(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Suami Ikut Terlibat Pekerjaan Rumah Berdampak Positif

Admin disdikpora | 23 November 2017 | 970 kali

Apakah salah bila seorang suami membantu istrinya melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, mengepel, cuci piring, strika baju dan sebagainya?

Manneke Budiman, pengajar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, mengatakan, pembagian kerja dalam sebuah keluarga tak boleh terjebak berdasarkan gender.

Dalam tulisannya berjudul "Bapak Rumah Tangga: Menciptakan Kesetaraan atau Membangun Mitos Baru", dikatakan Manneke, hubungan antar-anggota sebuah keluarga tidak hanya bersifat saling melengkapi, tetapi juga saling mengisi.

Setiap orang dalam keluarga memiliki tanggung jawab yang sama untuk merawat kebersamaan yang ada di dalamnya, tak peduli apakah ia bapak atau ibu atau anak ataupun anggota keluarga yang lain.

“Keluarga tidak dibagi-bagi atas ruang yang berorientasi pada kerja dan gender, seperti dapur, kebun, ruang belakang, ruang tengah, ruang depan, dan lain-lain. Keluarga sudah selayaknya dipahami sebagai kumpulan manusia, bukan satuan kerja ataupun denah fisik yang terdiri atas ruang-ruang,” kata Manneke.

Menurutnya, suami juga mempunyai kapasitas untuk bisa membuang sampah, menyiapkan makanan untuk semua, menyetrika pakaian, memandikan bayi, belajar, dan mencari uang di luar. Sebaliknya, seorang istri juga punya kapasitas mencari nafkah.

Ditegaskan Manneke, ketika memutuskan menikah dan mempunyai anak, suami dan istri punya tanggung jawab yang sama dalam ranah domestik dan merawat anak. Ketika seorang suami mengambil peran sebagai pencari nafkah utama, bukan berarti tanggung jawabnya sebagai ayah lantas hilang sama sekali.

Soal pembagian kerja ini juga diperkuat oleh Dr. Kyle D.Pruett, seorang ahli psikiatri anak dari Yale University, Amerika Serikat. Dalam bukunya yang berjudul Fatherneed: Why Father Care is as Essential as Mother Care for Your Child, Pruett menyatakan, relasi ayah dengan anak di masa kecilnya akan meningkatkan perkembangan empati anak.

Menurutnya, bayi berusia 7-30 bulan lebih responsif terhadap sentuhan dan gendongan ayah. Peran aktif ayah dalam pendidikan anaknya akan berdampak positif dalam perkembangan keseimbangan emosi, rasa ingin tahu, dan rasa percaya diri anak.

Dari segi perempuan, suami yang membantu istri merawat anak akan mengurangi risiko sindrom baby blues. Selain itu, berbagi pekerjaan rumah tangga dapat meningkatkan kadar kebahagiaan pasangan. Simbol kepedulian dalam pembagian pekerjaan rumah tangga ini otomatis dapat meningkatkan kualitas kebahagiaan antara suami-istri.  

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Adam Galovan, peneliti bidang pembangunan manusia dan studi keluarga dari Departemen Ekologi Manusia, Universitas Alberta, Kanada.

Galovan dan rekan-rekannya dari Utah State University melakukan survei terhadap 160 pasangan suami istri untuk melihat bagaimana orang tua membagi tanggung jawab rumah tangga dan bagaimana pekerjaan tersebut mempengaruhi hubungan suami dan istri.

Hasilnya, sebagian besar istri berpendapat bahwa keterlibatan suami dalam melakukan pekerjaan rumah tangga akan menjadikan hubungan keluarga mereka menjadi semakin baik.

“Melakukan pekerjaan rumah tangga dan berhubungan lebih dekat dengan anak-anak nampaknya merupakan cara terpenting bagi suami untuk terhubung dengan istri mereka, dan perilaku ini berpengaruh pada hubungan pasangan yang lebih baik. Kedekatan antara ayah dan anaknya adalah hal yang sangat penting untuk setiap ibu," lanjut Gallovan. Yanuar Jatnika