SAHABAT KELUARGA- Sejak Program Pendidikan Keluarga digalakkan pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah daerah, utamanya pemerintah kabupaten dan kota meresponsnya dengan positif. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan membuat berbagai event, membuat peraturan daerah, dan secara massiv mendorong satuan pendidikan dan orangtua bekerjasama membangun pendidikan.
Pada gelaran Rapat Konsultasi dan Evaluasi Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga Tahun 2018 di Hotel Amos Cozy, Jakarta, pada 20 September lalu, beberapa anggota Pokja Pendidikan keluarga mengungkapkan hal-hal yang sudah dilakukan terkait pelibatan orangtua di satuan pendidikan.
Endang Srimuryati, dari Tim Pokja Pendidikan Keluarga Kota Samarinda, Kalimantahn Timur, mengungkapkan, bahwa program pendidikan keluarga sejatinya mendukung dan memperkuat program penumbuhan budi pekerti yang telah digelar pemerintah sebelumnya.
“Salah satu yang sudah kami lakukan adalah terbitnya peraturan walikota Samarinda tentang penyelenggaraan pendidikan karakter sebagai budaya sekolah dan pembiasaan baik di keluarga ada dalam peraturan walikota tersebut, “kata Endang.
Dalam peraturan itu, tambah Endang, termuat antara lain kewajiban mempelajari agama di sekolah dan keluarga, guru menyambut anak di pintu gerbang sekolah dan kelas, membaca kitab suci selama 10 menit dan membaca buku sebelum pelajaran dimulai. “Program pendidikan keluarga sangat mendukung implementasi peraturan tersebut, “katanya.
Lain lagi dengan upaya yang dilakukan pemerintah Kota Gorontalo. Dinas Pendidikan kota tersebut, pada Juli 2018 lalu, mengkampanyekan apa yang mereka sebut Go Buana atau Gerapan Donasi Barang untuk Anak. “Awalnya yang kami butuhkan adalah barang bekas tapi lantas kami juga menerima barang baru, “kata Maya Sandra, Kepala seksi PNF Dinas Pendidikan Kota Gorontalo.
Tapi, dikatakan Maya, Go buana juga bisa diartikan melejit atau melaju buana atau dunia, atau dengan kata lain menuju PAUD internasional.
Dikatakan maya, Go Buana dilatarbelakangi, bahwa 94 persen PAUD di Gorontalo adalah PAUD swasta yang belum tersentuh bantuan pemerintah. Karena itu, dinas Pendidikan Gorontalo menginisiasi gerakam Go Buana yakni mendorong orangtua mendonasikan barang bekas atau baru untuk disumbangkan pada PAUD-PAUD di seputaran Gorontalo yang membutuhkan.
Gerakan Go Buana juga, tambah Maya, merupakan upaya menggalakkan kembali budaya huyula yang artinya gotong royong yang nyaris punah.
“Hasilnya, luar biasa, sejak dikampanyekan bulan Juli lalu, hampir setiap hari selalu ada barang yang didonasikan, bahkan ada sekolah yang melaporkan telah menerima barang senilai hampir Rp 4,5 miliar sejak dikampanyekan, “katanya.
Menurut Maya, melalui Go Buana tersebut, ada banyak PAUD yang terbantu dalam penyediaan sarana dan prasarana sekolah.
Sementara itu dari Kabupaten Deli Serdang, juga digelorakan Mesra Bertuah atau Mewujudkan Sekolah Ramah Anak Bersama Orang Tua, masyarakat dan Sekolah.
Madiman, Kepala seksi PAUD dan Pendidikan Keluarga dinas Pendidikan Deli Serdang, mengatakan, Mesra Bertuah itu merupakan upaya pemerintah Deli Serdang menyinergikan program empat kementerian yakni Program Pendidikan keluarga dari Kemendikbud, program Adiwiyata dari Kementerian Lingkungan Hidup, Program Sekolah Ramah Anak dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Program Kantin Sehat dari Kementerian Kesehatan. “Keempat program dari empat kementerian itu mensyaratkan partisipasi masyarakat dalam hal ini orangtua, itu yang kami dorong, “kata Madiman.
Sedangkan Eko Teguh Santosa, dari Dinas Pendidikan Kulon Progo Yogyakarta mengatakan, bahwa sebelum Pendidikan keluarga di gelorakan, pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah menerbitkan Peraturan daerah tentang penumbuhan karakter. “Pendidikan keluarga ini sangat mendukung terimplementasinya perda karakter tersebut, “katanya.
Hal senada dikatakan Tedi, plt Kepala Dinas Pendidikan Tasikmalaya. Ia mengatakan program pendidikan keluarga mendukung upaya pihaknya dalam mewujudkan komitmen dalam hal penampilan, pelayanan, dan prestasi sekolah. Yanuar Jatnika