Mereka Juga Punya Hak untuk Tumbuh dan Berkembang
Admin disdikpora | 05 Maret 2018 | 1463 kali
Anak yang lahir dengan keterbatasan fisik dan mental atau anak berkebutuhan khusus (ABK), seperti tunarunggu, tunagrahita, tunawicara, idiot dan sebagainya, merupakan sesuatu yang nyata dan ada di antara kita, di tengah-tengah masyarakat.
Mereka tentu tidak pernah meminta dilahirkan dengan keterbatasan fisik atau mental. Mereka juga tidak pernah memilih-milih dari ibu dan ayah mana mereka dan di masyarakat mana mereka dilahirkan.
Masalahnya, sebagian besar masyarakat atau orang yang normal kerap memberi penilaian negatif dan perlakuan yang berbeda. Para ABK cenderung dikucilkan dari pergaulandKelainan atau keterbatasan fisik, bahkan diberi stigma yang menyakitkan, seperti anak kutukan, anak dari orang tua yang melanggar aturan agama atau adat, dan sebagainya. Hal tersebut membuat keluarga ABK merasa malu, takut atau bersalah karena keadaan anak mereka. ABK akan dianggap sebagai orang yang tidak berguna yang menjadi beban. Akibatnya, keluarga ABK tersebut menyembunyikan, mengabaikan, bahkan menelantarkan ABK. Jika perlakuan ini dibiarkan, maka lambat laun ABK akan menganggap dirinya tidak berguna.
Padahal, para ABK juga punya hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang, baik fisik, mental, pikiran, dan lainnya. Mereka juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan akte kelahiran, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan hak-hak lain seperti warga lainnya.
Lantas, bagi keluarga si ABK, apa yang harus dilakukan agar ABK bisa tetap bertumbuh dan berkembang, walaupun tentunya tidak senormal anak-anak lainnya?
Beberapa hal ini bisa dilakukan……
- Ikutsertakan ABK dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. ABK harus diberi kesempatan bergaul dan berinteraksi serta bermain dengan anak yang lainya.
- Tumbuhkembangkan bakat ABK secara holistik. Setiap anak memiliki kecakapan tertentu. Bisa jadi fisiknya bermasalah namun kemampuan lainnya sangat baik. Banyak ABK yang dapat menjadi pemusik, penari atau pegiat seni lainnya yang berprestasi.
- Menggalang dukungan dari sesama keluarga ABK dan masyarakat luas. Para keluarga ABK hendaknya menjalin kerjasama dan silaturahim untuk saling berbagi dan menguatkan satu sama lain.
Dukungan orang tua:
- Berikan kasih sayang dan pengasuhan sebaik-baiknya;
- Tunggu sampai anak siap. Jangan memaksa anak melakukan sesuatu. Amati tahapan perkembangan anak;
- Dorong kelebihan anak. Terimalah keterbatasan dan dorong kemampuan anak bukan dengan mengasihani karena kekurangannya;
- Biarkan ABK bermain dan belajar dengan anak normal yang lebih muda usianya tapi pada tahap perkembangan yang sama;
- Dorong kemampuan mandiri anak dengan melakukan sendiri berbagai aktivitasnya;
- Sesuaikan rumah dengan keadaan anak. Lakukan berbagai perubahan untuk membantu ABK menikmati kehidupan di rumah secara normal;
- Lakukan suatu kegiatan rutin bersama anak melalui bermain dan melakukan sesuatu bersama anak.
Dukungan masyarakat:
- Membentuk suatu komite dari unsur orang tua dan tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi dan membantu anak dan orang dewasa yang berkebutuhan khusus;
- Anggota komite dilatih untuk dapat menyediakan layanan kesehatan fisik dan mental dan dukungan untuk ABK;
- Penyelenggaraan workshop dan pelatihan keterampilan tertentu bagi ABK untuk memproduksi barang tertentu;
- Anak-anak normal bisa mengambil bagian dalam program untuk membantu ABK dengan bermain dan bekerja sama dengan mereka. (Berbagai sumber)