Ada masa ketika orang tua perlu mengajak anak turut serta bersama mereka mengunjungi sahabat, kawan lama, atau keluarga di suatu tempat yang jauh dari rumah.
Momen yang sangat biasa terjadi, namun etika yang menyertainya tidak dapat disepelekan, karena anak belajar pada setiap hal dan peristiwa yang terjadi di depan matanya.
Oleh karena itu orang tua perlu senantiasa mengontrol perilakunya, agar proses transfer pengetahuan dapat efektif, karena pembelajaran berpotensi terjadi di mana saja dan kapan saja – hal-hal yang akan ditiru dan diserap oleh anak dengan mudahnya.
Mengajak anak berkunjung ke sebuah rumah didasari oleh beberapa alasan dan tujuan. Mungkin karena di rumah ia tidak mempunyai teman, sehingga akan membahayakan jika ditinggal sendirian.
Keinginan anak untuk ikut berkunjung tidak dapat ditawar-tawar lagi, sehingga mau tidak mau ia harus diajak. Atau bisa pula karena orang tua memang suka mengajak anak ke mana-mana, meskipun harus repot dengan bawaan yang bermacam-macam.
Apa pun alasan mengajak anak turut serta mengunjungi rumah orang lain tidak bisa dilepaskan dari adab atau etika yang selaiknya diperhatikan, karena kita tidak tahu bagaimana sifat dan karakter si empunya rumah yang didatangi.
Apakah ia orang yang apa adanya, cuek saja dengan perilaku anak yang kurang sopan dan tertib, ataukah sebaliknya. Ia seorang pembersih, sangat peduli pada kerapian dan kebersihan, sehingga kekacauan sedikit saja dapat membuatnya kurang nyaman.
Sementara di satu sisi, ada pula anggapan yang tertanam pada sebagian orang tua bahwa dalam mendidik anak kurangi pengawasan, larangan, dan semacamnya, tanpa memerhatikan situasi atau lingkungan di mana hal tersebut terjadi.
Iya, kalau di rumah sendiri tentu tak jadi soal. Akan tetapi bagaimana kalau perilaku yang kurang menyenangkan tersebut terjadi di rumah orang lain? Tentu saja sebagai orang tua, kita perlu memberikan batasan-batasan, termasuk bagaimana etika ketika si anak bertamu atau berkunjung ke rumah orang lain.
Inilah sebagian hal yang perlu diajarkan saat mengajak anak bertamu:
1. Mengetuk pintu terlebih dahulu, maksimal tiga kali. Jika tidak ada jawaban, maka sebaiknya kita pulang saja dan datang lagi di lain waktu.
2. Jika pintu sudah terbuka, hendaknya menunggu untuk dipersilakan duduk, baru kita duduk.
3. Anak hendaknya duduk tenang di kursi yang telah disediakan, menunggu urusan orang tua selesai dengan si tuan rumah.
4. Jika anak menginginkan sesuatu, hendaknya ia berbisik pada orang tua dan tidak menyela pembicaraan orang dewasa.
5. Jika disodori atau ditawari makanan ringan, ambillah secukupnya saja. Tidak bolak-balik merogoh atau meraih makanan tersebut, meskipun anak menyukainya.
6. Ingatkan pula untuk senantiasa menyertakan kata-kata pamungkas seperti ‘maaf’, ‘terima kasih’, ‘permisi’, dan lain-lain.
Anak memang masih kecil, sehingga terkadang diharapkan banyak permakluman terhadap perilaku mereka. Namun bukan berarti mereka bebas dari aturan dan bebas berlaku tidak sopan saat berinteraksi dengan orang lain. Karena pembiasaan tetap utama diajarkan sejak kecil, agar ia kelak menjadi manusia yang bermartabat. (Mauliah Mulkin, pminat masalah pendidikan)