Pernahkah melihat putra atau putri Anda berbicara sendiri dengan mainannya? Mereka antusias berbicara selayaknya ia sedang berhadapan dengan seseorang. Bahkan seringkali anak memperagakan hal-hal yang dilakukan orang dewasa.
Tak hanya itu saja, anak-anak juga terlihat sangat cerdas ketika bermain bersama teman-temannya dengan membagi peran masing-masing. Hingga terbentuklah sebuah miniatur kehidupan yang mirip seperti apa yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Atau bisa dikatakan, anak-anak seperti membuat film sendiri dengan jalan cerita yang mereka sepakati dan disusun sedemikian rupa. Luar biasa.
Hal semacam ini terkadang tak pernah disangka para orangtua. Anak-anak yang menurut kita belum mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman, namun ketika kita menyimak khayalan mereka, bisa jadi malah merekalah yang justru memberikan inspirasi untuk kita. Termasuk mainan yang mereka gunakan untuk mendukung dalam cerita khayalan mereka, seringkali membuat kita terhibur dan menganga.
Tertawa, itu yang seringkali kita lakukan. Dan tanpa kita sadari, anak-anak telah mengurangi depresi kita melalui kelucuan mereka.
Namun, pada kenyataannya tak selalu khayalan anak-anak dianggap positif oleh para orangtua. Sebagian menganggap khayalan mereka merupakan hal yang tak sepantasnya dilakukan anak-anak. Menurut mereka, anak-anak sepantasnya hanyalah lari-larian, minta jajan dan bermain di tanah lapang.
Padahal, mengkhayal itu tak selalu buruk. Para ilmuwan dari University of California mengatakan bahwa setiap hari kita menghabiskan 30% dari masa hidup untuk berkhayal atau melamun. Bahkan jika kita sedang bepergian jauh dengan rentang waktu yang lama, khayalan kita akan meningkat sampai 70%.
Ilmuwan mengatakan mengkhayal itu positif. Seseorang yang senang berkhayal akan meningkatkan kreativitas dan lebih bisa memecahkan masalah dan terhindar dari stres.
Daya khayal muncul saat usia 3-5 tahun. Menurut pakar pendidikan, kreativitas dan inovasi dari Inggris, Ken Robinson, Ph.D., khayalan adalah kunci menuju kreativitas dan kemampuan berinovasi, serta membantu anak-anak belajar dengan cara yang lebih baik.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari anak-anak yang mempunyai daya khayal yang cukup tinggi:
Pertama, menambah perbendaharaan kata
Ya, anak-anak yang juga menjadi peniru ulung suka sekali meniru dan memperhatikan bahasa yang biasa diucapkan orang dewasa. Baik yang ia dengar langsung dari orang dewasa di sekitarnya, atau ia juga bisa merekam kata-kata dari televisi, radio atau meniru gaya ustad/ustadzah yang sering ia lihat di majelis-majelis ilmu. Didukung dengan daya khayalnya yang baik, anak-anak menjadi mampu mengumpulkan kosakata-kosakata yang ia dengar dengan sangat cepat. Sehingga membantu anak-anak untuk bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan secara detil dengan menggunakan kosakata yang baik dan pas.
Kedua, kreatif memecahkan masalah
Sebuah penelitian di Case Western Reserve University menemukan bahwa anak-anak yang memiliki khayalan tinggi akan mampu memecahkan masalah dengan baik. Khayalan anak-anak yang pada umumnya meniru orang-orang dewasa, membuat anak merekam hal-hal yang dilakukan orang dewasa saat mengahadapi masalah. Sehingga, anak mengaplikasikan apa yang ia rekam dan khayalkan untuk ia lakukan sendiri, terutama saat anak menghadapi masalah.
Ketiga, menjadi lebih kreatif
Ketika berkhayal, pikiran akan bepergian dari satu bagian ke bagian yang lain yang akan membuat kita menjadi lebih kreatif. Menurut Trainer Eugene Schwartz, anak yang penuh dengan imajinasi akan tumbuh menjadi individu yang kreatif karena imajinasi itu sendiri yang mengembangkan kreativitas anak. Seperti yang terjadi pada J.K. Rowling penulis yang dikenal dengan ceritanya di novel Harry Potter, ia mengaku ide dari cerita yang ia tulis berasal dari khayalannya. Berkat khayalannya, ia kini menjadi penulis yang hebat dan bukunya tersebar di seluruh dunia.
Keempat, menjadi lebih empati, open minded dan pengertian
Berkhayal akan membuat kita memposisikan diri seperti dengan orang lain. Hal itu meningkatkan tingkat empati dan cara berpikir kita tentang suatu keadaan. Biasanya, anak akan mudah tersentuh dengan kondisi-kondisi yang pernah ia khayalkan. Anak menggunakan fantasi untuk mempraktikkan suatu keterampilan, serta ia juga ingin mencoba menunjukkan perasaan atau perilaku yang mungkin tidak bisa diterima di waktu lain, jelas Carolyn Saarni, Ph.D., Profesor Conseling pada Sonoma State University, Barkeley, California.
Anak-anak pengkhayal tidaklah buruk. Keterampilannya berkhayal justru akan membantunya belajar banyak hal. Ia akan banyak belajar memahami berbagai keadaan yang ada pada dirinya dan di lingkungan sekitarnya.
Tugas kita sebagai orangtua adalah memahami mereka dan mengarahkan khayalan mereka pada hal-hal yang positif. Bukan malah memarahinya dan mematikan daya imajinasi mereka. (Ayu Ellisa Anggraeni (Aysarani) - Ibu Rumah Tangga, penulis buku Jadikan Aku Surgamu dan Children of Jannah)