(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Anak dengan Bermain Peta Konsep Kata

Admin disdikpora | 08 Oktober 2018 | 876 kali

Di hadapan anak-anak yang sudah siap untuk belajar, saya menyebutkan satu konsep kata, ”Rumah!”

Kemudian saya menjelaskan, ”Tugas kalian sekarang adalah tolong pikirkan dan imajinasikan kata rumah! Saya beri waktu satu menit!”

Anak-anak pun segera berdiam diri. Ada yang memejamkan mata. Ada juga yang membuka mata dengan tatapan kosong. Yang jelas semua anak sedang berpikir dan berimajinasi tentang rumah. Entah apa yang muncul di benak pikiran anak-anak saya tidak tahu.

”Waktu selesai!” perintah saya.

Anak-anak menarik napas lega. Seperti baru keluar dari dunia pikiran dan imajinasi yang melarutkan dan melelahkan.

”Anin, sebutkan tiga kata yang berkaitan dengan rumah?” pinta saya.

”Pulang, nyaman, dan indah!” jawabnya.

”Ya, bagus!”

”Nera, sebutkan tiga kata yang paling tidak kamu disukai dari rumah!” saya menunjuk Nera.

”Sepi, kotor, dan berantakan!” jawab Nera.

”Ya, bagus!”

”Mafi, sebutkan kata yang menjadi bagian rumah!” lanjut saya ke Mafi.

”Jendela, pintu, dan halaman!” Mafi menjawab.

”Ya, bagus!”

Anak-anak pun bisa menjawab segala hal yang saya tanyakan tentang rumah. Imajinasi dan pikiran mereka sangat bagus dan cepat untuk menjawab dengan tepat. Saya sangat senang.

”Sekarang jelaskan alasan kenapa kalian menjawab tiga kata itu. Ingat-ingat jawaban yang tadi sudah kalian katakan, dan jelaskan alasannya. Saya berikan kesempatan satu menit untuk berpikir!”

Anak-anak kemudian berpikir. Seperti tadi, sebagian anak memejamkan mata, mengingat, dan berpikir. Sebagian lagi membuka mata untuk berpikir.

”Mafi!” tunjuk saya.

”Bagian rumah itu: jendela, pintu, dan halaman. Pintu merupakan bagian rumah yang berfungsi untu masuk. Jendela bagian rumah berfungsi untuk keluar masuk udara. Dan halaman rumah untuk membuat rumah menjadi indah dan nyaman,” jawab Mafi dengan cepat.

Semua anak bertepuk tangan senang atas jawaban Mafi yang tepat. Dia terlihat senang.

”Nera!” tunjuk saya.

 

Nera tersentak kaget. Setelah berpikir beberapa detik, dia kemudian berkata, ”Kata yang tidak saya sukai tentang rumah adalah sepi, kotor, dan berantakan. Sepi karena saat rumah sepi saya takut, takut hantu datang. Kotor karena saya takut akan diperintahkan ibu untuk membersihkannya. Berantakan karena saya jadi merasa sumpek di rumah jika keadaannya berantakan.”

Kembali anak-anak bertepuk tangan. Nera tentu merasakan ikut senang juga. Saya pun bangga dengan anak-anak yang tanpa sengaja telah mampu mengembangkan berpikir peta konsep dengan baik.

 

Definisi dan Imajinasi

Inilah yang saya sebut dengan berpikir peta konsep. Peta adalah suatu petunjuk tentang letak segala hal yang teridentifikasi dengan jelas, sedang konsep adalah hal yang mendapatkan suatu pengertian. Jadi, saat saya mengatakan kata ”rumah” maka rumah adalah suatu kata konsep. Konsep yang memiliki batasan atau pengertian yang sudah ada dalam pikiran dan imajinasi anak-anak.

Batasan yang jelas ini tidak membuat saya memanggil anak-anak untuk memberikan pengertian secara langsung, tetapi saya melakukannya dengan memberikan tugas kesempatan anak-anak untuk memikirkan atau mengimajinasikan kata rumah dengan baik. Sehingga anak mendapatkan pengertian dan batasan sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya masing-masing anak.

Maka, saat saya memberikan perintah, ”Imajinasikan dan pikirkan kata rumah!” maka sesungguhnya anak-anak sedang mendefinisikan dan mengimajinasikan rumah dalam pikiran masing-masing. Saya yakin, karena rumah adalah sebuah konsep yang sudah dekat dan lekat dengan kehidupan sehari-hari anak, maka anak-anak tidak akan salah mendefinisikannya dengan baik. Anak-anak cukup diberikan kesempatan dan waktu untuk memanggil pemahaman konsep tentang ”rumah” beberapa saat saja.

Setelah selesai, sesungguhnya anak-anak telah memiliki pengertian dan batasan tentang rumah sebagai konsep yang dipahami. Tidak usah diminta untuk menjelaskan, sebab setiap anak memiliki pemahaman yang berbeda tentang rumah sesuai dengan pengalaman refleksinya sehari-hari di rumah. Perintah pada anak untuk menjelaskan hanya akan menghasilkan kegiatan yang definitif saja, bukan berpikir yang mendalam.

Untuk itu, saya kemudian membuat pertanyaan yang jawabannya sudah diketahui oleh anak-anak dalam pengertian yang sudah dipahami. Di sinilah letak berpikirnya, yaitu saya memberikan pertanyaan segala hal yang terkait dengan rumah, yang letak posisi jawabannya sudah ada dalam batasan rumah yang sudah didefinisikan anak-anak dalam pikiran anak-anak.

Maka dengan cara begini, anak-anak akan cengan cepat bisa menjawab kata-kata yang posisinya ada di peta rumah. Misalnya, sebutkan bagian-bagian rumah. Maka anak akan dengan cepat menjawab: pintu, jendela, dan halaman. Tiga bagian itu sudah dipahami anak dalam batasan dan pengertian rumah yang sudah didefinisikannya. Anak-anak tinggal memanggil saja.

Namun tidak sampai di situ saja, saya meningkatkan kemampuan berpikir anak lagi sampai pada membangun argumentasi. Dan argumentasi ini sebenarnya bersumber dari definisi yang sudah di peta konsep rumah itu sendiri. Untuk itu, saat saya bertanya kenapa sepi menjadi hal yang tidak disukai anak diri rumah, maka anak akan mendefinsikannya dengan baik karena sepi itu saat rumah tidak ada orang, dan anak takut hantu datang.

Di sinilah kita melihat permainan peta konsep kata yang menguji kemampuan berpikir anak dalam memahami suatu konsep tertentu, kemudian mengaktualisasikan pemahaman dan pengalamannya kembali, yang semuanya dilalaui dengan tiga tahapan berpikir:

Pertama,dari awal kegiatan anak-anak telah dikondisikan untuk berpikir, yaitu mendefinisikan konsep ”rumah” melalui asosiasi dan imajinasi atas pengetahuan dan pengalaman anak. Kegiatan ini kemampuan berpikir anak menghasilkan pengertian dan batasan atas konsep rumah yang ada dalam pemahaman anak-anak. Anak-anak telah dikondisikan untuk berpikir dengan cara membangun pengertian dan batasan melalui asosiasi dan imajinasi.

Kedua, dengan pemahaman atas pengertian dan batasan konsep kata rumah ini, anak-anak kemudian diuji untuk berpikir cepat dalam menjawab pertanyaan seputar konsep rumah. Pertanyaan ini akan membuat anak-anak mengeksplorasi kemampuan berpikirnya dengan berdasarkan atas pemahaman pengertian dan batasan rumah yang telah dibangun. Hasilnya, kemampuan berpikir yang cepat dan tepat akan membuat anak-anak bisa menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat.

Ketiga, dengan jawaban atas pertanyaan kedua, anak-anak dikondisikan untuk mengingat atas jawaban yang telah diberikan untuk dilanjutkan pada alasan atau rasionalisasi jawabannya. Di sini terjadi dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan berpikir anak dalam mengingat atas jawaban sebelumnya, serta kemampuan berpikir anak dalam memberikan rasionalisasi atas jawaban sebelumnya. Kondisi ini akan menciptakan kemampuan berpikir anak yang lebih dasar, yaitu argumentasi logis anak atas alasan dengan jawaban yang telah diutarakan di awal.

Dengan kegiatan berpikir ini, anak-anak dikondisikan untuk dalam tiga wilayah penting: memberikan batasan dan pengertian, menyebutkan atau menjawab dengan tepat, serta memberikan alasan atau rasionalisasi atas jawaban. Dari sinilah, belajar berpikir dengan peta konsep kata bisa menjadi salah satu alternatif metode dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak-anak di sekolah.

Jika dilakukan secara intensif dengan berbagai variasi model dan strateginya, maka bermain peta konsep kata ini akan menjadi kegiatan kreatif dan menyenangkan yang bisa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir anak-anak. (Heru Kurniawan - Pengajar di Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Penulis Buku Parenting dan Bacaan-Aktivitas Anak-anak)