Adakah yang pernah dengar reflective parenting atau pengasuhan reflektif? Pengasuhan yang dikembangkan psikoanalis Peter Fonagy dan rekan-rekannya di Tavistock Clinic di London itu didefinisikan sebagai kemampuan orangtua untuk memahami isi hati dan kondisi mental anak-anaknya sebelum merespons suatu situasi dan melakukan sesuatu.
Dengan kata lain, dalam reflective parenting ini, orangtua tidak kaku menerapkan metode parenting seperti pengasuhan otoriter, pengasuhan permisif, pengasuhan demokratif, dan sebagainya. Orangtua bisa bertindak tegas dan otoriter di waktu tertentu, namun di waktu lain bisa membiarkan si anak atau mengajak anak berdiskusi sebelum memutuskan sesuatu.
Orangtua dengan fungsi reflektif tinggi mampu melihat anaknya sebagai individu yang terpisah dan otonom. Dia mampu mengenali pikiran, perasaan, intensionalitas dan keinginan anaknya. Hasilnya, hubungan orangtua-anak akan semakin akrab, anak diajarkan bagaimana memahami dan mengatur perilakunya, dan kemampuan kognitifnya berkembang.
Menurut Sally-Anne McCormack, psikolog klinik di Australia, reflective parenting merupakan solusi terbaik untuk orangtua yang ingin membesarkan anak sesuai dengan karakter dan kemampuannya.
Dikatakan McCormak, metode reflective parenting bermanfaat untuk:
Namun, untuk menerapkan reflective parenting, kata McCormak, ada persyaratan yang harus dipenuhi orangtua, yakni:
Orangtua wajib mendapat banyak masukan terkait pola asuh. Makin banyak referensi pola asuh yang bisa dipilih, makin memungkinkan orangtua mengembangkan pola asuh reflective parenting. *Yanuar Jatnika, Foto: Fuji Rahman