Kebanyakan orang tua sering bingung menyiapkan sarapan atau bekal untuk anak sekolah. Jangan sampai anak diberi sarapan sekedar makanan semata, tapi tidak ada kandungan gizi di dalamnya.
Padahal, sarapan dan bekal sekolah sangat penting untuk tubuh anak Anda. Bukan hanya untuk kesehatan, tapi makanan sehat dan seimbang yang dikonsumsi anak sangat mempengaruhi budaya prestasi anak.
”Makanan yang gula tinggi dan karbohidrat jenuh berpati itu bisa membuat anak mudah mengantuk di sekolah. Anak yang sarapannya roti dan selai dengan kandungan gulanya banyak, jam 9an dia sudah KO alias ngantuk, karena semua makanannya dicerna jadi gula, beda dengan anak yang sarapannya pecel,” kata ahli nutrisi Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, ditemui di ruang prakteknya di kawasan BSD, Tangerang.
Kalau sudah mengantuk, konsentrasi anak untuk belajar pasti berkurang. Anak sulit menerima mata pelajaran yang disampaikan guru.
Lalu, sarapan seperti apa yang baik untuk anak? Menurut dr Yen, jika anak terbiasa untuk sarapan nasi, berikan sesuai kebiasaan tersebut. Hanya saja, saran dr Yen, porsi yang diberikan jangan terlalu banyak, cukup 2-3 sendok saja.
”Tapi nasinya jangan nasi goreng, tapi nasi kukus pecah kulit. Lengkapi dengan sayur-sayuran yang tidak dimasak seperti timun, tomat, selada, kemangi atau daun pok pohan,” jelas dr Yen.
Untuk kebutuhan protein, bisa dengan telur. ”Catatannya, telur jangan digoreng, tapi dibuat pindang. Anak suka nggak senang sarapan karena perut masih begah, tapi coba bikin sup telur puyuh, sup ayam pakai jagung dan aneka jamur. Hindari biskuit kemasan atau mie instant untuk sarapan anak,” tegas dr Yen.
Sedangkan untuk bekal sekolah, dr Yen menyarankan agar anak membawa satu buah-buahan yang sedang musim. “Kenapa satu buah, karena dalam kandungan satu buah tersebut prinsipnya satu porsi,” tegasnya.
Makanan yang dibawa pun hasil olahan sendiri. Misalnya somay buatan sendiri yang di dalamnya terdapat ayam, ikan atau udang. Padukan dengan kentang, tahu atau labu yang diisi ayam cincang atau ikan.
Repot membuatnya? Dr Yen menyarankan agar membuat rencana minggu untuk satu minggu kemudian menyiapkan bahan-bahan tersebut untuk satu minggu.
”Misal, Senin harinya ayam, Selasa tahu, Rabu harinya ikan, Kamis harinya jamur, Jumat tempe, Sabtu seafood, minggu makan diluar. Belanja untuk satu minggu untuk menu tersebut, pulang semua bahan langsung diolah. Seolah-olah akan dimasak semua. Tapi setelah diracik, dibumbui, masukan ke dalam wadah makanan untuk kemudian simpan di dalam kulkas. Saat hari yang ditentukan, keluarkan dari kulkas untuk kemudian diolah,” jelas dr Yen.
”Variasi makanan itu banyak, asal orang tua bisa kreatif dalam mengolahnya. Tidak ada kata praktis untuk makanan anak, yang ada hanya malas berpikir dan bertindak, hati-hati nanti ditiru sama anak,” sindir dr Yen.
Dokter yang baru saja mengeluarkan buku berjudul Nasehat Buat Sehat ini menegaskan agar tidak mengonsumsi makanan yang hanya dirasa enak saja, padahal sebenarnya tubuhnya tidak membutuhkan.
”Enak atau tidaknya makanan tergantung kebiasaan. Semua pendidikan itu dibimbing dari kecil dan orang tua memiliki peran penting untuk ini,” tegas dr Yen. (Bunga Kusuma Dewi)