Peringatan Hari Pahlawan tahun 2018 sudah lewat, namun maknanya akan tetap bergema setiap hari, setiap minggu dan selanjutnya. Mengapa? Karena jiwa kepahlawanan dalam dada setiap generasi muda akan tetap diperlukan bangsa dan negara Indonesia. Masa penjajahan memang sudah lewat, tak ada lagi bangsa lain yang menjajah Indonesia. Namun, kini muncul ancaman-ancaman baru yang tak kalah berbahayanya bila tetap dibiarkan.
Dadang Sunendar, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, pada peringatan Hari Pahlawan 2018 beberapa waktu lalu, menyitir beberapa ucapan, tepatnya peringatan yang diberikan para tokoh bangsa.
Dadang mengutip pernyataan Presiden Pertama Indonesia, pada Pidato peringatan Kemerdekaan RI tahun 1963. "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".
Kutipan lain: “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka".
Pernyataan itu diperkuat oleh Wakil Presiden pertama Indonesia, Mohammad Hatta atau Bung Hatta. "Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri kejayaan Ibu Pertiwi," ujarnya.
Dadang juga meneruskan pernyataan Menteri Sosial, Agus Gumiwang Kartasasmita. Anak dari politisi dan ahli ekonomi pembangunan masa pemerintahan Presiden Soeharto, Ginanjar Kartasasmita, itu, menegaskan, siapapun berhak disebut pahlawan, yakni siapapun yang :
Pertama, mampu memberikan manfaat bagi bangsa dan negara.
Kedua, menjalankan tugasnya, profesinya, kehidupannya dan bekerja melampaui daripada tugas seharusnya yang memberikan manfaat yang besar dan baik kepada bangsa ini.
Dengan pengertian itu, menurut Agus Gumiwang, pahlawan pada era saat ini bisa berasal dari berbagai bidang, baik ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, kemanusiaan, dan sebagainya. “Ia disebut pahlawan bila mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya dan menginspirasi kebaikan bagi masyarakat dan mampu mengubah masyarakat dengan nilai-nilai kebaikan, “ujarnya.
Kepada generasi muda, Agus Gumiwang mengingatkan, bahwa di tengah gempuran kemajuan teknologi informasi, generasi milenial bisa menjadi pahlawan bila bijak dalam memanfaat TI ini dan TI ini bisa sebagai sarana untuk merubah Indonesia menjadi bangsa yang beradab, dan bisa bersaing dengan dunia global dan internasional. Memet Casmat