Kebersamaan adalah segalanya. Solgan ini sering kita dengar dan kita ucapkan sehari-hari. Namun, apakah slogan tersebut diterapkan dalam hubungan antar anggota keluarga? Belum tentu. Mungkin dari 50 keluarga, hanya 5 yang menerapkan slogan tersebut.
“Ayah, besok kita bermain bersama yuk, kita memetik buah jambu di kebun. Ayo yah!, ” kata Ale, seorang anak kecil yang merengek kepada ayahnya yang sedang mengotak-atik laptop di meja kerja. “Ayah sibuk nak. Ayah harus pergi bekerja,” kata sang ayah tanpa menolehkan wajah. “Yah ayah jahat. Ngga pernah mau bermain dengan Ale.” Ale berlari dengan wajah marah dan kecewa. “Ayah kerja untuk mencukupi kebutuhan sekolahmu nak.” Ayah berteriak dengan suara keras, namun Ale tetap berlari.
Peristiwa tersebut mungkin sering kita lihat di film-film atau bahkan di sekitar lingkungan kita. Pada umumnya anak-anak masih sangat sulit memahami masalah yang dihadapi orang tua. Anak hanyalah berpikir apa yang dia lihat itulah kenyataannya. Ia berpikir bahwa orang tua yang tidak berada di rumah dari pagi hingga malam merupakan orang tua yang tidak memiliki perhatian kepada anaknya. Hal ini perlu kita perbaiki, karena kurangnya waktu orang tua untuk anak, dapat mempengaruhi perkembangan kejiwaan anak, bahkan mengakibatkan tertinggalnya perkembangan anak.
Untuk menghindari hal ini, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut.
Pertama, orang tua harus pintar dalam mengelola waktu. Perhitungkan antara waktu bekerja dan waktu bersama keluarga. Orang tua sebaiknya lebih selektif dalam memilih pekerjaan. Pilihlah pekerjaan yang tempatnya dekat dengan jarak rumah. Selain itu, hindari pekerjaan yang menuntut pergi ke luar kota, pulau, bahkan negara dalam waktu yang lama. Dan juga pilih pekerjaan yang memfasilitasi hari libur tetap tiap minggu atau bulannya.
Kedua, berikan seluruh waktu untuk anak saat kita berada di rumah. Kita dapat menemani anak belajar; bermain di rumah bersama anak; makan atau menonton televisi bersama sambil menyelipkan canda tawa dalam setiap waktu bersama anak. Dengan cara demikian, anak akan merasa tetap disayangi oleh orang tua, meskipun orang tua hanya berada di rumah pada malam hingga pagi hari. Dan usahakan orang tua bertemu anak sebelum ia pergi ke sekolah untuk memberikan semangat dan kasih sayang.
Ketiga, rancanglah sebuah agenda liburan bersama keluarga. Ambillah satu hari dalam seminggu atau dalam satu bulan untuk pergi ke luar rumah bersama keluarga, entah itu kegiatan di lingkungan rumah atau pergi ke tempat rekreasi. Utamakan tempat yang dapat meningkatkan hubungan dalam keluarga. Misal tempat permainan luar ruang (outbound), atau pantai untuk berolahraga dan berenang bersama. Bahkan hanya berkemah di taman belakang rumah juga dapat menjadi agenda yang bagus.
Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut, anak akan bisa memahami masalah yang dihadapi orang tua. Anak akan lebih mudah menerima alasan ketidakhadiran orang tua di rumah selama bekerja. Bahkan anak akan selalu menunggu kepulangan saat orang tua seharian di luar rumah. Hubungan antar keluarga tetap harmonis, dan pasokan kasih sayang untuk anak tetap terpenuhi. Selamat mencoba. (Rokhmah Yulianti - Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Purwokerto)