(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Yuk, Mengenal Pola Asuh Beberapa Negara

Admin disdikpora | 27 Agustus 2018 | 1006 kali

Cara bagaimana orangtua mengasuh dan mendidik anak-anaknya tak lepas dari budaya yang dianutnya, selain faktor pendidikan dan pergaulan. Faktor budaya cenderung dominan karena diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Karena itu, setiap negara di dunia memiliki pola asuh yang berbeda-beda yang diterapkan orangtua pada anak-anaknya. Di kutip dari berbagai sumber, beberapa pola asuh dari beberapa negara antara lain :

 

Jepang

Orangtua di  di Jepang sangat menekankan kemandirian pada anak-anaknya. Mereka sudah terbiasa melepaskan anak-anaknya  untuk bisa menaiki kereta atau transportasi umum sendirian ketika berangkat dan pulang sekolah. Dalam bentuk lain, sebuah acara reality show populer di Jepang memperlihatkan anak berusia 7 dan 11 tahun pergi ke beberapa toko untuk membeli bahan makanan. Mereka menjalankannya sendirian dan tanpa pengawasan orang tua.

Tidak heran, di Jepang, sering dijumpai anak kecil berusia 4 tahun berada  di angkutan umum. Begitu juga di rumah, orangtua mendidik anak-anaknya sedini mungkin  untuk bertanggung jawab atas PR atau baju sekolah.

 

Norwegia

Dikutip dari ideas.ted, orang tua di Norwegia menerapkan pola asuh yang mementingkan keaktifan anak. Mereka sering mengajak anak-anak beraktifitas di luar, termasuk pada saat musim dingin.

 

China

Seperti halnya di Jepang, orangtua di China melatih  anak sedini mungkin untuk mandiri dan bertanggungjawab. Oleh karena itu, anak-anak di China mempunyai banyak tanggung jawab. Semakin besar anak di sana, semakin banyak pula tanggung jawab yang dimiliki. Eva Pomerantz dari Universitas IIllinois membuat sebuah studi tentang anak di China. Dikutip dari thenextfamily.com, tanggung jawab merupakan hal yang dijunjung tinggi oleh orangtua di China.

Selain itu, sebuah esai di Wall Street Journal menuliskan pola pengasuhan keluarga China cenderung keras tetapi tetap menunjukkan cintanya. Orangtua di China tidak akan sungkan memberikan hukuman jika anaknya mendapatkan nilai A minus. Mereka cenderung menggembleng anak-anak dengan keras. Tujuannya agar anak berusaha sekuat tenaga mencapai hasil maksimal. Saat anak menunjukkan sikap tidak menghargai orangtua, anak-anak harus bersiap menerima omelan atau kritik tajam dari orangtuanya.

Belanda

Orangtua di Belanda jarang memaksa anaknya untuk pintar di kelas. Mereka percaya bahwa anak harus tumbuh secara natural. Anak-anak di Belanda sangat diperhatikan istirahat, makanan, dan lingkungan tumbuh kembang yang baik. Dikutip dari ideas.ted, Sara Harkness, seorang profesor di universitas Connecticut, Amerika Serikat, mengatakan, bahwa orang tua Belanda lebih mementingkan kebahagiaan anaknya.

 

Republik Dominika

Selama bulan pertama setelah melahirkan, para ibu di Republik Dominika pantang keluar rumah atau berjalan-jalan dengan bayinya. Bayi-bayi di Dominika harus tetap berada di rumah agar terlindung dari matahari, awan, angin, virus, dan orang jahat. Jika memang harus keluar rumah, sang bayi harus terlindung dari berbagai hal yang kasat maupun tak kasat mata.

 

Guatemala

Wanita tradisional suku Maya di Guatemala memandikan bayi mereka dengan air dingin. Mereka percaya bahwa mandi air dingin dapat meredakan panas bayi dan tidur nyenyak.

 

Swedia

Ketika bayi rewel dan tidak mau tidur, orangtua di Swedia memiliki senjata pamungkas yakni meniup pantat bayi. Caranya, orangtua menengkurapkan bayi di tempat tidurnya, kemudian meniup dan menepuk pantat bayinya dengan kuat dalam gerakan berirama sampai anak tertidur. Hal ini memberikan rasa aman dan selamat yang memungkinkan bayi untuk tidur sepanjang malam.

 

Denmark

Orangtua di Denmark terbiasa membiarkan bayinya di luar ruangan. Bahkan, saat di cafe atau restoran, para ibu di Denmark meletakkan kereta bayi mereka di luar kafe dengan aman. Bayi-bayi dapat menikmati udara segar dan tidur nyenyak di kereta bayi, sementara ibu mereka minum kopi, bersenang-senang, dan mengobrol. Bahkan, Dewan Kesehatan Nasional Denmark secara khusus merekomendasikan praktik ini. Mereka percaya bahwa bayi tidur lebih nyenyak, makan dengan lebih lahap, dan lebih waspada setelah tidur di luar ruangan. 

 

Filipina

Ibu di Filipina memiliki cara ampuh membuat bayi mereka tidur yakni memanfaatkan duyan. Duyan adalah ayunan atau tempat tidur gantung dari anyaman kayu. Sang ibu akan meletakkan anaknya di dalam duyan dan menganyunkan duyan sampai anaknya tertidur.

 

Malaysia

Usai melahirkan, ibu di Malaysia tidak boleh keluar rumah selama 44 hari. Ibu-ibu akan menjaga kesehatan dan feminitasnya dengan berbagai hal. Seperti pijat batu panas untuk membersihkan rahim serta lulur untuk mengelupaskan, menghaluskan, melembutkan, dan mencerahkan kulit. Akhirnya, beberapa wanita menyewa seorang bidan untuk merawat dan memberikan terapi pijat pada ibu baru. 

 

Inggris

Bayi yang telah berusia lebih dari lima bulan di Inggris telah dilatih untuk tidur di kamar yang terpisah dari orangtua. Lalu, untuk membuat bayi nyaman, orangtua pun meletakkan boneka beruang besar di dalam kamar. Langkah ini juga dipakai oleh sejumlah orangtua di belahan negara Barat lainnya.

 

Italia

Kebiasaan mengonsumsi anggur merah saat makan malam tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dewasa di Italia. Ternyata, anak-anak kecil pun diizinkan untuk minum anggur saat makan malam bersama keluarga. Anak-anak di Italia yang terbiasa dengan kebiasaan yang cukup unik tersebut tumbuh dengan risiko mengalami kecanduan alkohol lebih rendah.

Selain itu, anak-anak sekolah di Italia juga telah diajarkan mengendalikan konsumsi alkohol secara bertanggungjawab. Bahkan, ajaran tersebut masuk dalam kurikulum wajib pendidikan dasar di sana. Kemudian, anak-anak di Italia juga dibebaskan untuk menentukan waktu tidur mereka. Orangtua tidak memiliki kuasa untuk mengatur kapan anak-anak harus tidur.

 

Masing-masing pola asuh yang diterapkan beberapa negara itu pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Orangtua mungkin menerapkan campuran pola asuh diatas, atau mungkin meyakini ada satu pola asuh yang tepat untuk anak-anaknya. Apapun caranya, pola asuh itu itu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, baik kondisi orangtuanya atau kondisi si anak itu sendiri. (Yanuar Jatnika)