Menang lomba lukis, menang pertandingan olahraga, juara kelas, menjadi lulusan terbaik dan beragam prestasi lain yang begitu diinginkan para orang tua bisa dicapai anaknya. Benarkah itu yang terbaik bagi anak?
Banyak orang tua yang mengukur keberhasilan anak dengan prestasi akademik saja. Menjadi juara kelas, dapat nilai bagus, menang berbagai perlombaan dan semacamnya.
Seolah hanya prestasi tersebut yang bisa dijadikan modal untuk diceritakan kepada siapa saja. Saat pertemuan keluarga, saat arisan, kumpulan reuni, acara pengajian dan sekadar ngobrol dengan tetangga sebelah.
”Anakku kemarin baru dapat juara 1 lomba mewarnai lho.”
”Dari kelas 1 sampai sekarang anakku selalu juara kelas. Hebat ya.”
”Keren, ulangan semester ini nilai anakku 100 nya ada lima pelajaran.”
Lalu bagaimana dengan yang tidak menjadi juara kelas? Bagaimana dengan anak yang tidak pernah menang lomba apapun? Bagaimana dengan anak-anak yang nilainya pas pasan saja?
Bijaksanalah ayah dan bunda. Karena prestasi yang dimiliki anak tidak saja hanya dapat dilihat dari nilai, rangking dan menang lomba. Betul memang, hal tersebut akan menambah rasa percaya diri anak.
Tapi apakah yang lebih penting adalah menjadikan mereka anak yang bisa menghargai dirinya sendiri. Selalu bangkit dari kegagalan yang dia alami. Tidak mudah menyerah dengan tantangan yang anak hadapi. Memiliki daya juang yang tinggi terhadap sesuatu yang dicita-citakan. Yang tak kalah penting, dia melakukan itu dengan kesadaran diri, bukan paksaan dari orang tuanya.
Hargai proses yang sedang anak lalui. Tidak sekadar menilai hasil yang anak dapatkan. Karena proses itulah yang membuat anak menjadi tangguh, terlebih jika didampingi dengan cinta dan kasih sayang dari orang tuanya. Yakinlah ayah dan bunda, bekal yang penting dan akan dibawa oleh anak di kehidupannya kelak, tidak sekadar piala dan nilai ulangan serta raport saja.
Kecerdasan intelektual saja tidaklah cukup untuk anak, agar bisa survive di kehidupan saat dewasanya kelak. Perlu didukung oleh kecerdasan emosional agar dia bisa memahami diri sendiri, memiliki citra diri yang kuat, tahu apa yang akan ia lakukan dan berempati pada orang lain.
Selain itu juga anak dapat berperilaku yang diterima oleh lingkungan sosialnya. Peka terhadap kejadian di sekitarnya juga menghargai perbedaan yang ada di lingkungannya.
Beberapa hal berikut ini dapat dilakukan oleh orang tua untuk membekali anak dalam kehidupan dewasanya:
1. Hargai ketika ia memiliki jabatan sederhana di kelasnya. Karena itu dapat melatih tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan kepadanya.
2. Dukung saat anak bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Karena itu akan melatih kemampuan berinteraksi sosial dengan orang lain di sekitarnya.
3. Pujilah anak dengan nilai yang telah ia dapatkan sekarang. Pastikan bahwa ia berusaha dengan kemampuannya sendiri, tidak mencontek hasil karya temannya.
4. Ajari anak untuk melatih kemampuan mengambil keputusan sederhana. Karena itu akan melatih anak saat dia harus mengambil keputusan besar untuk dirinya sendiri.
5. Bimbing anak untuk mengendalikan emosi negatif yang ia rasakan. Karena kelak anak akan mengalami banyak hal yang membutuhkan ketrampilan pengendalian emosi saat dia sudah tidak selalu dalam pendampingan orang tua secara intensif.
6. Dukung anak saat ia mengalami kegagalan. Misalnya nilai jelek, tidak menang lomba, tidak terpilih menjadi posisi penting di organisasi yang ia ikuti. Saat dewasanya, bisa jadi anak akan mengalami berbagai kegagalan sederhana maupun kegagalan besar dalam hidupnya. Penting kiranya orang tua membekali anak dengan kemampuan untuk selalu bangkit dari kegagalan.
Lihatlah keajaiban yang akan dimiliki anak. Ketika orang tua dapat menghargai hal sederhana yang dilakukan anak. Karena juara sebenarnya adalah ketika mereka berhasil menjadi anak yang memiliki citra diri positif dan mampu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. (Meiana Prihandayani Utami - Pegiat Literasi, Manajer Kelas Menulis Kreatif Online (KMKO), Sekretaris di FTBM Banyumas, Kurikulum di KB AR Rosyid, Litbang di PKBM AR Rosyid)