(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Menjadi Ibu itu Ibarat Belajar Kepemimpinan

Admin disdikpora | 27 Desember 2017 | 977 kali

Tahun 2014 lalu, perusahaan konsultan manajemen, Accenture, memaparkan hasil surveynya yang memperlihatkan, sebanyak 42% wanita di Indonesia lebih memilih bekerja dibandingkan harus tinggal diam di rumah, meskipun tidak memiliki masalah keuangan.

Terlepas dari survey itu, memang diakui, kian banyak ibu rumah tangga yang merasa rendah diri jika dibandingkan dengan wanita bekerja. Rasa minder ini membuat mereka merasa kurang percaya diri dan mempengaruhi pola asuh kepada anak. Ibu-ibu yang kurang percaya diri dikhawatirkan akan kurang mampu mencetak generasi yang berani, disiplin, dan bercita-cita tinggi.

Sebenarnya, seorang ibu yang menjalankan perannya dengan baik, sedang menumbuhkan banyak kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Rosaria Indah,  seorang staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh yang juga Konsultan Rumah Keluarga Indonesia, mengatakan,  seorang ibu yang bertahun-tahun mempelajari tingkah laku anak-anaknya dapat diibaratkan seperti kuliah kepemimpinan di tingkat S2.

“Mungkin orang-orang lain belajar administrasi bisnis dan mendapat mendapat gelar MBA,  seorang ibu yang terus belajar akan mendapat gelar ‘MomBA’ alias ‘Mama Banyak Akal’, katanya

Apa saja karakter pemimpin yang tumbuh dalam diri seorang ibu menurut Rosaria :

 

Pertama, Ibu yang baik sering memberi kesempatan anak untuk mencoba berbagai hal. Saat anak salah, ibu selalu bertanggung jawab. Ketika ibu menjadi pemimpin di wilayah kerjanya, ia sudah terlatih untuk bertanggung jawab dan tidak menyalahkan orang lain jika ada ketidakberesan di kantor. Apa pun kesalahan bawahan, pimpinan harus ikut bertanggung jawab, karena memang kerja bawahannya merupakan produk kepemimpinannya.

Kedua, ketika anak kecil menangis untuk meminta sesuatu, seorang ibu mengembang intuisinya untuk mencari tahu mengapa si anak menangis. Ia tidak mendengarkan kata-kata si anak, tapi ia juga “mendengar” bahasa tubuh, ekspresi muka, gerakan mata si anak. Nah, bila suatu saat si ibu berkarir, ia mampu mendengarkan keluhan bawahannya dan merasakan hal-hal yang ada di balik kata-kata. Ia mampu menerapkan active listening dengan baik. Karyawan pun merasa lebih mudah berkomunikasi dengan pemimpin yang mampu membaca hal yang tidak terungkapkan secara eksplisit.

Ketiga, seorang ibu selalu melihat bahwa anaknya memiliki banyak potensi. Seorang ibu selalu mendorong anak untuk menumbuhkan hal-hal terbaik, tak hanya marah dan menyalahkan. Kemampuan ini jika berkembang baik akan sangat berharga ketika sang Mama menjadi pemimpin di kantornya. Ia tahu bahwa bawahannya akan bekerja lebih giat jika memiliki rasa percaya diri, mampu menghasilkan produk kerja yang baik. Ia tidak segan memuji kemajuan sang karyawan, tapi juga tahu kapan perlu mengkritisi.

Keempat,  seorang ibu yang menjadi pemimpin yang baik selalu bicara secara efektif, tidak emosional, tidak meledak, tidak berteriak. Hal ini dapat ia pelajari saat menjadi ibu, bahwa anak-anaknya dapat memahaminya ketika ia bicara dengan nada yang tenang, tatap mata yang kuat mempengaruhi, memilih kata-kata yang mudah dicerna dan sabar menunggu respons dari anaknya. Kebiasaan bicara dengan baik ini akan membentuk sang Bunda menjadi pimpinan tim yang baik dan mampu dipahami dengan cepat oleh bawahannya. Yanuar Jatnika

 

Download disini