Kecerdasan, keterampilan, serta kreativitas anak tidaklah datang begitu saja. Semua itu membutuhkan pendampingan meskipun sejak lahir anak mempunyai bakat tersendiri. Apabila dibiarkan, bakat tersebut tidak akan muncul apalagi berkembang.
Perkembangan anak dalam mengasah kreativitasnya membutuhkan proses yang tidak sebentar. Lingkungan, terutama keluarga, penyumbang terbesar dalam perkembangan anak. Karenanya pendidikan keluarga sudah seharusnya dioptimalkan karena menjadi awal adalah institusi pengantar untuk masa pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Utamanya ketika anak berada dalam masa emas dalam pertumbuhan kecerdasan (golden age), yaitu ketika mereka berusia balita. Pada masa-masa ini perkembangan otak sedang tumbuh dengan pesat.
Pertumbuhan tersebut perlu didukung dengan stimulan agar tidak terhambat atau tidak pada semestinya. Di sinilah lingkungan keluarga yang diwakili oleh peran orangtua sangat penting dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.
Berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan orang tua dalam membangun lingkungan keluarga yang baik untuk tumbuh kembang anak:
Pertama, suasana nyaman
Bangunlah suasana yang senyaman mungkin dalam ruang keluarga. Jangan perlihatkan keletihan, kekesalan, bahkan masalah yang seharusnya tidak dikonsumsi anak. Sehingga anak merasa orangtuanya sangat menyayangi mereka. Lebih penting dari itu anak akan merasa nyaman dan betah bermain di rumah. Ciptakanlah suasana rumah seperti slogan ”Rumahku surgaku.”
Kedua, berikan teladan
Semua yang dilakukan orangtuanya akan ditiru oleh anak tanpa mereka melakukan penyaringan terlebih dahulu tentang baik atau buruk. Hal ini karena anak dalam masa meniru, belum mampu memahami baik dan buruk. Teladan yang baik seperti sikap jujur, lemah lembut, berkata baik (maaf, terima kasih, tolong, permisi) dan berbagai tingkah laku yang membangun pribadi yang baik akan sangat baik bagi anak.
Ketiga, bersahabat dan responsif
Masa usia dini biasanya anak sering bertanya ini itu bahkan pertanyaan yang sama diulang-ulang. Hal ini karena rasa ingin tahunya tinggi. Maka orangtua harus selalu terbuka dan bersemangat terhadap keingintahuan anak. Jangan pernah bosan untuk menjawab pertayaan mereka meskipun pertanyan itu berulang.
Sikap bersahabat yang lain bisa ditunjukan dengan tidak memarahi. Apabila anak melakukan kesalahan jangan langsung memarahi. Hal ini akan menghambat perkembangan otak anak.
Jika anak melakukan kesalahan maka ajarilah ia utntuk meminta maaf atau bentuk pertanggungjawaban yang sesuai dengan usia si anak. Berilah pengertian bahwa apa yang dilakukan itu salah dan berilah arahan utuk berhati-hati serta tidak mengulangi kesalahan tersebut.
Menanyakan aktivitas anak merupakan contoh lain sikap bersahabat. Misal aktivitas bermain dengan teman-teman dilingkungannya atau di sekolah serta menayakan apa saja kegiatan mereka. Tentunya dengan pertanyan ini anak akan bercerita banyak hal. Manfaatnya adalah menambah kecerdasan bahasanya dan merefleksi pemahamannnya.
Keempat, suasana belajar
Berilah contoh pribadi belajar, seperti aktivitas membaca. Hal ini akan memancing keingintahuan anak sebenarnya apa yang sedang orangtuanya baca. Selanjutnya manfaatkan utuk mengajari anak untuk membaca dimulai dengan membacakan buku.
Ini penting agar anak lebih akrab dengan buku tentunya. Selanjutnya carilah waktu santai untuk membaca atau sebelum tidur bisakan mendongeng sebagai pengantar tidur mereka.
Menciptakan suasana belajar bisa dengan mengajak anak ikut serta dalam kegiatan rumah. Misalnya dengan menyiram tanaman, memasak dan berbagai hal yang diminati anak. Jangan cegah mereka untuk ikut mengerjakan sesuatu, tetapi tentunya ada kontrol utuk ikut serta dalam aktivitas tertentu. Misal saat memasak, untuk memotong tempe jangan berikan ia pisau tetapi bisa menggantinya dengan sendok. Orangtua tentunya bisa mengukur apa yang boleh disentuh anak dalam rangka belajar.
Kelima, bermain bersama
Ajak anak bermain bersama. Misalnya ikut bermain lego, puzzle, tebak-tebakan, dan beragam permainan lainnya. Orangtua juga bisa membingkai belajar dengan bermain. Seperti bermain kertas lipat atau menempel, menggunting, dan sebagainya. Aktivitas tersebut sangat bermanfaat untuk perkembangan motorik halus mereka.
Keenam, eksplorasi
Jangan cegah anak melakukan sesuatu yang mereka inginkan selama hal tersebut tidak membahayakan mereka. Berilah kesempatan pada anak untuk bereksplorasi. Bermain pasir, tanah, atau membuat sesuatu di dapur serta beragam aktivitas lain. Pada intinya berilah ruang sebebas-bebasnya pada anak untuk mencoba selagi hal tersebut positif.
Ketujuh, apresiasi
Tidak kalah penting adalah apresiasi terhadap aktivitas yang dilakukan anak. Tentunya hal ini akan sangat membahagiakan bagi anak. Penghargaan tersebut bisa dalam bentuk hadiah barang, uang, rekreasi, atau didahulukan dari pada sodara yang lain (misal memimpin berdoa dalam belajar atau hal sederhana lainnya).
Sistem apresiasi bisa dilakukan dengan pengumpulan poin yang bila mencapai poin tertentu akan mendapat hadiah. Poin tersebut mungkin bila anak salat, membaca, belajar, atau hafal doa, nyanyian dan sebagainya. Apresiasi lain bisa diberikan bila anak tersebut membantu mengerjakan sesuatu, atau melakukan sesuatau dalam tataran anak itu wah.
Sikap apresiasi ini akan mendorong anak untuk melakukan kebaikan. Memang pada awalnya anak akan melakukan sesuatu karena menginginkan sebuah apresiasi. Tetapi pada saatnya nanti ia akan memahami melakukan sesuatau tanpa mengharapkan apresiasi. Tentunya dalam usia tertentu anak akan mengukur apakah apresiasi tersebut masih bisa ia terima dengan apa yang mereka lakukan. Jauh lebih penting anak akan berusaha mendapatkan sesuatu setelah melaksanakan sesuatu. Sehingga kerja kerasnya sesuai dengan apa yang ia peroleh. (Laelatul Istiqomah, mahasiswa FEBI IAIN Purwokerto dan Relawan di Rumah Kreatif Wadas Kelir).