(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Mengatasi Pertengkaran Pada Anak

Admin disdikpora | 02 Maret 2018 | 2542 kali

Awalnya tidak ada masalah ketika anak-anak bermain bersama di luar kelas saat istirahat. Ada yang bermain balok, bermain jungkat-jungkit dan sepak bola. Tiba-tiba dari dalam kelas terdengar jeritan anak perempuan, ”Ini kapur tulisku, mengapa kamu ambil?” teriaknya.

Rupanya Nabila tidak terima kapur tulisnya direbut Dany. Pertengkaranpun terjadi antar kedua anak itu. Dany memaksa merebut kapur tulis yang dipegang Nabila.  Saya menghampiri keduanya, ”Dany, sini ikut bu guru. Kita ambil kapur di meja ya, Nabila teruskan menulis ya,” kataku melerai.

Keadaan yang sama ketika anak di rumah. Berebut mainan, saling mencari perhatian orang tua dan berebut minta diladeni terlebih dahulu, adu mulut dengan masalah yang tidak jelas, hampir dirasakan semua orang tua.

Baik di sekolah maupun di rumah pertengkaran antara anak satu dengan anak yang lain hampir setiap hari kita jumpai. Pertengkaran merupakan hal biasa asal tidak sampai menimbulkan adu fisik yang  membahayakan dan berakibat dendam.

Pertengkaran terjadi biasanya karena kurangnya keterampilan dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam berhubungan (bersosialisai) pada seseorang. Jadi jika anak-anak dalam perkembangan sosial emosionalnya sudah baik serta kemampuan bersosialisasinya sudah tumbuh, pertengkaran akan dapat diminimalisir.

Dalam pertengkaran cenderung saling menyalahkan dan merasa paling benar sendiri. Namun pertengakaran yang merupakan bumbu dalam pergaulan manusia yang dapat mendewasakan diri jika disikapi dengan bijak.

Lalu bagaimana cara orang tua atau guru mengatasi pertengkaran pada anak? Berikut adalah salah satu trik mengatasi pertengkaran mereka:

Pertama, memperbaiki pola komunikasi pada anak. Ajarkan kepada anak untuk belajar menjadi pendengar yang baik untuk menghindari debat kusir yang tidak ada ujungnya dan saling menyalahkan.

Kedua, komunikasi yang sehat mengurangi konflik atau pertengkaran. Komunikasi yang ’tidak nyambung’ menyebabkan rusaknya suatu hubungan dan berakibat pertengkaran. Ajari anak untuk berbicara sopan dan meminta izin jika ingin meminjam sesuatu.

Ketiga, masalah yang timbul dan menyebabkan pertengkaran tidak selalu berawal dari masalah yang berat atau masalah besar. Banyak kejadian pertengkaran terjadi hanya karena sebab yang sepele. Oleh karena itu jangan abaikan penyebab masalah sepele. Seperti contoh kasus perebutan kapur tulis antara Nabila dan Dany. Namun jika dibiarkan akan timbul pertengkaran fisik.

Keempat, beri pengertian pada anak dengan melakukan time out. Pada kasus di atas, kita dapat  mengatakan pada Dany bahwa kapur tulis di kelas ini sangat banyak, jadi dia tidak seharusnya merebut kapur tulis yang dipegang Nabila. Perbuatan merebut adalah perbuatan yang tidak baik. Pada Nabila kita dapat ajarkan berbagi dan bermain menulis angka atau huruf bersama teman-teman akan lebih asyik dari pada bermain sendiri.

Kelima, bicaralah pada anak setelah suasana tenang. Jika keduanya masih dalam susana bertengkar, menasihati atau bicara pada keduanya tidak anak memberikan hasil yang baik. Tanamkan nilai-nilai sosial dan emosional ketika menasihati. Ajarkan juga empati pada anak ketika anak sudah siap menerima masukan atau nasihat.

Keenam, hindari bentakan dan ancaman ketika sedang menghadapi anak yang sedang bertengkar. Lakukan time out pada keduanya pada ruang yang nyaman dan bukan untuk mengintimidasi atau menghakimi. Namun sebagai upaya agar keduanya akur kembali dan dapat bermain bersama tanpa ada tekanan.

Ketujuh, sesungguhnya dalam suatu pertengkaran ada pelajaran yang dapat kita petik. Yakni bagaimana menjadikan anak menjadi seorang yang pemaaf dan menyudahi suatu perselisihan. Belajar untuk mengalah dan mengerti orang lain dengan komunikasi yang santun. Ajak anak saling bersalaman dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik saat terjadi pertengkaran. Nilai-nilai sosial emosional dan nilai-nilai agama dapat kita sisipkan agar anak bertambah wawasannya dalam bersosialisasi.

Delapan, sebagai orang tua atau guru harus dapat mencari solusi yang bijaksana. Orang tua atau guru tidak boleh berat sebelah dan menyalahkan sepihak ketika menghadapi anak yang sedang bertengkar. Tutur kata yang halus dari orang tua atau guru akan cepat meredakan konflik yang terjadi pada anak. Semoga bermanfaat. (Sikhah - Guru Taman Kanak Kanak Pertiwi Bobosan Purwokerto Utara Banyumas)