bulan, diminta satu hari untuk ikut ke tempat kerja orang-tuanya. Tujuannya untuk mengenal, belajar, sekaligus membantu pekerjaan orang-tuanya. Lalu siswa menyusun laporan kegiatan dan diserahkan kepada gurunya.

Dalam konteks kecakapan hidup (life skill), hal tersebut merupakan bagian dari pendidikan kecakapan hidup. Siswa bukan hanya diberikan sekumpulan teori yang kadang membuat jenuh, tetapi juga diberi kesempatan dari lapangan. Hal tersebut kadang jauh lebih bermakna dan terasa dibandingkan dengan hanya belajar di dalam ruang kelas yang kadang membosankan.

Jadi, jiwa kewirausahaan perlu ditanamkan sejak dini. Pengertian wirausaha di sini, bukan hanya mengarahkan anak untuk menjadi pedagang atau pengusaha, tetapi menanamkan nilai-nilai wirausaha seperti kemandirian, kerja keras, sungguh-sungguh, kreativitas, inovasi, berani mengambil resiko, dan lain sebagainya – ke jiwa anak.

Di era globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kita dihadapkan pada tantangan dan persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, anak-anak sebagai generasi masa depan harus benar-benar disiapkan kemampuan dan mentalnya dalam menghadapi kehidupan yang akan semakin dinamis dan kompetitif.

 

Menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak bukan hal yang mudah. Apalagi kalau anak-anak dibesarkan dalam keluarga yang serba ada, dan serba difasilitasi orang tua. Jika orang tua memanjakan anak, si anak akan menjadi cengeng dan mudah menyerah. Atau sebaliknya, dia menjadi tinggi hati karena merasa orang-tuanya orang kaya.

Melatih jiwa kewirausahaan karena itu bisa dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana, seperti merapikan kamar tidur, mencuci seragam sekolah, dan mencuci gelas dan piring bekas dipakai olehnya.

Dalam menanamkan jiwa kewirausahaan, kita harus belajar kepada beberapa milyarder yang mendidik anaknya dengan keras. Zhang Xi, konglomerat asal Tiongkok, meminta anaknya untuk bekerja jika menginginkan uang tambahan.

Bill Gates, pendiri Microsoft tidak ingin mewariskan kekayaan kepada anak-anaknya, dan lebih memilih untuk menyumbangkan hartanya untuk kegiatan sosial. Bill Gates khawatir jika dia mewariskan hartanya yang banyak kepada anak-anaknya akan membuat mereka kehilangan arah. Bill Gates dan Melinda, sang istri hanya membekali anak-anaknya dengan pendidikan yang tinggi, dan setelah itu, mereka diberikan kebebasan untuk menentukan masa depan masing-masing.

Melalui pendidikan kewirauasahaan yang diawali dari dalam keluarga, mari kita siapkan anak-anak kita menjadi manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan, terampil, dan memiliki kecakapan hidup, agar siap menyongsong masa depan yang penuh tantangan. (Idris Apandi, penulis, praktisi pendidikan)

 

 

sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=3852

Download disini