(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Mengenali dan Mengembangkan Potensi Anak (1)

Admin disdikpora | 27 Februari 2019 | 786 kali

 Teori Gardner menyebut, anak terlahir dengan membawa satu bakat atau lebih yang disebut gen. Tugas orangtua untuk mengamati, mengidentifikasi, lantas mengasahnya. Persoalannya, bagaimana cara membacanya supaya tepat?

Mengamati, mengidentifikasi dan mengasah bakat anak tidak sulit. Namun tidak juga berarti mudah. Dibutuhkan kepekaan, kesabaran dan kesadaran untuk memberikan ruang yang cukup bagi anak untuk mengembangkan bakatnya.

Namun ada satu hal prinsip yang harus diperhatikan orangtua, yaitu anak menyukai dan bahagia menjalani proses tersebut. ”Jangan hanya orangtua yang happy. Kadang yang terjadi begitu, kan?” kata Elisa Kasali, pemerhati masalah pendidikan yang juga pendiri TK dan PAUD Kutilang.

Kunci selanjutnya adalah ’baca’ anak setiap waktu. ”Sebab sering terjadi minat anak berubah karena dia membaca dan melihat sekitarnya,” imbuh Bunda Lisa, demikian sapaan akrabnya.

Mungkin kemudian ada orangtua yang berpikir: Jadi apa yang sudah dilakukan sebelumnya sia-sia dong?

”Tidak ada yang sia-sia dan tidak ada ruginya menstimulasi anak dengan banyak hal!” seru Bunda Lisa.

Bunda Lisa lantas mencontohkan praktik dalam keluarganya. Dia dan suami, Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali, sepakat anak harus belajar banyak hal sehingga memiliki banyak referensi pula dalam hidupnya. Hasil berikutnya, lebih mantap dalam memilih sesuatu.

Amati Sejak Lahir

Howard Gardner, pakar pendidikan Universitas Havard menyebut setiap anak terlahir dengan membawa minimal satu bakat dalam gen-nya. Tidak harus dari orangtua, bisa dari nenek, kakek, paman, atau keluarga besar lainnya. Maka orangtua harus pandai melihat setiap anak dari jendela yang berbeda-beda sejak lahir.

”Di keluarga kami, saya tidak bisa menggambar sama sekali. Sementara bapak (suami) bisa menggambar dengan sangat jelas. Padahal ayah beliau, yakni mertua saya kuat secara kognisi, bisa hitung cepat bilangan tinggi tanpa alat. Nah, sementara ayah saya suka musik. Selanjutnya yang terjadi pada anak kami, Fin yang sulung sangat kuat di seni. Sementara Adam, adiknya, tidak kuat baik secara akademis maupun art,” cerita Bunda Lisa mencontohkan.

Dia melanjutkan, saat Fin masih di play group, Bunda Lisa dipanggil gurunya lantaran kemampuan putranya dalam menggambar melebihi anak-anak lainnya. ”Dia  menggambar kapal Titanic di sebuah kertas besar dengan detail. Bagaimana kapalnya mulai miring, laut yang berminyak, orang-orang tenggelam dan sebagainya. Gurunya bilang suatu saat dia akan menjadi seniman,” ungkapnya.

”Maka sedari kecil saya fasilitasi dan berikan dia ‘panggung’ dengan kursus melukis hingga menyediakan galeri dan mengikutkan pameran,” lanjut Bunda Lisa.

Apakah akhirnya Fin benar-benar menjadi pelukis? Ternyata tidak. ”Tapi masih hobi melukis. Secara umum bakat seni juga masih ada. Sekarang dia memutuskan menjadi pengusaha kayu (furniture, red) dan pastinya keahlian dia menggambar sangat mendukung. Jadi kesimpulannya, minat bisa berubah seiring waktu. Namun sekali lagi, tidak ada ruginya kita menstimulasi bakatnya,” jelas Bunda Lisa.   

Bunda Lisa menggarisbawahi bahwa orang tua harus jeli melihat bakat dan minat anak. Lantas menstimulasi dan memberinya ’panggung’ yang tepat.

Caranya? Ibu yang pada umumnya lebih banyak waktu bersama anak misalnya, dapat mengamati kegiatan atau hal apa yang paling diminati buah hati sejak lahir. Selanjutnya, beri stimulasi dengan banyak hal.

Bunda Lisa kemudian mencontohkan kebiasaan ibu-ibu di Israel. Sejak mengandung mereka sangat memperhatikan asupan makanan dan sudah mengenalkan anak pada musik. Kebiasaan ini terus berlanjut saat anak-anak lahir dan bertumbuh kembang. Mereka diwajibkan berlatih piano. Menurut mereka, bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ, sehingga anak menjadi pintar.

Terbukti, rata-rata dari mereka cerdas. Bahkan sejak kecil mereka memahami tiga bahasa, yakni Hebrew, Arab, dan Inggris. Kristina Rahayu Lestari – Ibu Rumah Tangga, Mantan Jurnalis