Pendidikan anak usia dini sejatinya adalah sebuah investasi jangka panjang untuk anak meraih kesuksesan di masa mendatang. Berkaca pada hal itu, setiap orangtua tentu menginginkan pendidikan terbaik untuk buah hatinya. Pertanyaan yang kemudian mengemuka adalah, bagaimana cara orangtua memilih lembaga pendidikan anak usia dini atau pre-school yang tepat untuk putra-putrinya? Serta faktor apa saja yang harus dicermati dalam pemilihan tersebut? Pada dasarnya, melansir artikel Kompas.com pada Jumat, (22/1/2016), pendidikan terbaik akan dapat diperoleh anak ketika metode dan sistem pembelajaran di kelas sesuai dengan gaya belajar mereka. Oleh karena itu sebelum menentukan pilihan sekolah mana yang akan dimasuki, sebaiknya orangtua harus terlebih dahulu mengetahui kemampuan dan kebutuhan si buah hati. Hal ini untuk memastikan anak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan tanpa merasa tertekan. Kemudian, setelah itu barulah orangtua bisa melihat faktor lainnya yang wajib dicermati saat menentukan pre-school untuk anak. Berikut pembahasannya.
1. Tenaga pendidik yang cakap
Baik atau tidaknya kualitas pre-school yang akan dipilih bisa dilihat lewat tenaga pendidiknya. Kerap disebutkan bahwa tenaga pendidik atau guru adalah ujung tombak yang menentukan anak akan belajar dan bermain dengan menyenangkan atau tidak. Selain harus memiliki background pendidikan yang sesuai, seorang guru juga harus cakap dalam memberikan pengajaran yang baik agar mereka nyaman berada di kelas.
“Hal utama yang harus dilakukan guru adalah membuat anak didik nyaman terlebih dahulu berada di kelas. Jika hal tersebut sudah tercapai, maka mereka akan memiliki rasa trust kepada guru sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal,” ungkap Koordinator Guru Early Years Sinarmas World Academy, Len kepada Kompas.com, Jumat (6/10/2018). Lebih lanjut, seorang guru juga harus pandai melihat perkembangan dan hal apa saja yang dibutuhkan anak. Terlebih bila anak memiliki masalah dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru yang baik akan mengkomunikasikan kepada orangtua tentang perkembangan maupun kendala-kendala yang mungkin saja dihadapi si buah hati.
2. Lingkungan sekolah
Hal selanjutnya yang harus dicermati dalam memilih pre-school adalah lingkungan sekolah (environment) itu sendiri. Perhatikan, apakah sekolah memiliki sarana dan prasarana yang memadai atau tidak? Selain itu cermati juga ruang belajar anak didik. Melansir artikel Kompas.com, Senin (21/5/2018), ruang belajar yang baik bagi siswa pre-school harus memiliki furnitur yang sesuai ukuran dengan tubuh anak-anak. Dengan begini mereka bisa mengambil barang yang dibutuhkannya sendiri tanpa bergantung kepada orang dewasa.
Komposisi jumlah murid dengan guru juga harus disesuaikan dengan ruang kelas. Jangan sampai kelas terasa penuh dan sesak. Co-Principal Early Years and Elementary School SWA Kelly mengungkapkan, idealnya jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 6-15 anak. “Hal ini supaya anak didik dapat lebih nyaman berada di kelas dan guru bisa melihat perkembangan masing-masing anak dengan lebih fokus,” jelasnya kepada Kompas.com.
3. Nilai dasar atau filosofi sekolah
Setiap sekolah mempunyai nilai dasar dan filosofinya masing-masing. Meskipun secara kasat mata komponen ini tidak banyak diperhatikan oleh orangtua, tetapi nyatanya hal ini sangat penting. Sebab, nilai dasar dan filosofi sekolah menentukan bagaimana budaya belajar mengajar di kelas berlangsung. Hal terpenting yang harus Anda lakukan sebagai orangtua adalah kenali terlebih dahulu nilai-nilai dasar yang dipegang teguh oleh sekolah. Kemudian, sesuaikan pula dengan kebutuhan anak Anda, apakah kepribadian dan gaya belajar si anak cocok atau tidak.
4. Penggunaan kurikulum
Kurikulum dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dalam sebuah pendidikan. Kurikulum yang tepat akan dapat memberikan pembelajaran yang sesuai sehingga proses belajar mengajar pun akan berjalan lancar. Oleh karena itu, penting hukumnya menerapkan kurikulum yang tepat untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas. Hal ini seperti yang diterapkan oleh Sinarmas World Academy (SWA). “Pada pendidikan anak usia dini, ada beberapa tahapan berbeda yang dimiliki anak sesuai usianya. Dalam hal ini berarti beda usia maka beda skills juga yang akan dipelajari,” ungkap Kelly. Melihat fakta tersebut, SWA menggunakan dua kurikulum yang berbeda sesuai dengan tahapan usia anak, yakni Early Years Foundation Stage (EYFS) dan Cambridge Primary Curriculum Stage 1.
“Kurikulum EYFS digunakan untuk kelas Toddler (0-2 tahun), Nursery (2-3 tahun), Pre Kindergarten (3-4 tahun), dan Kindergarten 1 (4-5 tahun). Kami menilai kurikulum ini cocok untuk mereka karena menyeimbangkan kegiatan bermain dan belajar,” jelas Kelly. Pada tahap ini peserta didik difokuskan pada empat area pembelajaran, seperti pendidikan literasi, matematika dasar, seni dan desain ekspresif, serta pengetahuan dasar komputer dan robotik. Setelah anak bertambah usia pada rentang 5-6 tahun, lanjut Kelly, mereka akan masuk ke dalam kelas Kindergarten 2. “Pada kelas ini kami menggunakan Cambridge Primary Curriculum Stage 1 yang berfokus pada persiapan peserta didik masuk ke jenjang berikutnya, yakni sekolah dasar,” ujarnya lagi. Pembelajaran komputasi matematika mulai dikenalkan di kelas ini. Selain itu, pelajaran ilmu pengetahuan alam, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan kesenian juga mulai difokuskan. Selain pentingnya keberadaan kurikulum, ternyata peran orangtua terhadap perkembangan anak usia dini di sekolah juga mempunyai posisi yang strategis. “Orangtua harus berlaku supportive, cooperative, dan open minded dalam pendidikan anak usia dini. Selain itu, komunikasi yang apik juga harus terjalin antara orangtua dan guru, jadi terjalin hubungan yang terbuka,” ujar Kelly. Dengan begitu, diharapakan siswa usia dini bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebagai bekal untuk mengecap pendidikan selanjutnya.