(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Mengatasi Perilaku Klitih di Kalangan Remaja

Admin disdikpora | 18 Mei 2018 | 4741 kali

Salah satu perilaku menyimpang remaja yang sedang menjadi tren, terutama di daerah Yogyakarta, adalah klitih, yaitu salah satu bentuk perilaku anarkisme remaja. Klitih identik dengan segerombolan para remaja yang ingin melukai atau melumpuhkan lawannya dengan kekerasan. Ironisnya klitih juga sering kali melukai lawannya dengan benda-benda tajam seperti: pisau, gir, dan pedang samurai, Dari kasus terakhir, perilaku anarkisme klitih ini telah memakan korban jiwa.

Sekalipun perilaku menyimpang remaja ini baru marak terjadi di Yogyakarta, tetapi jika dibiarkan tidak menutup kemungkinan akan merebak ke daerah lain. Untuk itu, tindakan preventif harus kita lakukan agar remaja-remaja kita, terutama yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas tidak melakukan tindakan anarkisme klithih.

Dari beberapa analisis yang dilakukan media massa, terutama dari pengakuan peluka, tindakan klitih dilakukan oleh remaja yang berlatar belakang keluarga yang mengalami kegagalan, terutama keluarga yang broken home [Kedaulatan Rakyat, 15 Maret 2017, hlm.1]. Remaja-remaja tersebut melakukan tindakan ini untuk pencarian jadi diri dengan cara ikut-ikutan yang mudah dipengaruhi oleh kakak kelas atau alumnus yang telah melakukan tindakan klithih ini.

Untuk itu, dengan adanya fenomena tersebut, kita sebagai orang tua harus mulai memperhatikan pendidikan keluarga dengan sebaik-baiknya. Kita tentu saja tidak ingin remaja kita menjadi pelaku atau korban atas tindakan tersebut. Di sinilah kita perlu melakukan tindakan preventif dalam mengatasi persoalan fenomena klithih dengan melakukan empat hal di bawah ini dalam ruang pendidikan keluarga.

Pertama, memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak remaja kita. Ya, kita sudah tahu bahwa fakta di balik maraknya tindakan anarkisme klithih itu adalah kurangnya perhatian orang tua. Untuk itu, perhatian dan kasih sayang orang tua akan menjadi kontrol

Kedua, mencoba mengetahui seluruh kegiatan remaja di luar. Mengetahui seluruh kegiatan remaja menjadi hal penting, tetapi jangan dilakukan dengan cara-cara seperti detektif, selalu bertanya dengan penyelidikan. Ini akan membuat remaja jengah dan tidak suka diawasi. Kita cukup dengan bertanya, “Mau ada kegiatan apa?” dan “Sampai jam berapa?”. Ini bisa menciptakan kontrol bagi remaja dalam membentengi diri. Dengan diketahui kegiatannya oleh orang tua, remaja akan merasa bersalah jika berbohong dan tidak menepati janji. Ini kontrol personal yang efektif dari anak.

Ketiga, bekerja sama dan berkomunikasi baik dengan sekolah. Kebanyakan kasus tindakan anarkisme klithih ini dilakukan oleh sekelompok teman-teman di sekolah. Di sini sekolah memiliki peran dan kontrol penting. Untuk itu, orang tua harus aktif membangun kerja sama dan komunikasi yang baik. Setidaknya, orang tua berhubungan aktif dengan wali kelas dalam mengikuti perkembangan pergaulan remaja dan sikap-sikapnya di sekolah. Jika terjadi perilaku yang mencurigakan, orang tua dan sekolah bisa melakukan tindakan preventif.

Keempat, memberikan tugas dan tanggung jawab pada remaja dengan kegiatan bermanfaat. Memberikan tanggung jawab melalui kegiatan yang sesuai dengan minat remaja akan membuat remaja lupa dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, yang berkecenderungan membuat remaja mudah dipenaruhi oleh teman-teman yang menghasut untuk melakukan tindakan anarkisme klitih. Remaja akan senang dan berfokus dengan kegiatan yang bermanfaat, yang menjadi hobinya. (Heru Kurniawan, pengajar Pendidikan Anak Usia Dini  di Institut Agama Islam Negeri Purwokerto)