(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Mengenalkan Pengetahuan Bencana Alam Sejak Dini

Admin disdikpora | 17 Oktober 2017 | 1679 kali

Indonesia merupakan negeri dengan potensi bencana alam sangat tinggi, khususnya untuk bencana gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami, karena posisi geografis negeri ini terletak di pertemuan tiga lempeng/kerak bumi aktif.

Edukasi bencana kepada anak-anak sejak dini merupakan salah satu langkah awal dalam membangun masyarakat sadar bencana, sehingga saat peristiwa alam tersebut terjadi, mereka tidak panik dan bingung karena sudah memiliki bekal dalam menghadapi bencana.

Karena itu, gerakan sadar bencana sudah sepatutnya menjadi gerakan yang diiniasasi lembaga pendidikan sejak usia pra sekolah, baik pendidikan formal dan nonformal. Sekolah-sekolah didorong mengajarkan anak-anak didik untuk hidup harmonis bersama alam. Saat kondisi alam bersahabat, maka anak-anak dapat diajarkan untuk memanfaatkan dan menjaga potensi alam untuk mencegah terjadinya bencana atau kerugian yang lebih besar dari fenomena alam.

Data United Nation International Strategy For Disaster menyebutkan sebanyak 60 persen anak-anak di dunia merupakan korban bencana alam. Hal ini menjadi persoalan serius, karena pada 10-20 tahun mendatang dampak bencana akan mempengaruhi fisik serta psikologi mereka. Di sisi lain, tingginya jumlah korban usia anak-anak menjadi isu penting yang tengah dibicarakan oleh negara-negara di dunia.  

Pasalnya, anak-anak merupakan kelompok rentan saat terjadi bencana. Saat terjadi bencana, secara psikologis, mereka mudah frustasi. Namun, mereka juga lebih cepat mempelajari sesuatu serta menyerapnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara berkala mengedukasi sekolah-sekolah  di Tanah Air, khususnya di wilayah rawan bencana. Pengetahuan tentang bencana alam dapat menjadi bagian dari mata pelajaran muatan lokal, tergantung jenis bencana yang sering terjadi di wilayah tersebut dan harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan, sehingga anak diharapkan mampu memahaminya dengan mudah.

Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana (P2MB) Universitas Pendidikan Indonesia memperkenalkan konsep Sekolah Siaga Bencana (SSB) untuk menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur dalam bidang pendidikan, baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi.

Tujuan Sekolah Siaga Bencana (SSB) untuk membangun budaya siaga dan budaya aman di sekolah dengan mengembangkan jejaring bersama para pemangku kepentingan di bidang penanganan bencana; meningkatkan kapasitas institusi sekolah dan individu dalam mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota komunitas sekolah serta komunitas di sekeliling sekolah; menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke masyarakat luas melalui jalur pendidikan sekolah.

Beberapa hal yang harus diketahui anak-anak yang tinggal di wilayah rawan bencana adalah menyiapkan barang yang dibutuhkan ketika bencana datang, mengingatkan kepada orang tua untuk mematikan aliran listrik tatkala terjadi bencana dan mengikuti orang yang lebih tua untuk pindah ke tempat yang lebih aman.

Edukasi tentang bencana bagi anak-anak usia pra sekolah di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan taman kanak-kanak akan lebih banyak berupa simulasi ketimbang teori. Dan memperhatikan kearifan lokal yang berkembang di tiap-tiap daerah.     

Salah satu nilai kearifan lokal dimiliki masyarakat Aceh dalam menghadapi dan menanggulangi bencana. Smong merupakan sebuah contoh kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam.  Smong adalah bait-bait dalam permainan tradisional anak-anak di Pulau Simeuleu, Aceh yang secara tidak langsung menceritakan mengenai bencana tsunami pada tahun 2004. Diceritakan dalam bait tersebut bila terjadi goncangan dan diikuti oleh surutnya air laut, maka anak diharuskan pergi ke tempat tinggi, karena merupakan sebuah pertanda akan terjadinya tsunami. (Zita Meirina, pemerhati pendidikan)