(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Otak Kanan Anak Perlu Terus Diasah

Admin disdikpora | 14 Maret 2018 | 707 kali

Sekelumit cerita seorang wali murid kepada saya ketika mengantar anaknya ke sekolah. ”Aha, aku punya ide bu, kita lewat rumah pak Untung saja,” kata seorang anak usia Taman Kanak kepada ibunya saat melewati jalan yang becek karena hujan.

Anak tersebut terlihat mempunyai daya ingat dan menghafal sangat baik dalam mengingat jalan mana yang tidak tergenang dan nyaman dilalui. Sebab memang jalan yang dikatakan anak itu masih layak dilalui dan tidak tergenang ketika hujan.

Ayah Bunda, agar pertumbuhan anak berjalan baik dan berkembang menjadi kreatif, cerdas dan mempunyai perasaan serta imajinasi yang tajam maka perlu mengoptimalkan otak kanannya. Karena di sinilah pusat imajinasi yang berpengaruh pada kecerdasannya.

Para orang tua dan guru sering melakukan kesalahan dalam proses transfer pengetahuan pada anak yang hanya menekankan pada fungsi otak kiri. Pengenalan membaca, menulis, berhitung dan menghafal sering kita jumpai ketika orang tua mengasuh putra putrinya atau guru ketika berada di kelas.

Pertumbuhan dan perkembangan imajinasi berbeda pada tiap-tiap anak. Perlu usaha maksimal orang tua atau guru agar imajinasi anak tumbuh dan berkembang secara baik dan optimal.

Beberapa cara yang dapat Ayah Bunda lakukan dalam menumbuhkan daya imajinasi anak, antara lain:

Pertama, ajak anak berkomunikasi menggunakan bahasa sederhana dan dengan suara lembut. Hendaknya dilakukan secara aktif dengan kata-kata yang mudah diterima anak. Semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak akan semakin menambah kosa katanya. Perkembangan bahasa anak semakin meningkat seiring usianya. Ingat, sejak dalam kandungan sesungguhnya anak sudah mendengar dan mengenali suara ibunya.

Kedua, rangsang anak untuk bercerita tentang apa saja. Lakukan dalam momen-momen sederhana, seperti ketika berjalan kaki menuju sekolah, diajak ke pasar, ketika bermain bersama bahkan ketika akan tidur. Orang tua dapat mengganti tokoh-tokoh cerita yang berperan dalam cerita yang dibacakan sehingga imajinasi anak akan muncul.

Ketiga, ajak anak mengikuti kegiatan berkesenian, seperti menyanyi atau mendengarkan nyanyian. Biarkan anak berekspresi sesuai lagu dan irama musik. Kegiatan berkesenian dimaksud bukan berarti anak diikutkan kelas musik atau sejenisnya. Namun mengajak anak berpartisipasi, baik membunyikan mainan dari botol yang diisi beras atau mainan alat musik lainnya yang dibuat sendiri.

Keempat, permainan balok susun, puzzle maupun lego dapat merangsang kreativitas anak. Biarkan anak bermain sesuai kemampuannya. Jika ia mulai merasa kesulitan dan meminta bantuan, beri bantuan dengan tetap memancing kreativitasnya.

Kelima, mengajak bermain peran, seperti menjadi koki atau bermain peran lainnya. Hal ini disamping membantu kemampuan dalam berbicara anak, juga membantu mengeksplorasi emosi dan situasi sesuai kehendak anak.

Keenam, membacakan buku cerita sederhana. Cerita imajinasi sendiri akan lebih menarik perhatian anak, karena ia akan ikut serta dalam merangkai cerita karangannya.

Ketujuh, orang tua tidak boleh membatasi ruang gerak anak. Hindari kata-kata ’jangan’ sehingga anak terkesan sering dilarang melakukan kegiatan apapun karena rasa khawatir yang berlebihan. Membatasi gerak anak dapat menghambat eksplorasi anak dalam bermain. Beri kesempatan anak menikmati kebebasan dan belajar bersosialisasi dengan lingkungan mainnya. Yang terpenting awasi anak sebatas gerak-gerik dan perbuatannya tidak membahayakan diri anak atau teman mainnya. Semoga bermanfaat. (Sikhah - Guru Taman Kanak Kanak Pertiwi Bobosan Purwokerto Utara, Banyumas)