(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Mendidik Anak melalui Event Asian Games

Admin disdikpora | 27 Agustus 2018 | 717 kali

Menumbuhkan keterampilan

Lihatlah setelah anak-anak menyaksikan badminton, sepak bola, panahan, dan pertandingan lain. Mereka kemudian mengalami demam beragam cabang olahraga tersebut dan mencoba melakukan seperti halnya apa yang mereka tonton. Di sinilah momen anak-anak untuk meningkatkan keterampilannya melalui kegiatan tersebut. Ini sangat bermanfaaat bagi mereka untuk melatih keterampilannya.

 

Event Asian Games bisa bermanfaat untuk meningkatkan tiga aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak. Oleh karena itu ajaklah mereka untuk menyaksikan gelaran tersebut meskipun hanya melalui layar televisi. (Riyadi-Pendidik di SD Negeri 1 Kediri, Karanglewas, Pegiat KOMPAK)

”Gooooool...! Goool...!” teriak si kecil, anak saya, begitu Lilipali membuka gol pertamanya di pertandingan sepak bola Asian Games antara Indonesia melawan China Taipeh. Raut mukanya sangat girang. ”Indonesia! Indonesia!” lanjutnya seperti mengikuti gemuruhnya suara penonton di stadion.

Pertandingan sepakbola itu ternyata telah menarik anak saya untuk menyaksikan pertandingan-pertandingan berikutnya. Selanjutnya saya sering nonton bersama berbagai pertandingan. Bukan saja sepak bola tapi juga badminton, voli, lari, renang, dan lainnya.

Meski sebelumnya saya sering mengingatkan agar tidak terlalu sering menonton televisi, namun untuk kali ini justru saya ajak dia. Saya tahu Asian Games ini momen penting untuk menanamkan berbagai karakter terhadap anak saya.

Setidaknya ada tiga aspek penting yang akan didapatkan anak-anak dari Asian Games yang berlangsung di negeri kita. Ketiganya mencakup nilai pendidikan yang sangat relevan dengan apa yang diharapkan dan dijabarkan di dalam kurikulum 2013 yang tengah diberlakukan di negeri kita. Ketiga aspek tersebut adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

 

Menumbuhkan jiwa nasionalisme

Anak saya begitu menggebu-gebu membela, menyemangati, meneriaki tim kita saat berlaga. Ia bersorak gembira saat tim kita menciptakan gol. Ia sangat bangga terhadap timnas yang begitu semangat berjuang. Demikian pula pada pertandingan cabang olahraga lainnya. Ia selalu membela atlet Indonesia dan berharap menang.

Tentu hal yang sama pun dialami oleh anak-anak lain di Indonesia. Mereka merasakan bangga. Mereka akan mengungkapkan kecintaannya terhadap negeri ini beserta kekuatannya denga berbagai cara. Meski kadang cukup sederhana namun itu semua sudah dapat dijadikan indikator  kecintaan terhadap negerinya.

 

Bangga terhadap bangsa

Lihatlah  ketika anak-anak seusai menyaksikan berbagai pertandingan di Asian Games. Banyak reaksi yang kemudian muncul sebagai efeknya. Anak-anak ada yang menggambar bendera merah putih yang ditempel di pipi atau di dadanya. Ada pula yang mengenakan slayer merah putih. Ada pula yang menggambar simbol-simbol yang berkaitan dengan identitas bangsa ini. Bahkan tidak sedikit yang meminta kepada orangtua mereka untuk membelikan kostum garuda. Mereka memilih kaos bertuliskan Lilipali, Evan Dimas,  Febry, Hansamu Yama, Irvan, dan lain-lain kemudian dengan bangganya ia kenakan. Ini juga pertanda betapa di dalam jiwa mereka telah tertanam rasa bangga terhadap bangsa sendiri.  Nasionalisme mereka tumbuh seketika tanpa harus kita gembar-gemborkan.

 

Motivasi untuk berprestasi

Salah satu efek positif anak-anak setelah menyaksikan gelaran Asian Games adalah munculnya motivasi untuk berprestasi seperti atlet-atlet idola mereka. Anak-anak akan memasukkan realita ke dunia imajinasinya. Mereka kemudian melakukan aksi-aksi menirukan kehebatan para atlet. Begitu tim kita berhasil membuat gol, dengan serta-merta anak saya berdiri dan mencoba memperagakan tendangan yang menjadikan gol tadi. Kakinya digerakkan sekuatnya memperagakan tendanangan Lilipali. Ini tindakan spontan yang dilakukan dalam mengimajinasikan dirinya sebagai Lilipali.

Aksi itu pun tak hanya berhenti di situ saja. Untuk hari-hari berikutnya ia kemudian bersepatu bola menuju lapangan untuk bermain sepak bola bersama teman-temannya. Ternyata teman-temannya juga memiliki motivasi yang sama. Dengan bangganya mereka mengenakan kostum yang dimiliki dan mulailah mereka bermain sepak bola. Pada saat seperti itu, apa yang dapat kita bayangkan? Saya yakin ketika ia di lapangan yang dibayangkan mereka adalah  sebagai pemain Timnas Indonesia. Lagi-lagi ini adalah imajinasi positif yang harus terus berkembang.

 

Meneladani berbagai nilai karakter lain

Asian Games bermanfaat untuk menananmkan sikap anak-anak sebagaimana yang dikembangkan dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Lima sikap yang dikembangkan yakni religius, nasionalis, mandiri, integritas, dan gotong royong. Nilai sikap itu semua muncul dalam pesta olahraga terbesar di Asia tersebut.

Lihatlah para atlet saat hendak memulai dan mengakhiri pertandingan. Dengan khusuknya mereka berdoa sesuai agama dan kepercayaan sebagai perwujudan sikap religius. Nilai nasionalis, selain yang saya paparkan di atas juga dapat mereka lihat saat menyanyikan lagu kebangsaannya di setiap hendak berlangsungnya pertandingan atau mendapat juara. Sikap mandiri ditunjukkan ketika para atlet  harus menentukan strategi dan keputusannya sendiri saat berada di arena. Sikap intregitas atau kejujuran dapat dilihat saat mereka harus mengakui kesalahannya dan menerima sanksi atas kesalahannya itu. Nilai gotong royong dapat kita tunjukkan dalam banyak hal. Kerjasama, kekompakan, dan saling bekerja sama merupakan contohnya.

 

Meningkatkan berbagai aspek pengetahuan

Ketika anak saya menyaksikan pertandingan sepak bola Indonesia melawan China Taipeh, tanpa diduga ia melontarkan berbagai pertanyaan tentang negara itu. Di mana negera itu terletak, samakah dengan negara China, berlanjut dengan pertanyaan lain tentang Asian Games itu apa, negara yang ikut mana saja, serta berbagai pertanyaan lain.

Sangat penting untuk kita jelaskan karena momennya sangat pas. Anak-anak akan dapat memasukkan pengetahuannya ketika dirinya termotivasi ingin tahu dan ada momen yang bisa dimanfaatkan untuk mengingat. Saya yakin ketika kita mampu menjelaskan maka akan masuk dalam memori yang paling dalam dibanding saat kita mengajari mereka yang tidak didahului keingintahuan mereka. Ini motivasi intrinsik yang jarang kita dapatkan.