Beberapa penelitian telah membuktikan, kehadiran sosok ayah dalam keluarga dapat memiliki peran dalam kesuksesan anak. Karena itulah peran penting ayah dalam mendidik anak tak lagi terbantahkan.
Idealnya, dalam mengasuh dan mendidik anak, harus ada kerjasama yang saling melengkapi antara ayah dan ibu. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka salah satu pihak hendaknya merangkap kehadiran pihak lain.
Dalam diskusi Peran Ayah dalam Mendidik Anak Usia Dini yang disampaikan Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Dr. Sukiman, M.Pd di Surabaya beberapa waktu lalu, jika seorang ayah menyadari kehadirannya sangat penting dalam keluarga, tentu saja ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk selalu bersama keluarga dan turut dalam mengasuh serta mendidik anak.
”Keterlibatan ayah dalam mendidik anak tidak terbatas dari aspek waktu, tetapi juga kualitas interaksi dan perhatian. Keterlibatan ini melibatkan dimensi fisik, emosi, social, intelektual, moral, maupun otoritas, “ jelas Dr. Sukiman, M.Pd.
Pada umumnya, figur ayah terkait dengan ketegasan, ketegaran, keuletan dan keperkasaan. Karakter inilah yang dapat melengkapi figur ibu yang cenderung lebih lembut, penyayang, teduh dan pendengar yang baik.
Dibalik karakter itu, ayah memiliki peran sebagai teman, pelindung, pelipur lara, tempat bertanya, tempat mencurahkan hati, pemberi pertimbangan, penyemangat, pendukung gagasan, pencerah, pemberi ketenangan dan sebagainya.
Ayah juga sebagai guru, fasilitator, motivator, penasihat serta raw model bagi anaknya. Peran ayah juga bisa sebagai penjamin, pengendali serta pemenuhan kebutuhan. ”Peran ayah juga sebagai pengganti peran ibu. Apa yang ibu lakukan juga bisa dilakukan oleh ayah tanpa harus membeda-bedakan tugasnya,” jelas direktur yang baru diangkat pada Agustus 2015 ini.
Berikut bentuk-bentuk keterlibatan ayah yang bisa dilakukan untuk anaknya:
1. Pendidikan di rumah bersifat informal dan fleksibel, sehingga tidak membutuhkan jadwal ketat. Ayah bisa memulai kapan saja dan dalam kegiatan apa saja. Bisa sambil bermain, berbicara, atau bahkan saat melakukan pekerjaan rumah. Tentu saja kegiatan itu tidak hanya mendekatkan hubungan ayah dan anak tapi juga meringkankan tugas ibu.
2. Pendidikan dapat dilakukan sepanjang waktu selagi ada kesempatan dari bangun pagi hingga menjelang tidur malam, bahkan saat anak terjaga dari tidurnya. Jangan sungkan untuk mengganti popok, membuatkan susu, mengantar anak ke kamar kecil atau membacakan buku cerita agar anak tidur lelap kembali.
3. Pagi hari, ayah dapat memandikan anak sambil bercengkerama, memakaikan baju, mengajak sarapan, dan mengantar sekolah. Beri sentuhan hangat agar anak merasa nyaman bersama ayahnya.
4. Siang atau sore hari dapat mengajak bermain atau aktivitas lain yang diinginkan anak. Jika ayah bekerja siang hari, sempatkan untuk berbicara dengan anak lewat sambungan telepon sekedar menanyakan sedang apa, bagaimana aktivitas selama di rumah atau di sekolah, sudah makan atau belum serta pertanyaan ringan lainnya.
5. Malam hari dapat mengajak bermain, bercengkerama, cerita kegiatan hari ini, membacakan buku, mendongeng, membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya.
6. Terkait dengan kondisi kesehatan dan gizi anak, ayah sebagai kepala keluarga tentu bertanggungjawab untuk memenuhi. Tidak sekedar memberikan nafkah, ayah bisa turut campur memberi saran tentang menu yang sesuai dengan gizi anak terbaik. Ingat, ayah hebat, ayah terlibat! (Bunga Kusuma Dewi)
Sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=3640Beberapa penelitian telah membuktikan, kehadiran sosok ayah dalam keluarga dapat memiliki peran dalam kesuksesan anak. Karena itulah peran penting ayah dalam mendidik anak tak lagi terbantahkan.
Idealnya, dalam mengasuh dan mendidik anak, harus ada kerjasama yang saling melengkapi antara ayah dan ibu. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka salah satu pihak hendaknya merangkap kehadiran pihak lain.
Dalam diskusi Peran Ayah dalam Mendidik Anak Usia Dini yang disampaikan Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Dr. Sukiman, M.Pd di Surabaya beberapa waktu lalu, jika seorang ayah menyadari kehadirannya sangat penting dalam keluarga, tentu saja ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk selalu bersama keluarga dan turut dalam mengasuh serta mendidik anak.
”Keterlibatan ayah dalam mendidik anak tidak terbatas dari aspek waktu, tetapi juga kualitas interaksi dan perhatian. Keterlibatan ini melibatkan dimensi fisik, emosi, social, intelektual, moral, maupun otoritas, “ jelas Dr. Sukiman, M.Pd.
Pada umumnya, figur ayah terkait dengan ketegasan, ketegaran, keuletan dan keperkasaan. Karakter inilah yang dapat melengkapi figur ibu yang cenderung lebih lembut, penyayang, teduh dan pendengar yang baik.
Dibalik karakter itu, ayah memiliki peran sebagai teman, pelindung, pelipur lara, tempat bertanya, tempat mencurahkan hati, pemberi pertimbangan, penyemangat, pendukung gagasan, pencerah, pemberi ketenangan dan sebagainya.
Ayah juga sebagai guru, fasilitator, motivator, penasihat serta raw model bagi anaknya. Peran ayah juga bisa sebagai penjamin, pengendali serta pemenuhan kebutuhan. ”Peran ayah juga sebagai pengganti peran ibu. Apa yang ibu lakukan juga bisa dilakukan oleh ayah tanpa harus membeda-bedakan tugasnya,” jelas direktur yang baru diangkat pada Agustus 2015 ini.
Berikut bentuk-bentuk keterlibatan ayah yang bisa dilakukan untuk anaknya:
1. Pendidikan di rumah bersifat informal dan fleksibel, sehingga tidak membutuhkan jadwal ketat. Ayah bisa memulai kapan saja dan dalam kegiatan apa saja. Bisa sambil bermain, berbicara, atau bahkan saat melakukan pekerjaan rumah. Tentu saja kegiatan itu tidak hanya mendekatkan hubungan ayah dan anak tapi juga meringkankan tugas ibu.
2. Pendidikan dapat dilakukan sepanjang waktu selagi ada kesempatan dari bangun pagi hingga menjelang tidur malam, bahkan saat anak terjaga dari tidurnya. Jangan sungkan untuk mengganti popok, membuatkan susu, mengantar anak ke kamar kecil atau membacakan buku cerita agar anak tidur lelap kembali.
3. Pagi hari, ayah dapat memandikan anak sambil bercengkerama, memakaikan baju, mengajak sarapan, dan mengantar sekolah. Beri sentuhan hangat agar anak merasa nyaman bersama ayahnya.
4. Siang atau sore hari dapat mengajak bermain atau aktivitas lain yang diinginkan anak. Jika ayah bekerja siang hari, sempatkan untuk berbicara dengan anak lewat sambungan telepon sekedar menanyakan sedang apa, bagaimana aktivitas selama di rumah atau di sekolah, sudah makan atau belum serta pertanyaan ringan lainnya.
5. Malam hari dapat mengajak bermain, bercengkerama, cerita kegiatan hari ini, membacakan buku, mendongeng, membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya.
6. Terkait dengan kondisi kesehatan dan gizi anak, ayah sebagai kepala keluarga tentu bertanggungjawab untuk memenuhi. Tidak sekedar memberikan nafkah, ayah bisa turut campur memberi saran tentang menu yang sesuai dengan gizi anak terbaik. Ingat, ayah hebat, ayah terlibat! (Bunga Kusuma Dewi)
Sumber : http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=3640
Download disini