(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Tangkal Radikalisme, Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat Harus Bersinergi

Admin disdikpora | 15 Mei 2018 | 727 kali

Berita miris, menyedihkan, dan membuat kita terhenyak terjadi pada Minggu, 13 Mei 2018 kemarin. Dalam waktu nyaris bersamaan, tiga buah bom meledak di tiga gereja di Surabaya. 13 orang meninggal dan 43 lainnya luka-luka.

Di hari yang sama, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menembak mati empat orang terduga teroris di Terminal Pasirhayam, Desa Sirnagalih Kecamatan Cilaku, Cianjur, Jawa Barat, pada Minggu (13/5) dini hari. Sedangkan pada Minggu malam, sebuah bom kembali meledak di rumah susun sewa Wonocobo, Sidoajo, Jawa Timur.  Sehari kemudian, Senin, 14 Mei, bom mengguncang Mapolrestabes Surabaya.

Kita makin terhenyak dan tak habis pikir, para pelaku peledakan bom bunuh diri di tiga tempat itu masing-masing merupakan satu keluarga. Pada peledakan bom di tiga gereja, pelakunya merupokan pasangan suami istri dam empat orang anaknya. Di Sidoarjo, satu keluarga dengan dua anak diketahui juga pelaku peledakan, sedangkan di Mapolresta Surabaya, pelaku peledakan juga merupakan satu keluarga dengan tiga orang anak, namun satu diantaranya selamat karena terlempar.

Bagaimana dengan pola pendidikan dan pengasuhan mereka sehingga bisa memiliki paham radikal? Masalah ini sangat relevan mengingat 10 hari sebelumnya, pada 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Hardiknas itu selalu mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan sebagai bekal membangun bangsa, salah satunya harus mampu menangkal perkembangan paham radikal-terorisme.

Sebuah tulisan menarik saya kutip dari portal jalandamai.org., sebuah portal binaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Di portal itu disebutkan, upaya menangkal terorisme harus dilakukan secara semesta dan melibatkan semua pihak. Upaya menangkal paham radikal-terorisme harus diupayakan seluruh masyarakat secara semesta.

Hal itu bisa dilakukan melalui unit-unit sosial yang ada, yakni lingkungan rumah atau keluarga, sekolah, dan masyarakat.

 

Di lingkungan keluarga

Keluarga selayaknya menjadi tempat strategis untuk menanamkan dasar-dasar pemikiran yang damai, toleran, dan ramah pada anak. Sebab, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang akan sangat memengaruhi terbentuknya watak, mental, dan karakter anak.

Orang tua mesti paham, salah satu faktor penyebab pemikiran radikal keagamaan adalah pemahaman agama yang sempit. Orang tua mesti berupaya bagaimana menanamkan pemahaman agama yang damai pada anak-anaknya.

Dalam hal ini, orang tua perlu bekerjasama dengan ustaz, guru mengaji, dan pihak-pihak lainnya yang dipercaya memberikan pemahaman agama pada anak-anaknya. Orang tua harus sebisa mungkin memastikan pengetahuan agama yang didapat anak-anaknya adalah pengetahuan agama yang mendalam, penuh hikmah dan rahmat pada sesama, dari kiai, ustaz, atau guru yang benar-benar sudah diakui keilmuannya.

 

 

Di sekolah

Di sekolah, tanggung jawab mendidik antiradikalisme itu ada pada guru, baik melalui pembelajaran di kelas, terutama pelajaran agama, maupun melalui pelbagai bentuk interaksinya di lingkungan sekolah. Guru diharapkan bisa menanamkan pemahaman agama yang damai dan toleran pada anak didiknya.

Guru juga diharapkan bisa menjadi mitra bagi orang tua yang bisa turut memperkuat dan mengasah sikap-sikap toleran anak dalam beragama. Dengan demikian, pengetahuan, pemahaman, dan watak anak tentang beragama secara damai dan toleran benar-benar terbentuk secara kokoh karena didukung sinergi orang tua di rumah dan guru di sekolah.

 

 

Di lingkungan masyarakat

Di masyarakat, upaya menangkal paham radikal-terorisme bisa dimulai dengan menciptakan suasana yang guyup dan rukun di lingkungan masing-masing. Lingkungan sosial yang harmonis, terbiasa gotong-royong, saling membantu, bermusyawarah atau rembukan, dan satu sama lain merasa terikat adalah modal penting yang harus dibangun dan dilestarikan suatu komunitas masyarakat.

Masyarakat yang punya tradisi, budaya, dan sistem yang kuat tentang bagaimana hidup berdampingan dan saling menghargai  akan mudah mengendus gejala-gejala masuknya paham radikal di lingkungan mereka, sehingga bisa segera diatasi dan dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir. Yanuar Jatnika