(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Si Anak Berharap Ponsel Tidak Pernah Ada

Admin disdikpora | 04 Juni 2018 | 557 kali

Telepon genggam atau smartphone saat ini telah menjadi kebutuhan primer. Rasanya hidup tak lengkap bila ditangan tidak pegang smartphone. Di pasar, di mall, di rumah sakit, di jalan raya, di semua tempat, nyaris tak ada orang, baik itu tua muda, laki atau perempuan, yang tidak pegang smartphone.

Salah satunya adalah para ibu. Di tengah kesibukan mengelola rumah tangga dan mengasuh anak, tangan mereka tak lepas dari perangkat gadget. Perhatian mereka pun terpecah dengan membaca dan membalas WA atau facebook atau medsos lainnya di saat mengasuh anak.

Lantas, bagaimana dengan anak-anak. Apakah mereka bahagia dengan situasi tersebut, situasi dimana ibu mereka lebih memperhatikan gadget mereka ketimbang anak-anaknya.

Sebuah unggahan di facebook bisa dikatakan mewakili jutaan anak dalam menghadaoi situasi tersebut. Jen Adams Beason, seorang guru di Lousinana, Amerika Serikat, mengunggah sebuah tulisan dan gambar hasil karya seorang anak di laman Facebooknya.

Tulisan dan gambar itu merupakan tugas yang diberikan Beason pada seorang murid kelas dua. Ia meminta para muridnya untuk menggambarkan sesuatu yang mereka harap tidak pernah diciptakan di masa lalu.

Anak itu menulis bahwa dirinya tidak menyukai ponsel. "Saya tidak menyukai ponsel karena orang tua saya selalu terpaku pada ponsel mereka setiap harinya. Ponsel kadang merupakan kebiasaan yang sangat buruk," tulis si anak.

Murid tersebut melengkapi tugasnya dengan gambar ponsel dengan tanda silang besar di atasnya dan gambar muka sedih berukuran yang besar dengan tulisan "saya membencinya".

Sejak diunggah, dalam waktu seminggu, telah dibagikan hampir 170 ribu kali, termasuk oleh para orang tua.

Mereka mengaku terkejut  karena tidak pernah berfikir ulang tentang kebiasaan mereka menggunakan teknologi. "Wow. Muncul dari mulut para bocah! Kita semua bersalah!" ungkap salah satu pengguna, Tracy Jenkins.

Orang tua lain, Sylvia Burton, menulis:  "Ucapan yang kuat dari seorang anak kelas dua! Para orang tua, simaklah,"

Seorang pengguna lain menulis, "Sangat menyedihkan dan mungkin sangat benar dan saya merasa bersalah. Pengingat yang baik bagi kita para orang tua untuk untuk meletakkan ponsel kita sejenak dan lebih banyak bermain dengan anak-anak kita, " tulisnya.

Sejumlah guru ikut bergabung dalam diskusi itu. Mereka menceritakan pengalamannya tentang reaksi anak-anak terhadap orang tuanya ihwal penggunaan internet.

"Dalam diskusi di kelas tentang Facebook ,setiap murid mengatakan bahwa orangtuanya meluangkan waktu lebih banyak untuk menggunakan Facebook daripada berbicara dengan anak-anaknya. Ini sangat menggugah buat saya," kata Abbey Fauntleroy, seorang guru.

Beberapa orang tua membagikan pengalaman pribadi mereka untuk mencoba mengatasi masalah tersebut. Seorang orang tua, Beau Stermer, menulis, bahwa dia melihat puteranya yang masih berusia dua tahun bereaksi negatif saat ia menggunakan ponsel.

"Saya sadar ketika dia dan saya sedang bermain dan ponsel saya tiba-tiba berdering terkait keperluan di tempat kerja, dia kemudian tidak ingin bermain lagi setelah saya menelepon, “katanya.

"Ini membuat saya terpukul. Saya berjanji kepada diri saya sendiri bahwa apabila saya sedang bermain dengan dia maka segala hal lainnya dinomorduakan," tambahnya.

Di sisi lain, seorang ibu menyoroti fakta bahwa para remaja pun sama buruknya: mereka sering kali lebih mementingkan ponselnya dibandingkan waktu bersama keluarga.

Diakhir tulisan, Beason menulis, empat dari 21 muridnya mengatakan mereka berharap bahwa teknologi ponsel tidak pernah ditemukan.

Di sisi lain, sebuah survei di AS pada tahun 2017 melaporkan bahwa sebagian dari orang tua yang disurvei menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi mengganggu interaksi mereka dengan anak, hingga tiga kali atau lebih dalam sehari. Yanuar Jatnika