Dengan adanya ujian sekolah pada jenjang sekolah dasar khususnya bagi kelas enam, tak hayal membuat siswa kelas 1 hingga kelas 5 harus merasakan belajar sendiri di rumahnya. Walau lembaga telah menyarankan agar anak-anak di rumah haruslah tetap belajar, namun, tidak semua anak mau mengikuti saran tersebut.
Adanya teman sebaya, siaran TV yang menarik untuk ditonton, game online yang menantang hingga film cartoon dan berbagai tayangan di youtube membuat anak cenderung menikmati liburannya dan melupakan pesan dari bapak ibu gurunya.
Situasi dan kondisi saat libur sekolah sebenarnya merupakan kesempatan yang sangat tepat bagi orang tua untuk mengajak putra-putrinya berliterasi. Anak yang selama 24 jam berada di rumah sangat efektif bagi orang tua untuk selalu memantau, mengarahkan hingga mengembangkan bakat dan minatnya dalam berliterasi.
Berliterasi yang sebenarnya adalah olah rasa, olah cipta dan olah raga ini yang merupakan realiasasi dari apa yang dirasa, dilihat, didengar dan di lakukan. Realita yang ada, anak zaman now yang terkenal dengan abad 21 memiliki kecepatan yang luar biasa dalam mengoperasikan IT, namun, tidak banyak dari mereka yang mampu membaca dan menulis secara cepat.
Padahal dengan menulis ada beberapa manfaat yang kita dapatkan diantaranya adalah melatih menyampaikan pesan, melatih konsentrasi, melatih kemampuan membaca, membuat anak kreatif dan melatih kesabaran dan ketelatenan.
Seorang psikolog Alzena Masykouri pemilik klinik Kancil dan juga seorang pengajar mengatakan “memang banyak fungsi menulis dapat digantikan oleh tombol di papan ketik. Tetapi, anak tetap harus bisa menulis tangan. Mereka akan lebih cepat menulis dengan tangan ketika mencatat. Dan, mereka akan punya ketrampilan hidup yang tidak tergantikan oleh teknologi”
Dari paparan di atas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua saat liburan untuk meningkatkan literasi putra-putrinya, diantaranya adalah :
Adanya otonomi daerah, tentunya berpengaruh positif bagi warga Negara terutama keikutsertaannya dalam meningkatkan kecerdasan bangsa. Berbagai taman baca mulai bermunculan, demikian juga perpustakaan daerah. Banyak buku yang dibeli untuk menambah koleksi Perpusda. Mulai buku cerita, buku ilmiah, buku keagamaan bahkan mobil pintar yang selalu keliling ke sekolah-sekolah disiapkan.
Sayang, fasilitas itu jarang sekali yang memanfaatkan. Padahal banyak manfaat yang didapat dari fasilitas tersebut.
Disinilah orang tua bisa memanfaatkan fasilitas perpusda sebagai sarana refresh sekaligus berliterasi saat anak-anak libur sekolah.
Saat ini toko-toko buku baik yang langsung atau secara online bertaburan dimana-mana. Orang tua akan bisa secara mudah untuk mendapatkan buku bacaan sesuai anaknya. Tinggal order dan transfer biaya maka buku yang kita inginkan akan datang tanpa kita harus bersusah payah mendapatkannya.
Namun, hal ini jarang dilakukan. Kalau dilakukan tidak menutup kemungkinan karena kesibukan, orang tua mampu membelikan namun tidak sempat mendampingi anaknya saat membaca atau membacakan isi buku tersebut. Padahal kebersamaan dalam berliterasi dapat mendukung hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak.
Mencatat apa yang dirasa, dilihat, didengar hingga yang dilakukan adalah hal positif untuk mencegah kelupaan. Bahkan dengan tercatatnya sebuah kegiatan membuat seseorang akan memperoleh pengalaman baik apa yang harus dilakukan maupun apa yang harus ditinggalkan.
Mencatat kegiatan ini tidak perlu panjang karena tujuan catatan ini adalah agar tumbuh senang di hati anak untuk berliterasi. Semuanya harus disesuaikan dengan usia dan tumbuh kembang jiwa anak. Jangan bebani anak dengan mencatat kegiatan harianya secara panjang karena hal ini dapat membuat anak semakin merasa tertekan yang pada akhirnya dia enggan untuk melaksanakannya.
Berkunjung ke seorang pegiat literasi bukanlah satu-satunya cara untuk menumbuhkan motivasi berliterasi pada anak. Namun, berkunjung dan bertemu langsung dengan sosok pegiat literasi adalah salah satu pembuktian kepada anak bahwa literasi adalah diantara cara berdakwah dan pewaris keilmuwan yang mudah. Hal ini dikarenakan kegiatan literasi dan dilakukan dimana saja dan tanpa harus keluar rumah.
Musim libur tak jarang digunakan pegiat literasi untuk menumbuhkan semangat literasinya. Dan diantara cara menumbuhkan semangat tersebut adalah dengan mengadakan kegiatan yang mampu memotivasi orang lain untuk berliterasi.
Di sinilah kesempatan bagi orang tua untuk mengikut sertakan anaknya untuk bertemu sekaligus mendapatkan ilmu dari pakar literasi.
Sebuah syi’ir jawa yang berada dalam kitab mitra sejati yang berbunyi “yen ana kanca ala lakune ndang dhohono yen ana kanca bagus inggal ndang kumpulono” ini benar adanya.
Ibarat orang yang berteman dengan penjual minyak wangi maka tidak menutup kemungkinan kita akan tertular harum wanginya. Demikian juga jika berteman dengan pegiat lterasi maka tidak menutup kemungkinan aura semangat literasinya akan tertularkan kepada orang disekelilingnya.
Demikianlah diantara cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengisi liburan anaknya dengan hal-hal yang mendukung jiwa literasi anak. John C. Maxwell mengatakan “ mimpi menjadi kenyataan adalah hasil dari tindakan anda dan tindakan anda sebagian besar dikendalikan oleh kebiasaan anda”. Mari kita ciptakan kebiasaan positif pada anak kita diantaranya kebiasaan berliterasi. Ajaklah menulis setiap hari maka mimpi menguasai dunia dengan ilmu pasti akan tercapai. Salam literasi abadi di hati orang tua hebat dambaan ibu pertiwi, semoga Allah selalu meridhoi. Amin. (Siti Romdiyah, GPAI sekaligus Kepala Sekolah UPT SD Negeri Kedungwungu 01 Kecamatan Binangun, Penyelenggara dan Pengelola PAUD “An-Nida” Kab. Blitar. Foto: Fuji Rachman)