Wacana guru dilarang memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa memang mengundang pro dan kontra. Pasalnya selama ini PR bisa menjadi cara jitu untuk memperdalam pemahaman, melatih tanggung jawab serta kemandirian siswa di tengah waktu tatap muka yang terbatas. Bahkan PR menjadi salah satu jurus untuk mengurangi waktu siswa melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat seperti bermain gadget.
Terbitnya peraturan ini bukan tanpa alasan, lewat peraturan ini diharapkan siswa memiliki waktu lebih banyak dengan keluarga serta membangun pendidikan karakter dalam keluarga dan masyarakat.
Sejatinya kebersamaan keluarga serta pendidikan karakter bisa terbentuk melalui PR yang diberikan guru. Hanya diperlukan kreativitas guru dalam ’membungkus’ PR dalam ’kemasan’ yang berbeda dan tidak monoton.
Untuk Siswa dan Orangtua
Secara gamblang guru memberikan PR untuk dikerjakan siswa bersama orangtua. Misalnya, Kerjakan soal di bawah ini dengan orang tuamu! Dengan kalimat perintah yang jelas, anak-anak akan mengajak orangtuanya untuk menyelesaikan PR bersama. Orangtua dan anak akan mencari solusi bersama dalam pemecahan masalah.
Melibatkan Lingkungan
PR yang diberikan sebaiknya mengaitkan tema dengan lingkungan sekitar. Buatlah soal yang penyelesaiannya membutuhkan keterangan orangtua maupun tetangga sehingga anak-anak bisa berbaur dengan masyarakat sekitar.
Misalnya, Tulislah 3 tumbuhan di sekitar rumahmu, tentukan jenis akar dan daunnya! atau Bagaimana keadaan lingkungan rumahmu 10 tahun lalu? atau Tanyakan penjual bakso di sekitar rumahmu, berapakah harga satu posri bakso miliknya? Berapa banyak rata-rata porsi yang terjual selama satu hari. Berapa modal yang harus ia keluarkan. Hitunglah keuntungan/kerugiannya? atau Berapakah usiamu? Berapa usia adikmu? Hitunglah selisihnya? atau Deskripsikan keadaan tempat yang berjarak 20 meter arah utara dari rumahmu? bisa juga Dari daerah manakah orang tuamu berasal? Ceritakan makanan khas daerah kesukaan orang tuamu! dan sebagainya. Dengan demikian, anak diajarkan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam melalui pengenalan lingkungan.
Aplikatif
Pekerjaan rumah yang aplikatif biasanya lebih menarik minat siswa. Misalnya, beri tugas untuk mengolah makanan dari tumbuhan menjadi produk makanan atau minuman sederhana, lalu mintalah mereka menjualnya di sekitar rumah. Anak diminta untuk menghitung keuntungan dan kerugian hasil penjualan dan membuat laporannya. Dengan demikian anak diajarkan untuk mengenal konsep matematika dengan aplikasi langsung.
Waktu yang Cukup
Berikan waktu yang cukup untuk mengerjakan PR. Biasanya PR menjadi terasa berat karena jumlah tugas yang diberikan tidak sesuai dengan waktu yang mereka miliki. Perhitungkan waktu dengan tepat agar siswa tetap bisa terlatih dalam memanajemen waktu tetapi juga tidak memberi beban yang berlebihan.
Sejatinya PR bukanlah ’peran antagonis’ utama dalam ‘merampas’ waktu kebersamaan anak dengan keluarga. Bahkan sebaliknya, PR dapat memberi manfaat. Namun, tidak sedikit pula anak-anak yang merasa terbebani. Dengan sedikit kreativitas pemberian PR sekaligus untuk pendidikan karakter di luar kelas, meningkatkan interaksi anak dengan orang tua serta masyarakat sekitar. (Sri Rahayu-Guru MI Al-Falah Ujung Menteng Jakarta)