(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Semua Orang Punya Potensi

Admin disdikpora | 19 Desember 2017 | 648 kali

Setiap akhir tahun ajaran sekolah, beberapa orang tua dihinggapi kepanikan saat mengetahui nilai rapor anak ternyata kurang sesuai dengan harapan mereka. Padahal, mereka sudah menyekolahkan anaknya di sekolah unggulan dan juga elit.

Keraguan pun menghinggapi para orang tua, mulai dari meragukan keunggulan sekolah yang tidak bisa menjadikan anak mereka cerdas secara akademis, hingga ketakutan orang tua akan anak mereka yang bodoh karena memang mendapat nilai rapor yang jelek.

Nilai rapor akhirnya menjadi tolak ukur para orang tua dalam menentukan apakah anak mereka cerdas atau tidak. Padahal, menurut psikologi pendidikan, Seto Mulyadi, semua anak yang lahir ke dunia memiliki kecerdasan, hanya saja tingkatnya berbeda-beda.

Bisa jadi, anak yang pintar berdasarkan nilai rapor memang anak tersebut cerdas dalam bidang akademik, sementara anak lain yang nilai rapornya tidak bagus, mungkin saja karena si anak kurang berminat di bidang akademik, namun berminat pada bidang lain, seperti musik, sastra atau olahraga.

Albert Einstein merupakan salah satu contoh tokoh yang masa kecilnya memiliki kemampuan akademik pas-pasan. Tapi, siapa sangka hidup Einstein bisa sukses dan terkenal sebagai mahaguru fisika dan Teori Relativitasnya.

Tidak hanya Einstein, masa kecil penemu lampu listrik Thomas Alva Edison pun tidak jauh berbeda dengan Einstein. Bahkan, saat masih kanak-kanak, sebagian guru di sekolahnya mengatakan Edison bodoh karena kesukaran belajar sehingga sempat beberapa kali berpindah sekolah.

Fenomena seperti ini mungkin juga terjadi di lingkungan sekitar anda, bahkan di dalam rumah anda. “Menurut penelitian, ada sekitar 15-40 persen anak, kebanyakan laki-laki yang tampil kurang bersemangat, tidak tertarik pada mata pelajaran di sekolah atau cenderung mudah putus asa. Oleh orang tuanya, anak-anak ini dikeluhkan sebagai bodoh, nakal atau sulit belajar,” kata Seto.

Menurut Seto, seperti di kutip di Howani Gadner dalam bukunya berjudul ‘Multiple Intelligences’, skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.

Seto memaparkan kecerdasan seseorang yang dikutip dari Gardner.

  1. Kecerdasan matematik-logika.

    Anak-anak dengan kecerdasan matematik-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisa dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu. 

    Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. 

    Anak-anak semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut.

    Anak-anak ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti: catur, bermain teka-teki dan sebagainya. 
  2. Kecerdasan Bahasa

    Kecerdasan bahasa memuat memampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tulisan maupun lisan dalam berbagai bentuk yang berbeda.

    Anak-anak dalam kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, misalnya membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata mutiara dan sebagainya.

    Anak seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya mengingat nama seseorang, istilah baru maupun hal yang sifatnya detail. Biasanya, mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi.
  3. Kecerdasan Musikal


    Kecerdasana musical memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara non verbal yang berada di sekelilingnya termasuk dalah hal ini adalah nada dan irama.

    “Anak-anak jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah. Kecerdasan musical banyak terlihat di penyanyi cilik atau pemain musik cilik yang berbakat,” jelas pria yang mempopulerkan boneka ‘Si Komo’

    Biasanya, anak yang memiliki kecerdasan musikal melakukan kegiatan bersenandung, mendengarkan kaset atau radio, pertunjukan orkestra atau alat musik yang dimainkannya sendiri.

    Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila di kaitkan dengan musik.
  4. Kecerdasan Visual Spasial


    Anak-anak yang memiliki kecerdasan visual memiliki kemampuan untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Orang seperti ini memiliki bakat untuk menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.

    Hal yang menonjol adalah kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan memecahkan berbagai masalah. Anak-anak demikian akan unggul dalam permainan mencari jejak, misalnya pada kegiatan kepramukaan. 
  5. Kecerdasan Kinestetik


    Biasanya di jumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olahraga, misalnya bulu tangkis, sepakbola, tennis, berenang dan sebagainya.

    Biasanya anak yang memiliki kecerdasan kinestetik aktif menggunakan bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.

    Anak-anak pandai menari, terampil bermain akrobat atau mahir bermain sulap termasuk anak yang memiliki kecerdasan kinestetik. 
  6. Kecerdasan Inter-personal


    Anak yang memiliki kecerdasan inter-personal cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Ia mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekelilingnya.

    Kecerdasan ini sering disebut sebagai kecerdasan sosial, dimana anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, memiliki kemampuan memimpin, berorganisasi, menangani perselisihan teman, memperoleh simpati dari anak lain, dan sebagainya. 
  7. Kecerdasan Intra-personal


    Anak dalam kategori kecerdasan ini cenderung mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Mereka senang melakukan intropeksi diri, mengkoreksi kekurangan maupun kelemahan, kemudian mencoba memperbaiki diri. 

    Biasanya, anak seperti ini cenderung menyukai kesunyian, kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri.
  8. Kecerdasan Naturalis


    Anak memiliki kemampuan untuk peka terhadap lingkungan alam. Biasanya mereka senang di alam terbuka, misalnya pantai, hutan, gunung, cagar alam dan sebagainya. 

    Mereka senang mengobservasi alam, misalnya macam bebatuan, jenis lapisan tanah, aneka flora dan fauna sampai benda-benda di angkasa.