Tidak gampang bagi orang tua mendidik anaknya yang beranjak remaja. Dalam usia yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, anak remaja kerap memiliki pola pikir yang bisa dikatakan “tidak mau dianggap anak-anak tetapi juga belum bisa disebut dewasa’.
Menghadapi remaja, orang tua harus mampu memahaminya secara menyeluruh sehingga mereka bisa mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan benar.
Anisa Cahya Ningrum, psikolog dari Unversitas Respati Indonesia (Jakarta) dan juga alumnus Psikologi Universitas Gadjah Mada Jakarta mengatakan, usia remaja bisa dikategorikan sebagai usia yang agresif, mulai berbeda, susah belajar, lamban respon, tetapi remaja juga ada yang hobi organisasi, tipe peneliti, memiliki rasa ingin tahu tinggi.
Untuk memahami karakter remaja tersebut, Founder Cahya Communication ini, ada enam aspek yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anak remajanya. Aspek ini untuk mengetahui tahapan perkembangan anak dengan tepat. ”Bukan sekadar kita mengamatin semata, tetapi juga aspek apresiasi juga diberikan,” tandasnya.
Pertama adalah aspek fisik.
Memasuki usia remaja, anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan perubahan tubuh, namun organ seksualnya belum berfungsi, faktor hormonal, mengubah tubuh, bertambah besar dan tinggi, emosional, sensitif, sosialnya berubah. Orang tua perlu memastikan bahwa dari sisi fisik, anak remajanya tumbuh dengan baik.
Kedua, aspek kognitif.
Pada perkembangan ini orang tua harus memahami kecerdasan pada menstimulasi sesuai tahapan. ”Mulai dari memfasilitasi kebutuhan eksplorasi, mengajak diskusi, memberi kesempatan berpendapat, dan tidak memaksakan di luar kemampuan kognitifnya,” katanya.
Ketiga, aspek emosi.
Pada tahapan ini kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, keterampilan sosial. ”Orang tua harus memberikan awareness tentang ekspresi emosi, memotivasi untuk berekspresi secara baik, memberikan contoh pengendalian diri, mengapresiasi perilaku empati, dan mempraktikkan berinteraksi sosial dengan baik,” tuturnya.
Keempat, aspek sosial.
Pada tahapan ini orang tua harus memposisikan selalu hadir ketika dibutuhkan, memberi apresiasi atas usaha yang dilakukan, mendukung untuk berkreasi dan produktif, mengenali kelebihan dan kekurangan diri, dan menjadi contoh cara berinteraksi dengan orang lain.
Kelima, aspek moral.
Remaja harus diberikan pemahaman bahwa aturan itu penting. Pentingnya konsisten menerapkan aturan, pengenalan magic word, dan tanamkan kepercayaan.
Keenam, aspek psikoseksual.
Pada diri remaja, harus ada tanamkan budaya malu, menggunakan istilah netral, mengajarkan tentang privasi, mengenalkan kondisi darurat dan cara menghadapinya, dan yang terakhir adalah memberikan pendidikan seksual. ”Keenam aspek ini harus dilakukan secara bertahap dan konsisten. Remaja harus dipahami secara benar sehingga karakternya menjadi pribadi baik. Perkembangan pola pikir dan perilaku mereka harus disiapkan dengan tepat,” ujarnya. Yanuar Jatnika