SAHABAT KELUARGA - Di dalam ruangan terkunci, yang hanya ada dia dan perempuan yang baru dikenalnya, Yusuf mengalami godaan yang sangat berat. Tidak saja karena Zulaika sangat cantik dan istri dari seorang penguasa, namun karena Yusuf adalah laki-laki normal yang menyukai perempuan.
Bayangan ayahnya berkelebat di dinding seketika. Dengungan nasehat ayahnyalah yang membuat Yusuf bisa memutar situasi yang sulit menjadi mudah. Mudah untuk tetap berada di jalan yang benar tepatnya.
Nasehat apakah gerangan itu? Ayahnya selalu mengingatkan untuk memegang teguh prinsip agama, apapun situasinya. Tetapi yang menjadi pertanyaan justru bagaimana agar nasehat yang terdengar klasik, meski benar adanya, sanggup mengiang-ngiang di benak anak setiap waktu? Ustadz Ajo Bendri yang menjadi narasumber Parenting Day SMPIT Darul Abidin, mengatakan, jadilah ayah yang dirindukan!
Sepenggal cerita di atas adalah kisah Nabi Yakub yang menjadi idola anaknya, nabi Yusuf. Dirindukan, meski sudah lama terpisah. Bukan karena dimanjakan, namun Yusuf sejak kecil justru ditempa dengan pekerjaan rumah sebagai kesempatan melatih rasa tanggung jawab. Menggembala kambing, adalah salah satunya.
Saat ini, di jaman yang serba instan, ditandai dengan majunya teknologi komunikasi, anak cenderung menjadi manja, dan mudah sekali memutuskan tanpa mempertimbangkan banyak hal. Padahal keputusan yang diambil dengan cepat dan mudah belum tentu menguntungkan dirinya sendiri.
Contohnya ketika anak tidak suka dengan satu dua kawan di daftar pertemanan media sosialnya, mungkin karena statusnya yang menyinggung, anak tinggal pencet tombol delcon alias delete contact. Selesai sudah pertemanan di dunia maya.
Contoh lain ketika anak tidak suka dengan materi perbincangan dalam suatu grup, anak dengan mudahnya memencet tombol left group. Selesai sudah ketidaksukaannya dengan perbincangan dalam suatu grup.
Padahal dalam dunia yang sebenarnya, hidup tidak semudah memencet tombol delcon atau left group. Demikian juga lingkungan, tidak semua yang tersaji sebagaimana yang kita inginkan dan kita sukai saja.
Tanpa bimbingan yang memadai, disadari atau tidak, gawai (gadget) yang menyuguhkan kemudahan komunikasi, dapat membuat anak mudah sekali galau. Dan anak yang mudah galau, tentu sulit menjadi anak yang tangguh. Anak yang selalu siap dengan segala kondisi yang di alaminya.
Beberapa kiat disampaikan ustadz yang menjadi salah satu ikon Ayah Sahabat Anak, agar anak menjadi tangguh:
1. Sapih keinginan anak sesuai proporsi usianya.
Ibaratnya menyapih anak melebihi usia seharusnya, keinginan anak yang tidak pernah disapih juga dapat membuatnya manja dan kurang pengalaman belajar. Misalnya, pertimbangkan betul ketika anak ingin memiliki smartphone. Utamanya untuk anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3). Selain masih belum cukup matang dalam menimbang kebutuhan dirinya, memiliki sendiri smartphone membuat anak usia SD ini bisa kurang waktu untuk bersosialisasi.
2. Ajak anak travelling.
Ajak anak travelling ke tempat-tempat dengan medan yang cukup berat. Mendaki gunung misalnya. Para pendaki gunung mengatakan, ketika sesorang mendaki gunung, akan terlihat bagaimana watak aslinya. Pendaki gunung sejati adalah penakluk rintangan, yang tidak mudah menyerah meski kondisi sulit menyerang.
3. Keluarkan anak dari zona nyaman.
Ada anak yang dengan mudahnya mengatakan ingin pindah sekolah, karena ada beberapa temannya yang tidak menyenangkan. Tentu alasan ini tidak cukup kuat untuk perkara pindah sekolah. Motivasi anak untuk tetap bersikap biasa, perbanyak waktu untuk berlatih dan belajar. Dengan memiliki kesibukan yang positif anak akan cenderung mudah mengabaikan lingkungan yang tidak mendukung.
Acara Parenting Day SMPIT Darul Abidin Depok yang digelar 4 Februari lalu ini, adalah program rutin komite SMP. Dengan hadirnya ikon Ayah Sahabat Anak, banyak Ayah yang hadir dalam acara tersebut. Tentu saja hal ini berbeda dengan acara parenting lainnya yang biasanya dihadiri oleh mayoritas Ibu. Antusiasme terlihat dari kesungguhan hadirin menyimak paparan narasumber, serta pertanyaan-pertanyaan yang membuat diskusi menjadi hangat.
Lalu, apa rahasianya agar ayah bisa jadi sosok yang dirindukan?
1. Cek persepsi anak tentang orang tuanya. Misalnya dengan menanyakan, "Menurut kakak, cara Ayah mengingatkan kakak selama ini untuk rajin membaca bagaimana?" Segera koreksi jika anak belum merasa nyaman dengan sikap dan perilaku kita, orang tua. Ketika anak merasa nyaman, kedekatan akan lebih mudah terbangun. Ketika anak-anak dekat, maka nasihat dan bimbingan orang tua akan mudah melekat.
2. Hadir di tiga waktu utama anak. Yakni ketika anak sedang sedih, sakit dan sedang mengikuti kesempatan penting. Misalnya ketika anak mengajukan aplikasi beasiswa. Dampingi anak dan pastikan orang tua hadir membantu ketika dibutuhkan.
3. Jangan pernah sungkan mengakui kesalahan. Orang tua tohmanusia biasa. Tidak pernah lepas dari kesalahan meski dipanggil "Ayah" dan "Ibu" oleh anak-anak.
4. Ikatlah kedekatan dengan anak dengan doa. Kiat inilah yang dilakukan oleh nabi Yakub pada anak-anaknya, terutama Yusuf. Dengan selalu mendoakan anak dengan kebaikan-kebaikan, maka anak akan memiliki sandaran yang paling kuat di dunia. Tuhan yang Maha Kuasa. (Sri Lestari Yuniarti, subdit pendidikan orang tua)
Sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=3844
Download disini