(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Menerapkan Psikologi Positif dalam Mendidik ABK

Admin disdikpora | 26 Oktober 2018 | 486 kali

Pada pagi itu, Kiki, tetangga saya yang berumur 15 tahun sedang bersiap di depan rumahnya untuk menemani ibunya ke pasar. Sudah dua tahun Kiki tidak melanjutkan sekolah karena menyandang autisme. Di rumah ia hanya membantu Ibunya, dan belajar apapaun yang diajarkan Ibunya.

Ibunya sering merasa cemas terhadap masa depan Kiki. Ibunya takut jika putranya tidak dapat memiliki kemampuan yang memadai untuk terjun ke masyarakat  karena suka mengamuk saat keinginannya tidak dituruti.

Begitulah, memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) memang cukup menantang bagi orangtua. Banyak lika-liku yang harus dilewati agar anak tetap bisa tumbuh optimal seperti anak pada umumnya. Seringkali, rasa stres, khawatir dan lelah menghampiri pada waktu tertentu. Tetapi penting bagi orangtua untuk tidak membiarkan perasaan negatif tersebut mengontrol perilakunya sehari-hari, apalagi kalau anak sudah terkena dampaknya.

Salah satu pendekatan yang berguna untuk diterapkan dalam mendidik dan membesarkan ABK adalah dengan menerapkan psikologi positif, yaitu pandangan bahwa seseorang dapat menjadi yang terbaik versi dirinya sendiri dan bagaimana seseorang dapat menjalani hidup dengan bahagia dan optimis, bagaimanapun kondisinya.

Psikologi positif sangat berguna diterapkan oleh siapa aja, termasuk untuk orangtua yang membesarkan dengan ABK agar meningkatkan rasa syukur dan bangkit kembali.

Berikut adalah hal-hal sederhana yang dapat dilakukan orangtua kepada ABK:

 

Memperlakukan anak sebagai manusia yang utuh

Tahap pertama yang harus ditanamkan pada pola pikir orangtua dari ABK agar tetap bahagia adalah mengakui, menerima, dan mengizinkan kondisi anak sebagaimana layaknya manusia yang harus diperlakukan dengan baik. Kita mengetahui bahwa setiap manusia/anak memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing. Namun jangan jadikan keunikan dan kekurangan itu sebagai sesuatu yang menghalangi anak untuk belajar tentang aturan, norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Selalu ajarkan nilai-nilai kebaikan pada ABK tetapi ingatlah kapasitas dirinya dalam menjalankan apa yang sudah diajarkan.

 

Memberikan pendidikan yang sesuai kebutuhannya

Jika anak sudah dipastikan tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah umum, orangtua sebaiknya tidak langsung menyerah begitu saja. Orangtua harus mencari alternatif pendidikan lain yang cocok dengan kondisi dan kebutuhan anak. Misalnya apakah harus ke sekolah inklusi, sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus dan sebagainya. Sebelum menentukan tempat pendidikan yang tepat untuk anak, sebaiknya konsultasikan dulu dengan psikolog agar lebih mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.

Bagaimanapun kondisinya, ABK harus tetap mendapatkan pendidikan demi menyalurkan potensi dan menggapai masa depannya karena semua anak berhak untuk berguna bagi bangsa dan negara meskipun di lingkup yang berbeda-beda.

 

Optimis dan percaya pada kemampuan anak

Sebagian orangtua pasti pernah berpikir kalau ABK itu tidak bisa apa-apa, tidak bisa berprestasi, dan meraih mimpi seperti anak yang lain. Pemikiran itu kurang tepat. Bagaimanapun kondisi anak jika diberikan kesempatan untuk tumbuh, ia akan sukses pada waktunya.

Contohlah Yasmin Azzahra Rahman, seorang remaja yang mengalami gangguan pada cerebral palsy ini mengakibatkan dirinya gagap dalam berbicara. Selain itu, fungsi motorik yang rusak membuatnya harus menggunakan kursi roda. Meskipun begitu, Yasmin bisa menuliskan sebuah buku yang berisi tentang perjalanannya menjadi ABK saat di Belanda dan bagaimana perjuangannya untuk sekolah selama di Indonesia. Ia juga dinobatkan sebagai duta literasi anak berkebutuhan khusus. Ternyata kemahirannya dalam menulis berawal dari sang kakek yang selalu mengajarkannya untuk menulis.

Masih banyak tokoh-tokoh dunia yang berkebutuhan khusus seperti Stephen Hawking seorang ilmuwan fisika, Satoshi Tajiri si pencipta Pokemon, Matt Savage seorang musisi jazz proefesional dan masih banyak lagi.

Melihat kisah ABK yang sukses, tidak ada yang tidak mungkin. Fasilitasilah mereka dengan sesuatu yang dapat menunjang minat, bakat dan kreativitasnya. Berikan ruang yang seluas-luasnya. Yakinlah bahwa ia bisa dan tunjukkan rasa semangat. Jika orangtua selalu menunjukkan kepercayaan yang positif di depan anak, secara tidak langsung mereka akan ikut merasa positif.

 

Meningkatkan emosi positif = bersyukur

Salah satu teknik yang biasa dilakukan untuk meningkatkan emosi positif di dalam diri adalah menulis hal-hal yang orangtua syukuri di dalam hidup. Beberapa penelitian mengatakan, dengan menulis daftar rasa syukur orangtua dapat mengalihkan segala sesuatu yang negatif menjadi positif, lebih merasa perhatian terhadap sekitar, optimis, energik, dan lebih dekat dengan anak. Akhirnya orangtua cenderung merasa bahagia.

Ingat, memiliki anak adalah anugerah yang tidak semua orang dapat merasakannya. Ketika orangtua sudah ”dipercayai” untuk membesarkan anak, dengan kondisi apapun, cobalah untuk bisa menjalaninya, bersama-sama.

 

Relaksasi

Harus diakui, dalam mendidik dan membesarkan ABK, orangtua harus mengeluarkan tenaga sekian kali lipat lebih besar dibanding dengan anak pada umumnya. Agar stres, marah, dan emosi negatif yang muncul tidak memperburuk keadaan, coba lakukan relaksasi sederhana ini:

Posisikan tubuh senyaman mungkin, ambil napas dalam-dalam selama 3 detik kemudian buanglah perlahan melalui mulut. Lakukan 3-4 kali hingga merasa lebih tenang.

Dengan melakukan relaksasi ini, orangtua akan terbantu untuk mengurangi semua emosi negatif serta memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk berpikir jernih kembali. (Amelia Ajrina, S.Psi – Guru Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus di KlikPsikolog)