ermainan daring (game online) atau Play Station bila dimanfaatkan secara tepat dapat memberi dampak positif pada anak, bahkan dapat dirancang khusus sebagai media pembelajaran yang efektif bagi perkembangan kognitif, motorik maupun sosial-emosional.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, menyatakan ada studi yang menyebutkan bahwa anak yang terbiasa bermain game sesuai umur, ternyata mereka pengambil keputusan yang cepat dan berani.
Tetapi sebaliknya, jika anak-anak memainkan permainan untuk dewasa maka bisa menimbulkan dampak negatif. Mereka akan kecanduan karena adrenalin yang terpacu dan bisa berperilaku brutal.
"Game itu tergantung cara penggunaannya. Jangan anti game, jangan juga buta progame. Tidak semua game memiliki karakteristik yang cocok untuk dimainkan anak-anak. Orangtua perlu tahu dan peduli bahwa ada sistem peringkat (rating)yang memberi peringatan pembelinya tentang kecocokan konten untuk dimainkan anak usia tertentu. Sehingga anak-anak terhindar dari dampak buruknya,” urai Mendikbud Anies Baswedan melalui siaran pers, Senin (25/4).
Di Amerika Serikat misalnya, terdapat sistem Entertainment Software Rating Board(ESRB). Dalam sistem ESRB, terdapat enam kategori rating, yaitu: Early Childhood(cocok untuk anak usia dini), Everyone (untuk semua umur), Everyone 10+(untuk usia 10 tahun ke atas), Teen (untuk usia 13 tahun ke atas), Mature (untuk usia 17 tahun ke atas) dan Adults Only(untuk dewasa), serta satu kategori antara Rating Pending.
Deskripsi konten dalam ESRB pun beraneka, mulai dari Blood and Gore, Intense Violence, Nudity, Sexual Content, sampai Use of Drugs. Di kotak video gamebiasanya terdapat pengkategorian, semisal "Mature 17+: Blood and Gore, Sexual Theme, Strong Language”. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di http://www.esrb.org/ratings/ratings_guide.aspx.
Klasifikasi ini menjadi sangat penting karena prinsipnya berbagai pihak di sekeliling anak wajib bertanggung jawab terhadap anak yang termasuk kelompok rentan. Sebagian orangtua pun amat awam terhadap peringkat game dan tidak menyadari bahwa tidak semua game cocok untuk anak-anak, sehingga kurang mengawasi anak-anaknya dalam memilih game.
(Yohan Rubiyantoro/Kemitraan)
suber ; https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=3262