(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Menjaga Anak dari Pelecehan

Admin disdikpora | 15 Mei 2017 | 745 kali



Menjaga Anak dari Pelecehan


Memiliki anak usia remaja menjadi tantangan besar bagi orang tua dalam memberikan pengasuhan pada mereka. Kemajuan teknologi serta perkembangan zaman yang kian berubah membuat orang tua harus waspada dalam memberikan pengasuhan pada anak usia remaja.

Penulis buku-buku Positive Parenting, Mohammad Fauzil Adhim, membuat catatan tentang pengasuhan anak agar mereka tumbuh berkembang menjadi remaja utama yang bertanggung jawab, produktif dan bermanfaat bagi sendiri maupun orang lain. Tujuan utamanya, agar remaja aman dari pelanggaran seksual yang menjadi ancaman besar bagi anak-anak era sekarang.


1. Standar Etika yang Tinggi

Anak-anak sejak awal belajar untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan berperilaku dengan standar etika yang tinggi. Salah satunya yakni dalam berbusana dan menjaga norma-norma kesopanan.

”Pakaian boleh indah, dan bahkan berkembang dengan sangat baik selera busana estetis, tetapi tetap harus memperhatikan standar etika yang tinggi pada saat mereka memakainya dalam pergaulan sehari-hari. Dan ini diajarkan kepada anak sejak dini,” jelas pria yang akrab disapa Fauzil ini.

Lebih lanjut Fauzil menjelaskan, di Qatar, turis asing tunduk dengan standar minimal aturan berbusana yang ditetapkan oleh negara. Perlindungan terhadap privasi juga sangat dijaga.

Bahkan, memotret perempuan yang bukan saudara, keluarga dekat atau istri merupakan perbuatan tidak menyenangkan yang dapat beresiko hukum. Hal tersebut menjadikan masyarakat termasuk remaja lebih berhati-hati dalam mengambil gambar, apalagi untuk menyebarkan.

”Standar etika yang sangat tinggi menjadi bagian hidup yang sangat penting dan tidak membebani karena semenjak kecil telah ditanamkan sebagai nilai yang diyakini sekaligus dihormati,” jelas Fauzil.


2. Berani Bersikap Tegas

Banyak anak-anak dan remaja melakukan hal-hal negatif seperti merokok, mabuk, melihat pornografi dan sejenisnya, karena alasan takut dijauhi oleh temannya apabila menolak.

Karena itulah, tugas orang tua membekali anak-anak untuk berani bersikap dan mampu berkata tidak kepada temannya jika menghadapi suatu hal yang tidak baik.

Tanamkan keyakinan dalam diri anak bahwa jika mereka ditinggalkan oleh seorang teman karena suatu prinsip, ia pasti akan mendapatkan teman lain yang lebih baik.

”Bersikap tegas dalam berbagai urusan sehari-hari memudahkan anak untuk melakukan hal serupa yang lebih beresiko di kemudian hari. Selain itu, jika anak diajarkan untuk berani bersikap tegas, dalam hal ini bukan berarti kasar dan keras, maka teman-temannya pun akan cenderung segan,” jelas Fauzil yang menyarankan untuk memulai mengajarkan sikap tegas diusia 6 atau 7 tahun.

3. Penerapan Zona Pribadi yang Ketat

Dalam psikologi sosial, dikenal empat jenjang ruang interaksi antar manusia, diantaranya, intimate zone space (zona intim), personal zone (zona pribadi), social zone (zona sosial) dan public zone (zona publik). Kenalkan empat zona ini kepada anak.

Yang pertama merupakan zona paling dekat, secara umum berjarak 0 sampai 2 feet (0,6 meter). Jelaskan padanya bahwa kita merasa tidak nyaman jika seseorang berdekatan dengan jarak intim jika ia bukan orang yang memiliki hubungan sangat khusus.

Teman dekat pun akan melahirkan perasaan sangat tidak nyaman jika yang seharusnya berada di zona pribadi (0,6 sampai 1,2 meter) memasuki zona intim. Zona sosial berjarak 4 – 12 feet (2,5 sampai 7,5 meter), sedangkan zona publik lebih jauh lagi dari itu.

”Perhitungan tentang jarak ini berdasarkan apa yang berlaku pada masyarakat dimana penelitian mengenai hal ini dilakukan secara umum dan berlaku untuk masyarakat di dunia barat. Di luar itu, ada nilai-nilai agama maupun budaya yang mempengaruhi batasan jarak di tiap-tiap zona ruang interaksi antar manusia tersebut,” jelas Fauzil.

4. Bersikap Produktif

Tumbuhkan sikap produktif pada anak. Dorong dan pacu anak untuk bersungguh-sungguh dalam hal apapun yang bermanfaat. Hal tersebut menjadikan anak berkonsentrasi melakukan dan mencari hal bermanfaat serta tidak banyak memikirkan hal-hal tidak berguna apalagi yang merusak. (Bunga Kusuma Dewi/sumber: M. Fauzil Adhim)


 

Sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=3748