Menyadari, bahwa sasaran utama pendidikan keluarga adalah keluarga itu sendiri, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menggelar Saresehan Pendidikan Keluarga. Saresehan tersebut digelar di dua lokasi, yakni di Klaten, Jawa Tengah, pada 16 dan 17 Oktober 2017, dan di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, pada 19 dan 20 Agustus 2017.
Menurut Palupi Raraswati, Kasubdit Orang tua, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, saresehan itu digelar dengan tujuan utama, menggali lebih dalam pola pengasuhan yang diterapkan pada keluarga Indonesia serta bagaimana keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran anak-anaknya di satuan pendidikan.
“Kegiatan ini sebenarnya tidak ada dalam program tahunan, namun hati nurani kami saja yang berbicara, bahwa perlunya diketahui berbagai pola pengasuhan yang diterapkan pada keluarga Indonesia serta bagaimana keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran anak-anaknya di satuan pendidikan, “kata Palupi pada kegiatan saresehan pendidikan keluarga di PKBM Kuranji, Gunung Manggis, Landasan Ulin, Banjar Baru, Kalimantan Selatan, pada Kamis, 19 Oktober 2017 lalu.
Namun, mengingat keterbatasan anggaran, untuk sementara kegiatan tersebut baru digelar di dua lokasi dengan harapan, di waktu mendatang akan semakin banyak dan sering digelar di lokasi-lokasi lainnya. “Klaten kami pilih karena di Klaten sudah terbentuk forum sahabat keluarga, yakni forum komunikasi antara semua paguyuban kelas di semua satuan pendidikan di Klaten, sedangkan di Banjar Barum, BP Paud dan Dikmasnya sudah berhasil menelurkan model pendidikan keluarga yang bisa diterapkan di daerah tersebut, “jelas Palupi.
Palupi berharap, saresehan itu akan memperkaya indikator-indikator pembiasan pendidikan keluarga di keluarga dan di satuan pendidikan yang sebelumnya sudah disusun Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga. “Kami sudah susun 19 indikator pembiasaan baik pendidikan keluarga di keluarga dan 11 indikator pelibatan keluarga di satuan pendidikan. Melalui saresehan itu, selain kami sosialisasikan 19 dan 11 indikator itu, juga menggali indikator-indikator lain yang ditemukan di keluarga Indonesia, “tuturnya.
Dalam saresehan itu, selain menghadirkan narasumber psikolog yang membawakan topik-topik pengasuhan anak, juga di gelar game bertemakan pola pembiasan baik di keluarga dan pembiasan pendidikan keluarga di satuan pendidikan.
Game itu dibagi dua sesi. Pada sesi pertama, peserta saresahan diminta menuliskan pola pembiasaan baik di keluarga dan apa yang sudah dilakukan keluarga dalam membantu sekolah membentuk karakter dan prestasi anak. Sementara pada sesi kedua, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga memaparkan 19 indikator pembiasaan baik pendidikan keluarga di keluarga dan 11 indikator pelibatan keluarga di satuan pendidikan yang sudah disusun.
Menurut Agus Solihin, Kasie Sarana Pembelajaran, Subdit Orang Tua, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, melalui dua sesi itu, baik orang tua maupun Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga saling bertukar pengalaman dan pengetahuan.
“Bisa saja, dalam saresehan itu tergali pola pembiasaan baik dalam keluarga dan di satuan pendidikan yang sudah diterapkan keluarga-keluarga tapi belum terdeteksi kami, sehingga pada akhirnya, 19 indikator pembiasaan baik pendidikan keluarga di keluarga dan 11 indikator pelibatan keluarga di satuan pendidikan yang sudah disusun kami bisa bertambah, sehingga lebih kaya, “jelasnya. Yanuar Jatnika