(0362) 22442
disdik@bulelengkab.go.id
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Agar Menjadi Anak Tangguh

Admin disdikpora | 12 Oktober 2017 | 694 kali

Zaka mendapat oleh lego dari ayahnya sepulang dari tugas keluar kota. Dia senang sekali, seolah tiada bosan mengutak-atik mainannya. Mencoba berbagai bentuk, seperti kereta, pesawat, castle, dan lain-lain. Tak jarang pula Zaka terlihat menemukan jalan buntu. Rasa kesal terlihat di raut wajahnya.

Kalau sudah begini, biasanya Zaka meninggalkan mainannya berserakan begitu saja. Lalu, dia bermain mainan lainnya. Selang sepuluh menit dia pun mengutak-atik legonya kembali.

Sikap Zaka yang berusaha menyelesaikan permainan legonya meski telah gagal karena rumit merupakan sifat anak yang tangguh. Sifat ini pun bisa diajarkan. Berikut beberapa cara yang bisa dicoba:

Pertama, ciptakan lingkungan optimis dalam keluarga. Orang tua adalah role model anak, dia akan mengamati dan meniru perilaku orang tua. Usahakan untuk tidak berkeluh kesah di hadapan anak. Keluhan orang tua atas kegagalan atau rencana yang belum tercapai akan menular pada anak. 

Tumbuhkanlah sifat optimis dengan menumbuhkan sikap positif pada anak. Misalnya berikan mantra padanya ’ASIBUKA’ (dibaca dari belakang). Bacalah mantra ini ketika akan melakukan sesuatu hal dan ketika anak merasa kesulitan. Jangan lupa awali dengan doa.

Kedua, ikut sertakan anak dalam lomba. Persaingan adalah pola perilaku masa kanak-kanak awal. Ketika anak suka berlomba menghabiskan makanannya dengan kakaknya, itu tanda perkembangan psikologis anak sehat. Tugas orang tua adalah mengarahkan supaya persaingan berlangsung sehat tanpa mencampurtanganinya sehingga mendorong anak meningkatkan keterampilan dan daya juangnya.

Dengan menciptakan lingkungan tersebut anak akan terbiasa percaya diri untuk mengikuti kompetisi di luar. Dalam sebuah kompetisi anak akan memahami bagaimana mengelola diri dalam kegagalan serta mengingkatkan anak untuk terus mengoreksi diri menjadi lebih baik.

Jelaskan bahwa kegagalan bukanlah kesalahan terbesar. Anak yang tangguh dan pantang menyerah akan memahami bahwa sebuah keberhasilan akan diperoleh melalui usaha yang keras dan menganggap kegagalan sebagai sebuah tantangan untuk berusaha menjadi lebih baik.

Ketiga, ciptakan lingkungan yang mendukung kebebasan anak untuk mencoba. Biarkan anak mencoba hal-hal baru. Misalkan Zaka terkadang suka membantu ibu memasak di rumah, mencoba ikut memotong, mencuci sayuran dan memasaknya. Orang tua terkadang melarang anak terlibat dalam pekerjaan orang tuanya di rumah karena diangggap mengganggu atau berbahaya. ”Sana nonton TV saja, daripada mengganggu ibu memasak”.

Perkataan seperti ini akan mematahkan anak sehingga anak akan terus takut mencoba. Padahal ada pelajaran berharga dari anak belajar memasak, seperti melatih motorik kasar anak, mengasah kecerdasan matematis anak dan lainnya. Tugas orang tua mengawasi dan mengarahkan supaya anak mengerti mana hal-hal yang boleh dilakukan oleh anak.

Keempat, biarkan anak berusaha sendiri, tanpa dibantu. Berikan anak kesempatan untuk mengerahkan kemampuannya mengasah rasa percaya diri serta kemandiriannya. Contohkan caranya pada anak di awal jika anak belum mampu, misalnya ”Zaka boleh ibu contohkan? Begini cara menyusun lego supaya bias tinggi dan panjang. Coba sekarang Zaka mencoba sendiri yah sayang. Buatkan istana buat ibu yang tinggi yah sayang.”

Dengan membiasakan tips-tips tersebut anak akan menjadi pribadi tangguh sehingga terbiasa mandiri dalam menyelesaikan masalahnya. (Munasiroh – Relawan Pustaka Kampung Literasi Wadas Kelir dan Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah IAIN Purwokerto)