(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Mengasuh Anak Remaja secara Bijak

Admin disdikpora | 22 April 2019 | 1438 kali

Ayah dan Bunda, ketika anak menginjak masa remaja, banyak hal yang berubah. Mereka dahulu suka melakukan hal-hal yang berbau anak-anak seperti bermain boneka, bermain masak-masak, atau permainan anak-anak lainnya. Saat masa remaja mereka malu melakukannya, apalagi di depan umum atau di depan teman-temannya.

Namun terkadang mereka masih merindukan permainan itu. Mereka yang dulu suka dibacakan dongeng sebelum tidur, atau minta ditemani saat hendak tidur, saat remaja mereka menolak. Yah, Mereka sudah bukan anak-anak lagi, tetapi sudah memasuki masa transisi untuk menjadi manusia dewasa.

Menurut Anita Lie (2003) masa remaja merupakan masa di mana anak sedang mencari jati diri. Masa mencari identitas tentang dirinya.

Sebagai orangtua, kita harus menyadari bahwa ananda pada masa remaja ini mengalami ketegangan dalam proses pencarian jati diri. Proses pencarian jati diri ini sangat berpengaruh pada perkembangan kecerdasan anak dalam berbagai dimensinya. Baik kecerdasan intektual, emosional, spiritual, interpersonal, atau kecerdasan body kinestetik.

Dalam proses pencarian jati diri, kadangkala mereka merasakan kekacauan identitas dan mengalami kebingungan antara kenyataan dan idealismenya. Oleh karena itu, sebagai orangtua, kita harus dapat mendampingi dan membantu putra-putri kita dalam proses menemukan jati dirinya. Sehingga mereka akan tumbuh menjadi remaja yang baik, cerdas, dan tangguh.

Bagaimana cara mengasuh dan mendampingi putra-putri kita ketika mereka memasuki usia remaja? Ada beberapa hal yang dapat ayah bunda lakukan dalam mendampingi dan mengasuh anak ketika memasuki masa transisinya, antara lain:

Jadi teman

Untuk mendampingi putra-putri kita di masa remaja, bertindak sebagai teman merupakan salah satu alternatifnya. Kenapa? Pada masa ini anak kita mulai meninggalkan masa anak-anaknya. Mereka ingin belajar untuk mandiri dalam memecahkan permasalahan. Mereka tidak ingin lagi bergantung kepada orangtua.

Jadi dalam hal ini anak membutuhkan orangtua sebagai sesama manusia yang bisa dia percayai. Orang yang telah berhasil menjalani masa transisi. Orang yang mempunyai pengalaman melewati masa transisi sehingga dapat diajak berbagi. Orangtua yang dapat diajak berbicara seperti temannya. Dalam hal ini kita sebagai orangtua harus belajar untuk tidak menggurui, memerintah, dan mendektenya.

Terkadang orangtua karena terlalu sayang pada putra-putrinya selalu memberitahu apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Suka memerintahkan hal-hal yang terkadang tidak disukai putra-putrinya. Dan yang pasti suka menggurui, karena orangtua umumnya merasa lebih pintar dan ahli dibandingkan putra-putrinya.

Namun justru hal ini akan menghambat perkembangkan mental, emosional, dan kecerdasan anak. Terlebih lagi mengganggu proses pencarian jati diri mereka. Kreativitasnya dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi tidak akan berkembang baik.

Kematangan secara intelektual dan memunculkan gagasan juga akan terhambat, jika orangtua selalu mendekte anaknya. Oleh karena itu, kita sebagai orang memang harus beralih peran menjadi teman karib putra-putri kita dalam menghadapi masa transisinya.

Arahkan mengikuti kegiatan yang dilakukan secara berkelompok

Pada masa remaja, anak suka berkelompok. Mereka ingin dihargai dalam kelompoknya. Mereka ingin mendapatkan pengakuan dari kelompok atau teman-temannya. Oleh karena itu sebagai orangtua mengarahkan anak saat usia remaja untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan berkelompok sangat tepat. Misalnya di sekolah anak diminta mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang disukai oleh anak. Seperti bola basket, pramuka, rebana, menari, atau yang lainnya.

Nah dalam kelompoknya, anak akan berinteraksi dengan teman-teman, mengembangkan bakat dan kemampuan, berbagi pengalaman, menunjukkan kemahiran sehingga dia diakui keberadaannya dalam kelompok tersebut. Dia juga akan dihargai dalam kelompok tersebut.

Hal inilah yang akan memfasilitasi perkembangan mental remaja di masa transisi ini. Remaja akan berkembang menjadi lebih dewasa secara sosial, emosional maupun intelektual.  

Di dalam lingkungan rumah, orangtua juga bisa mengarahkan anak mengikuti organisasi yang ada di lingkungan sekitar. Seperti ikatan remaja masjid atau organisasi remaja yang lain.  Dengan ikut andil dalam kegiatan positf ini akan memfasilitasi proses perkembangan jati diri anak. Sebagai orangtua, kita hanya perlu mengetahui siapa saja temannya. Karena menurut anak remaja, perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan dan dapat diterima oleh teman-temannya. Dia mencari persetujuan dan peneguhan tentang apa yang baik atau tidak baik dari teman-teman sebayanya. 

Nah, dengan mengetahui siapa temannya, maka kita dapat mengetahui ke arah mana perkembangan putra-putri kita.

Memberikan kegiatan yang menantang

Remaja adalah pribadi yang selalu ingin diperhatikan. Oleh karenanya ia akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian orang lain. Remaja juga selalu ingin mencoba semua hal yang baru dan penuh tantangan.

Dalam hal ini orangtua harus menfasilitasi perkembangan anak. Bagi anak-anak yang suka berolahraga, anak dapat diajak berkompetisi. Misalnya bertanding bulu tangkis dengan ananda. Kita harus bersungguh-sungguh saat pertandingan, jangan sampai terkesan kita mengalah.

Bagi ananda yang suka sains, kita bisa mengajak mereka melakukan penelitian sains kecil-kecilan. Misalnya penelitian tentang pengaruh pemberian garam terhadap posisi telur di dalam air. Dengan kegiatan ini kecerdasan majemuk ananda pasti akan berkembang baik. Jadi Ayah-Bunda dapat mengkreasi kegiatan menantang sesuai dengan bakat dan minat ananda.

Mengajak mengerjakan suatu proyek bersama keluarga

Anak di masa remaja sudah mulai matang secara intelektual dan sangat tertarik dengan permasalahan yang menantang. Anak bisa diajak dan dibimbing untuk membuat suatu proyek bersama keluarga.

Misalnya membuat buletin keluarga. Kita dapat membagi tugas sesuai dengan kemampuan dan minat. Beberapa tugas dan peran meliputi reporter, desainer, fotografer dan lain-lain. Berilah mereka kesempatan untuk berkreasi untuk mengisi buletin.

Nah, setelah buletin keluarga terwujud, jangan lupa untuk menggandakan dan membagikan kepada sanak dan handai taulan. Hal ini akan membuat seorang remaja sangat senang, karena diakui keberadaannya.

Hal yang pernah saya lakukan untuk memberi aktivitas positif anak remaja (anak saya) dengan membuat vertikultur bersama. Yah, rumah kami memang sempit, namun kami ingin rumah kami terlihat asri dan hijau sehingga kami betah berada di rumah. Ananda membantu menggergaji peralon, menancapkannya dalam tanah, mengisi lubang dengan tanah, dan menanam bibit sawi. Setelah sawi-sawi tumbuh berikan tanggung jawab untuk menyiraminya setiap hari. Anak akan bangga, ketika tanaman sawi dalam vertikulturnya tumbuh dengan subur. Nah di sinilah peran orangtua dalam membantu anak menghadapi tantangan masa transisi dibutuhkan.

Memberikan penghargaan atas keberhasilan yang dicapai

Setiap anak dalam tahapan mana pun akan sangat senang diberikan penghargaan. Penghargaan tidak harus selalu berupa barang tetapi dapat berupa kata-kata pujian. Dengan memberi pujian dan penghargaan, seorang remaja merasa bahwa dirinya benar-benar ada. Itulah hal yang sebenarnya diinginkan remaja.

Mari Ayah-Bunda dampingi tumbuh kembang putra-putri kita agar menjadi genarasi milenial yang andal dan tangguh menghadapi tantangan global ini. (Siti Fatimah - Penulis dan guru di SMP 2 Kudus Jawa Tengah. Foto: Fuji Rachman)