(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Tentang Pola Pengasuhan Anak : Mitos atau Fakta?

Admin disdikpora | 29 Oktober 2018 | 1547 kali

Benarkah bahwa kepentingan anak di atas kepentingan orangtua? Benarkah bahwa orangtua yang memarahi anak adalah orangtua yang jahat?

Dua pertanyaan itu merupakan sebagian dari sederetan pertanyaana yang selalu bikin orangtua gagap dalam mengasuh anak. Masalahnya, apakah dua pertanyaan atau pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya itu merupakan fakta ataukah hanya mitos yang diturunkan secara turun temurun.

Orangtua yang bijak selayaknya banyak menyerap dan mengimplementasikan informasi mengenai pengasuhan anak. Orangtua yang bijak selayaknya dapat menelaah mana informasi pengasuhan anak yang baik dan bisa diterapkan, serta mana yang tidak. Orangtua yang bijak selayaknya bisa membedakan pola pengasuhan yang memang seharusnya atau hanya sekedar mitos.

Dikutip dari laman boldsky.com.,  ada sederet mitos tentang pengasuhan anak yang diyakini dan diuturnkan oleh sejumlah orangtua secara turun-temurun:

Jangan menggendong anak jika dia menangis

Menurut mitos ini, bila anak menangis orangtua langsung menggendongnya, anak akan manja.  Banyak orang percaya mitos ini dan merasa anak tidak akan belajar disiplin jika dimanjakan. Padahal, secara psikologis, orangtua perlu menenangkan anak yang menangis, memberitahu anak, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang baik dan yang buruk. Salah satu caranya bisa dengan menggendong atau memangkunya, kemudian memberikan penjelasan.

 

Kebutuhan anak di atas kepentingan orang tua

Ya, orangtua memang wajib memperhatikan dan memenuhi kebutuhan anak. Namun orangtua juga penting meluangkan waktu untuk kepentingannya pribadi. Yang penting dalam mengasuh anak adalah waktu berkualitas bersama anak.

 

Orangtua jahat memarahi anak

Ada anggapan, bahwa orangtua yang suka memarahi anak mencerminkan orangtua yang jahat. Anggapan ini tidak benar. Orangtua itu wajib menasihati anak, bahkan kalau perlu dengan sedikit keras atau agak memarahi.

 

Sementara itu,  dokter anak sekaligus konsultan tumbuh kembang dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Rini Sekartini, mengungkapkan, tidak semua mitos terbukti bermanfaat bagi tumbuh kembang si buah hati.

 

Soal musik klasik

Salah satu mitos yang beredar luas adalah memperdengarkan musik klasik kepada jabang bayi yang masih berada di dalam perut ibu. Menurut Rini, musik klasik memang bermanfaat dalam membantu meningkatkan kecerdasan anak. Namun, kondisi psikologis sang Ibu juga turut memengaruhi proses tersebut. Percuma saja Ibu yang sebenarnya tidak menyukai musik klasik, memaksakan diri mendengarkan musik tersebut sewaktu hamil.

”Kalau ibunya tidak suka dan malah menjadi cemberut saat mendengar musik klasik, manfaatnya akan kurang optimal bagi anak,” ujarnya belum lama ini.

Mematikan lampur kamar bayi

Banyak orangtua merasa harus mematikan lampu kamar dan menyediakan kondisi kamar yang hening agar bayi dapat tidur nyenyak. Padahal, kata Rini,  hal tersebut akan membuat anak menjadi tidak fleksibel, mudah terganggu dan terbangun saat harus tidur di tempat yang agak berisik. ”Sebaiknya, tetap nyalakan lampu dan sesekali putarkan musik di kamarnya agar buah hati terlatih untuk bisa tidur dalam kondisi apapun,” katanya.

 

Ditegaskan Rini, daripada mempercayai informasi yang belum tentu dipercaya, orangtua sebaiknya memperhatikan poin-poin penting asuh seperti pemenuhan nutrisi, pemberian kasih sayang dan pemberian stimulasi.

Ekspresi kasih sayang dapat dimulai dari sentuhan, ucapan, dan tindakan. Ketiga hal tersebut dapat memengaruhi kesehatan psikologis anak. ”Pastikan Anda meluangkan cukup waktu untuk mengekspresikan kasih sayang kepada anak, sehingga mereka akan tumbuh sebagai anak sehat dan bahagia,” katanya.

Adapun pemberian stimulasi harus cukup dan dapat dilakukan sejak dalam masa kehamilan berumur 20 minggu. Pemberian stimulasi capat dilakukan dengan cara memperdengarkan musik, mengusap secara lembut perut Ibu, dan mengajak si jabang bayi bicara.

Pemberian stimulasi ini harus disesuaikan dengan perkembangan usia anak.”Sebetulnya apabila dibiarkan begitu saja nak akan tetap tumbuh. Tetapi, apabila diberikan stimulasi, anak akan berkembang lebih optimal,” ujarnya. Yanuar Jatnika