(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Stop Membelikan Anak-anak Barang Mahal dan Bermerek!

Admin disdikpora | 05 Juli 2018 | 1814 kali

Saat ini makin banyak orangtua yang merasa malu membelikan anak-anaknya baju, sepatu, tas, mainan atau barang lain yang berharga murah. Kita membelikan bukan berdasarkan kondisi dan kebutuhan, melainkan mengedepankan rasa gengsi. Memilih yang bermerek dan berharga mahal.

Padahal jika mau jujur, anak-anak tak pernah menghendaki dibelikan barang-barang bermerek dan mahal. Mereka tidak tahu mana barang yang berharga mahal, mana yang murah. Anak-anak hanya tertarik oleh pilihannya sendiri tanpa pernah memikirkan harga maupun kualitas. Apalagi yang bermerek terkenal (branded).

Maka jika kita membelikan barang yang mahal atau bermerek sesungguhnya tengah membangun karakter anak yang kurang baik.

Setidaknya ada  lima alasan mangapa kita harus menghindari memberi anak-anak barang  yang terlalu mahal atau bermerek.

Pertama, biaya tinggi

Memperkenalkan dan membiasakan anak-anak memiliki barang-barang branded membuat mereka hanya mengenal benda-benda yang berharga mahal. Dampaknya ketika dewasa, anak-anak juga hanya akan berbelanja barang-barang mahal dan bermerek. Sehingga gaya hidupnya berbiaya tinggi dan memposisikan dirinya pada kelompok berstatus sosial tinggi pula.

 

Kedua, mengajari perilaku boros

Berada di kelompok berstatus sosial tinggi memiliki kecenderungan membeli barang yang belum tentu dibutuhkan dan tepat fungsinya. Anak-anak akan terbiasa membeli hanya demi gengsi. Yang terjadi adalah gaya hidup boros.

 

Ketiga, tak menghargai barang miliknya

Sebagus dan semahal apapun barang miliknya, anak-anak tak akan berlama-lama menggunakan atau memanfaatkannya. Mereka pada umumnya mudah bosan. Bagi mereka semahal apapun barang miliknya tidak dirasakan sebagai benda yang istimewa. Anak-anak biasanya lebih tertarik dengan model, warna, atau bentuk yang baru ketimbang harga mahal atau kualitas yang tinggi. Maka wajar jika mereka lebih sering minta dibelikan barang baru.

 

Keempat, menjadi sombong

Terbiasa dibelikan barang mahal dan bermerek membuat anak-anak cenderung memiliki sifat sombong. Mereka juga hanya mau bersosialisasi dengan kelompok dan masyarakat yang dirasakannya  setara. Anak-anak menjadi kurang peka dan tak mau menghormati masyarakat yang dianggap lebih rendah.

 

Kelima, menjadi sasaran kejahatan

Anak-anak yang memiliki atau mengenakan barang mahal adalah sasaran empuk kejahatan. Bukan hanya perampasan atau penjambretan, bisa saja menjadi sasaran penculikan.

Sudah saatnya berpikir ulang, perlukah kita memilihkan barang-barang berharga mahal untuk anak-anak? Hidup sederhana mesti lebih bijak daripada mengutamakan gengsi dan bermewah-mewahan. (Riyadi, Pendidik di SDN 1 Kediri UPK Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Pegiat literasi di KOMPAK)